[ tolong baca author note di bawah ]
Keduanya berakhir dengan tidak mengikuti pelajaran berikutnya, memilih untuk duduk dengan tangan saling menggenggam di atas gedung sekolah. Menatap ke arah hamparan padat penduduk yang berada di hadapan mereka.
Kinar masih berusaha meraba apa yang sedang terjadi. Apakah benar kini dia dan Sam berpacaran? Atau apakah benar dia sama sekali tidak menolak dan menepis semua pengakuan Sam beberapa saat lalu. Kinar tidak mengerti. Dan untuk sekali ini saja, Kinar tidak berusaha untuk mencari tahu.
Bahu Sam lebih nyaman dari bantal empuk di kamarnya untuk bersandar. Genggaman tangan Sam lebih hangat dari selimut bulu favoritnya. Bahkan, hela nafas Sam yang terdengar beraturan lebih menenangkan dari lagu yang ia dengarkan tiap malam.
Buset, Kinar. Jangan bilang lo udah jadi bucin. Belum juga sehari.
"Kinar…" Ini pertama kalinya Sam memanggilnya dengan nama. Tidak dengan julukan-julukan yang Sam gunakan selama ini. Meski begitu, anehnya, Kinar merasa senang.
"Ya?"
"What are we now?" Sam bertanya kalem.
"What do you want us to be?" Kinar balik bertanya. Mengangkat kepalanya dari bahu Sam dan menoleh, menatap profil cowok itu dari samping.
"Anything you want me to be."
"If I want you to be my wife, are you will, Sam?" Kinar bertanya dengan wajah datar, namun sorot hangat di matanya yang biasanya sayu tidak akan mampu membohongi siapapun.
"Sure, as long as you're my husband." Sambung Samuel tidak kalah. Kinar hanya menggeleng sembari tersenyum lebar, "just tell me, Sam."
"Lo yakin mau denger apa yang gue mau?"
Melihat salah satu sudut bibir cowok itu yang kini menyeringai, membuat Kinar berusaha menahan diri untuk tidak menarik wajah Sam dan menciumnya. Damn, now I know why those girls are crazy over him. He's just so fucking beautiful, it hurts.
"What? Friends with benefit?" Kinar menyahut datar namun dengan humor yang kentara. Mendapati Sam yang kini tertawa keras hingga kepalanya menengadah. "You know I'm not a big fan of sex."
"Lo lucu juga," Sam menatapnya. Bibirnya tersenyum kecil, tampak begitu tulus. "No. I'm not a big fan of sex either, tho I'm not going to say no if you asked me." Sam menaik turunkan alisnya, membuat Kinar tertawa kecil sebelum memukul pundak cowok itu.
"Yang serius lo."
"Ya lo juga, gue tanya beneran jawabnya yang nggak-nggak. Gue kan cuma mengikuti alur." Sam berkata sembari mengelus tangannya yang sempat Kinar pukul, meskipun ia yakin bahwa pukulannya tidak sekeras itu.
"But for real, I really want to know what do you want, Pumpkin." Kali ini, Sam menatapnya dengan serius. Sorot matanya seperti memaksa Kinar untuk membalas tatapannya. Kinar bukan pengecut, jadi dia balas menatap Sam sama beraninya.
"Lo beneran suka sama gue?"
"Gue nggak bakal ragu buat teriak sekarang biar semua orang tau kalo lo masih nggak percaya, Kinar."
"Don't be silly."
"I don't. But if doing so makes you believe me, then so be it."
Kinar menghela nafas, matanya beralih memandang tangan mereka yang masih saja saling menggenggam satu sama lain. Kinar tidak ingin melepasnya, entah setan apa yang menguasainya saat ini, namun Kinar menyukai sensasi yang muncul ketika Sam menyentuhnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Disenthrall
Teen Fiction(v.) set free Sedari dulu, ia sadar bahwa tawa dan bahagia tidak pernah berlaku dalam hidupnya. Sedari dulu, ia percaya bahwa pada akhirnya, dia adalah satu-satunya yang dapat dia percaya dan harapkan untuk bertahan. ...