7: Not So Sweet Pat-naming

413 78 10
                                    

When you're screaming,
but they only hear you whisper
I'll be loud for you

There For You - Troye Sivan ft. Martin Garrix

◆◇◆

Usai hari dimana Kinar secara tidak langsung 'menolak' Sam yang mencoba mendekati, Kinar merasa setitik rasa bersalah muncul dibenaknya.

Bukan berarti Kinar berniat untuk minta maaf atau apa. Ia bahkan tidak yakin ada kata maaf dalam kamus hidupnya. Kinar tidak pernah barang sekalipun mengucapkan kata 'ajaib' yang kata orang cukup sulit untuk diucapkan itu. Dan Kinar tidak memiliki sedikitpun bayangan untuk mengatakannya dalam waktu dekat.

Dulu, Mama pernah berkata bahwa meminta maaf tidak selamanya berarti bahwa kita bersalah. Meminta maaf adalah cara paling mudah memperbaiki keadaan. Bisa juga menjadi sarana untuk berdamai pada diri sendiri atas apapun hal yang kita rasa tidak berada pada tempatnya.

Kinar merasa Mama pasti sedang bercanda. Berpikir bahwa Mama mungkin saja sedang melantur dan sebagainya.

Tapi tentu saja, tidak semua orang memiliki keberanian untuk mengatakannya. Karena meskipun mereka hanya kata-kata, niat dan keberanian sangat dibutuhkan untuk sekedar membiarkannya lolos dari bibir tanpa perlu merasa rendah diri.

Kinar tidak tau berapa jauh kakinya telah melangkah di koridor sekolah. Berjalan dengan kepala menunduk adalah sesuatu yang sangat tidak dianjurkan. Bisa jadi, akibat paling mungkin yang terjadi adalah, menabrak seseorang yang sedang berjalan berlawanan arah.

"Ouch!" Kinar sedikit terhempas ke belakang saat seseorang menabrak bahunya.

"Ma--maaf." Salah satu kata ajaib.

Kinar menatap siapa yang bertabrakan dengannya, menemukan seorang gadis yang kini berjongkok. Memungut beberapa lembar kertas yang jatuh berserakan akibat insiden kecil beberapa saat lalu.

"Kalau jalan lihat-lihat!" Kinar berbisik kasar tanpa berniat membantu gadis asing itu. Meskipun sangat Kinar sadari bahwa dirinya juga bersalah karena tidak benar-benar fokus.

"Ma--saya sedang buru-buru. Jadi nggak begitu fokus. Maaf." Gadis itu berkata seraya berdiri. Rambut sepunggung yang ia kuncir separuh, dan menyisakan sebagian lagi tergerai membuatnya terkesan tampak ramah.

"Lo anak baru?" Kinar bertanya setelah mengamati gadis itu tanpa malu.

Cewek itu tidak lantas menjawab. Tangannya mendekap tumpukkan kertas di dadanya semakin erat. "Um... "

"Such a dumb shit." Kinar berbisik pelan. Seperti berkata pada dirinya sendiri.

"Pardon?"

Kinar menggeleng. "Nggak. Bukan apa-apa."

"Umh--o..ke." Gadis itu menunduk selama beberapa saat. Mulutnya bergerak tanpa suara, membuat Kinar menghadiahinya dengan tatapan aneh.

Setelahnya, gadis itu mengangkat kepala, dengan senyuman merekah di bibir dan raut wajah yang lebih bahagia. Sangat berbeda dengan dirinya beberapa saat lalu yang tampak begitu kaku dan ketakutan.

"Saya…  harus pergi ke ruang kepala sekolah." Katanya dengan ceria. Kinar hanya mengangguk, masih menatap gadis itu datar tanpa ekspresi.

"Senang bertemu dengan kamu." Ucapnya lagi sebelum berlalu melewati Kinar.

Kinar berbalik, menatap punggung gadis itu hingga sosoknya hilang di balik kelokan menuju tangga yang akan membawanya naik ke lantai tiga, tepat di mana ruang kepala sekolah dan kantor guru berada.

DisenthrallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang