You're amazing, and you have me.
Does it matter what ever comes to be?
Even if we somehow lose our way,
We'll be okay.We'll Be Okay - Imaginary Future
[][]
Kakinya berjalan cepat melewati tengah lapangan. Ekspresi wajahnya tampak tidak ramah sama sekali. Beberapa anak yang sedang bermain basket pun menghentikan kegiatan mereka, mengikuti ke mana arah gadis itu berjalan.
Sesampainya di pinggir lapangan, tangannya dengan segera menarik rambut salah satu siswi yang mengenakan seragam cheers. Anak-anak yang berada di sana sontak saja menahan napas, tidak mengira bahwa Kinar bernyali sebesar itu hingga berani berlaku kurang ajar pada cucu kepala sekolah.
"Buset, itu anak nyalinya lebih besar dari nilai remed gue."
"Nilai remed lo aja nggak nyentuh 30, bego."
Mereka yang berada di sana masih menantikan apa yang sekiranya akan terjadi. Kinar dan Tania memang tidak akur sejak dulu, berawal dari Kinar yang memergoki cucu kepala sekolah itu merokok di belakang kamar mandi tak terpakai. Membuat gadis itu harus diomeli oleh kakeknya sendiri. Setelahnya, hubungan mereka yang memang tak seberapa baik pun semakin memburuk.
"Brengsek, apa-apaan sih lo! Lepasin tangan lo! Sakit!"
Bukannya melepaskan tarikan pada rambut Tania, Kinar justru menyentak kepala gadis itu. Kini rambut Tania yang semula dikucir rapi berubah menjadi awut-awutan dengan beberapa helai mencuat di beberapa sisi.
"Apa maksud lo?" Kinar bertanya dengan desisan marah. Berusaha mengontrol agar suaranya tidak berubah menjadi teriakan yang akan menarik perhatian lebih dari yang saat ini ia dapatkan.
"Maksud gue apa maksudnya?"
"Nggak usah sok polos lo, Brengsek. Lo boleh aja punya masalah sama gue, balas dendam ke gue. Apapun, gue nggak akan keberatan," Kinar berhenti sejenak, menatap tajam ke arah Tania yang sama sekali tidak takut. "Tapi jangan sekali-kali lo bawa nyokap gue. Gue nggak akan menyisakan belas kasihan buat lo setelah itu."
"Oh, perempuan sekarat itu?"
"Shut the fuck up!" Kinar berteriak, membuat seisi lapangan menatapnya terkejut. Terlihat gadis itu berjalan semakin mendekati Tani. "Lo jangan sekali-kali nyebar foto nyokap gue lagi, atau foto telanjang milik lo akan tertempel di mading sekolah keesokan harinya."
Napas Tania memburu, berpikir darimana Kinar mendapat fotonya.
"Dan jangan lupakan foto dimana lo sedang bersama barang kesayangan lo itu."
Usai mengatakan itu, Kinar berbalik. Berjalan keluar lapangan diikuti oleh berpuluh-puluh pasang mata, baik di lantai satu maupun lantai tiga.
"Berani banget si Kinar. Heran tuh anak nggak ada bosennya ketemu kepala sekolah."
Suara Brian yang memang sejak tadi berdiri di sebelahnya membuat Sam mengalihkan pandang. Tatapannya sarat penuh tanya, namun tak ada kalimat yang ia keluarkan kecuali hela napas pelan. "Jangan gitu. Kita nggak tau alasan kenapa dia bisa segininya."
"Iya, sih. Tapi coba deh lo pikir, Sam. Gue kasih tau, dari dulu, si Kinar emang sehobi itu nyari ribut. Gue rasa, dia mungkin butuh sumbangan buku kesiswaan karena punya dia sudah terlalu penuh."
Samuel tidak membalas, memilih berlalu pergi menuruni tangga. Tidak mengindahkan teriakan Brian yang bertanya heboh padanya.
[][]
![](https://img.wattpad.com/cover/165992861-288-k518204.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Disenthrall
Teen Fiction(v.) set free Sedari dulu, ia sadar bahwa tawa dan bahagia tidak pernah berlaku dalam hidupnya. Sedari dulu, ia percaya bahwa pada akhirnya, dia adalah satu-satunya yang dapat dia percaya dan harapkan untuk bertahan. ...