2: Better than Cigarette

656 100 6
                                    

I ain't getting over
Anyone at all
You can't pick me up
If I don't ever fall.

Hey stranger wanna know me truly
Step closer it's a broken spell
Keep me up, make me feel something
Maybe then I can show and tell.

Show & Tell by Said The Sky

◆◇◆

Suara mesin pendeteksi denyut jantung mengisi kesenyapan seisi ruangan. Kinar mengucap sapa beberapa kali, namun yang ia dapati hanya sepi.

Matanya menatap ke arah sosok yang kini terbaring pucat. Menandakan bahwa kehidupan tidak benar-benar tersisa dalam tubuhnya. Bibir yang dulu akan tersenyum saat Kinar bercerita, kini tersumpal alat bantu napas. Mata berwarna coklat yang hampir sewarna hitam favoritnya kini tertutup dengan rapat.

Melihatnya membuat batin Kinar seperti ditimpa berton-ton batu. Rasanya sesak, di mana menangis bahkan tidak lagi membantu.

"Mam," ucapnya bergumam. Tangannya meraih jemari Mama, menggenggam dan mengelusnya perlahan. "Apa kabar?"

Tidak ada jawaban.

"Hari ini, orang aneh tiba-tiba ngajak aku kenalan," Kinar berkata diikuti senyuman kecil. "Aku nggak tau dia siapa, tapi dia bilang kalau namanya Sam."

Masih tidak ada jawaban. Namun, Kinar tetap melanjutkan.

"Namanya memang agak asing. Aku tau dia anak pindahan," Kinar mengecup punggung tangan Mama. "Dia ngasih aku lolipop."

Kinar beralih menatap jendela yang kini tertutup gorden berwarna putih. Segala sesuatu tentang rumah sakit selalu berwarna putih. Pucat. Menyesakkan. Di luar, mendung berarak di atas langit, seperti memperingatkan bahwa sebentar lagi hujan akan turun.

Kinar ingin tinggal lebih lama. Menemani Mama jika saja sosoknya tiba-tiba terbangun. Kinar ingin jadi orang pertama yang Mama lihat ketika ia membuka mata. Namun, ia harus pulang. Kembali ke rumah dan beristirahat jika tidak ingin kembali terlambat sekolah keesokan harinya.

Kinar bangkit, kemudian mengecup puncak kepala Mama dan berbisik, "cepat bangun, Ma. I love you."

[][]

Kakinya melangkah menyusuri pinggir lapangan. Matanya menatap kosong ke depan, tanpa peduli dia bisa saja menabrak orang lain. Pikirannya seolah kosong, disaat sebenarnya, terlalu banyak hal yang menyesaki kepalanya.

Hidup Kinar seperti neraka. Papa yang tidak peduli padanya. Mama yang terbaring sekarat dan entah kapan akan terbangun. Sekolah berantakan. Hidup yang entah apa jadinya. Hampir tidak ada yang mampu Kinar banggakan darinya.

Shit, rasanya masih aja nyesek. Kinar menggigit mulut bagian dalam. Berusaha untuk tidak menangis. Bibirnya bergetar samar. Ia merasa tulang-tulang dalam tubuhnya terasa ngilu. Bego, lo lemah banget.

"Oh well, pengacau." Sebuah suara menghantam indera pendengarannya. Kinar mencari sumber suara, mendapati seorang gadis yang menatapnya meremehkan. Kinar berusaha mengabaikan. Sudah cukup. Dirinya pernah terlibat masalah dengan gadis itu, berakhir dia yang diseret ke ruang kesiswaan.

Ia sadar, meskipun ia jujur bahwa saat itu bukan ia yang salah, tidak akan ada yang percaya. Terlebih lagi peduli. Namanya sudah terlanjur jelek di seantero sekolah, berusaha membela diri hanya membuang waktu. Jadilah, dirinya diskors selama dua minggu karena membuat tulang hidung gadis itu patah.

DisenthrallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang