#17

2.4K 94 18
                                    

Nira menarik tangan Gina yang hendak beranjak pergi, "maksud lo?"

"lo kenal Aldy kan? Dia kakak gue"

"apa hubungannya sama Aldy" tanya Nira yang makin dilanda kebingungan

"dia meninggal gara gara lo, Nir!!" bentak Gina menahan tangis.

Nira tertegun, benarkah? Apa ia tak salah dengar. Rasanya baru kemarin ia melihat pria itu dan sekarang dia sudah tiada.

"t-tapi kenapa gara gara gue?" tanya Nira dengan mata berair

"pura pura bego? Ato lo emang bego betulan? Karna lo, kakak gue meninggal. Dia bu-bunuh diri" tangis Gina pecah, Vina berjalan mendekat dan menenangkannya.

"lo gak puas udah rebut Ray dari gue? Sekarang kenapa harus kakak gue sih, Nir. KENAPA!!!" marah Gina, ia benar benar marah.

"gue emang gak terlalu deket sama dia, tapi dia tetep kakak yang gue sayang. Dia yang selalu belain gue kalo bokap sama nyokap marahin gue, bahkan dia rela jadi tameng biar gue gak kena marah. Gue ngerasa bersalah karna gue, dia jadi gak akrab sama bokap nyokap." air matanya terus mengalir, belum ingin berhenti.

"dia cerita tentang lo ke gue, lo gak tau kan? Gimana dia ngemuji muji lo. Berkat dia, gue jadi tau selama seminggu lo itu kemana. Gue sempat seneng karna lo jauh dari Ray dan deket sama kakak gue yang butuh perhatian lo. Tapi apa yang lo lakuin sama dia? Lo udah nyakitin hatinya, lo terlalu kasar sama dia. Kata kata lo udah buat dia hancur dan pilihan yang lo buat bikin dia benar benar hancur" lanjutnya yang masih berusaha menahan tangis

"kurang baik apa dia sama lo Nir, cek 250jt kurang? Bahkan perhatian dan kasih sayang yang dia kasih kurang? Dia seneng lo bahagia karna kembali sama temen temen lo, tapi adakah sekali aja lo mikir tentang keadaannya? Gimana dia sekarang? Enggak Nir, gak ada. Kenapa? Udah lupa sama orang yang nolongin lo dalam keadaan susah? Dia bahkan ngerelain kebahagiaannya demi kebahagian lo" Gina berhenti sejenak.

"g-gue gak bermaksud" ucap Nira pelan, pandangannya benar benar kosong.

"percuma, sekali pun itu karna lo atau bukan dia udah gak ada. Dia udah meninggal. Makasih udah sempat buat hidupnya berwarna, tapi maaf sampai kapan gue gak bakal pernah maafin lo. Dan jangan salahin gue kalo gue selalu ngerusak hidup lo yang indah" setelah berucap seperti itu, Gina menarik tangan Vina dan beranjak dati sana.

Nira tak bisa berpikir jernih, pikirannya kosong. Tak kuat dengan fakta yang baru saja dia dapatkan.

***

"gimana? Udah dapat kabar?" tanya Devi, namun semua menggeleng

"atap. Kita harus cek atap, Nira pasti nenangin diri disana" ucap Eva menyarankan, mereka semua setuju dan beranjak ke atap.

Diatap, yang mereka lihat hanya beberapa tumpukan kursi dan meja, disana begitu sepi.

"gak ada" gumam Elsa

Mereka terus mengedarkan pandangan mereka menyelusuri atap sekolah yang cukup luas, sampai mata Ray menemukan sepasang sepatu dibalik tumpukan tumpukan kursi.

Ia tak berbicara, namun langsung berlari kesana untuk memastikannya.

Dan benar saja, disana Nira terduduk dengan wajah pucat dan matanya yang sembab, jangan lupakan luka disudut bibirnya itu.

Ray berjongkok didepan Nira "Nir?!" panggilnya lembut, mendengar itu yang lain mulai mendekat dan lega karna telah menemukan Nira.

Nira mendongak menatap wajah Ray, kemudian tersenyum palsu. Senyum yang penuh luka.

"Nir, lo gak papa? Eva udah salah paham sama kita, sekarang masalahnya sudah selesai. Kita bisa lanjut latihannya" jelas Elsa semangat

"iya Nir, gue minta maaf. Gue tau kalian gak bakal setega itu sama gue" tambah Eva.

Bad GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang