Warung ; Kun

8.4K 1.1K 52
                                    

Akhir-akhir ini, kamu suka gercep alias gerak cepat ketika Mama kamu minta beliin apa-apa ke warung. Malah, jatuhnya kamu galau kalau Mama kamu lagi gak ada hal yang dibutuhin. Kalau Mama kamu nyuruh Lucas buat beli, malah kamu yang langsung pasang badan dan menyerahkan diri untuk beli barang yang Mama butuh.

Alasannya cuma satu.

Karena anak yang punya warung itu lagi liburan dari kegiatan kampus, dan ternyata anaknya punya wajah sesejuk ubin masjid.

Namanya Ardiansyah Kun Ramadhan. Aduhai banget, kan? Apalagi kalau ngomong, dia tuh super-duper sopan. Beda sama Lucas yang suka ngegas kalau ke kamu.

Emang, saudara laknat.

Hari ini kamu diminta Mama beli lada ke warung. Tapi kamu gak sesemangat biasanya. Karena kamu dengar-dengar, Kun ini ternyata lagi deket sama anak ustadz.

Rasanya kamu langsung down. Sholat aja kadang kayak burung pelatuk, secepat kilat. Mau disandingin sama anak ustadz? Tau diri aja duluan yang ada.

"Permisi," sapa kamu di depan warung. "Belii!" teriak kamu begitu sadar gak ada yang menyahut. Kamu dengar grasak-grusuk dari arah dalam, terus Kun muncul dengan gantengnya.

"Eh kamu. Mau beli apa ya?" tanya Kun dengan senyum lembut khasnya. "Mau beli lada kak," jawab kamu. "Lada? Bentar, ya. Dicari dulu," ujar Kun sembari melihat-lihat ke arah rak. Setelah dirasa gak ketemu, dia menatap kamu gak enak-atau salting?

"Tunggu, deh. Aku tanya ke Ibu dulu,".

Kun beralih masuk ke dalam rumah dan meninggalkan kamu sendiri. Kamu gak heran lagi, kok. Kadang, kalau bukan barang yang mejeng di etalase atau udah tersedia digantung, Kun emang susah nemuinnya. Entah matanya yang minus atau emang barangnya nyelip.

Kalau udah gitu, ibunya bakal keluar dan setelah barang ketemu, Kun akan kena semprot semacam 'Ini loh, ini!! Lihat pake mata dikepala Masss! Jangan pake mata kaki!'.

Kamu dengar suara omelan dari dalam, bercampur suara Kun yang minta maaf. Kamu menampilkan senyum terbaik ketika melihat Ibu Kun keluar dari dalam. Beliau menyapa kamu hangat, menghentikan omelannya yang tadi sepanjang kereta api.

"Pantes Mas gak fokus!" cibir Ibu Kun. Kun mendelik, berbisik lirih. Ibu Kun gak peduli banyak, dan langsung mencari lada yang dibutuhkan.

"Nih! Gak ketemu terus, heran Ibu. Matanya kamu jual aja deh! Sayang banget di sia-siain!" omelnya. Kun cuma mendumel, sementara kamu terkekeh sendiri. "Mau masuk dulu, Say? Ibu bikin kue," Ibu Kun beralih ke kamu, tersenyum manis. "Ah enggak usah, Bu. Mama di rumah lagi repot,".

Alasan. Padahal biar gak keliatan saltingnya.

Ibu Kun pamit masuk, kembali menyisakan kamu dan Kun. "Aku ambil dua, jadi berapa kak?". Ini nih, part paling kamu suka. Soalnya sekalian megang tangan Kun juga, kan? Hehehe.

"Rp.2000,- aja,".

Kamu merogoh saku, mengambil uang sebesar Rp. 5000 dari Mama yang alhamdulillah wa syukurillah lebih. Jadi nanti Kun ngasih kembalian. Double modus.

Kun memberi kembalian ke kamu. Gak tau aja kamu udah mesem-mesem bahagia karena nyentuh tangan hangat Kun.

"Eh iya, Kak. Katanya Kak Kun lagi deket sama anak ustadz?". Kamu nyaris nabok mulut kamu yang gak bisa banget di rem. Kebiasaan bareng Lucas nih, kebawa-bawa di depan calon imam.

Kun ngangkat alisnya aja. "Kata siapa?" tanyanya. "Tetangga," jawab kamu asal bunyi. Iyalah, masa kamu mau terus terang kalau kebiasaan kamu tiap malam itu curi kabar soal Kun dari Ibu kamu?

"Enggak, kok. Dia saudara aku, makanya aku kelihatan deket. Jangan salah paham," dia senyum manis. "O-oh, gitu," kamu nunduk, nahan senyum lebar kamu. Kata-kata Kun tadi udah cukup meyakinkan kamu masih ada peluang. Tenang aja, ada banyak jalan menuju Roma. Kalau semangat juga Kun bakal tekuk lutut, kata kamu menyemangati diri sendiri.

"Em, beneran gak bisa ke dalam?" tanya dia. Kamu mengangkat kepala, mengerutkan kening, lalu menggeleng. "Enggak, kak. Lain kali, deh,". Kun mengangguk sambil senyum.

"Nanti kalau sekalian main, kamu tanya aja ke Ibu soal cewek yang suka aku omongin,".

"Ha?".

"Loh? Kamu beneran gak mau tau cerita soal diri kamu sendiri dari calon mertua?".

Anjai, aqu suka gaiamu Kun.

IMAGINE :: ( ✓ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang