Lomba ; Winwin

7.5K 972 12
                                    

"Udah sih, Win. Kalah juga lo gak akan mati," kata kamu gerah ngelihat Winwin daritadi bolak-balik di depan mata kamu. "Dih, iya. Tapi malu sama nama gue!" ucap dia. Kamu mutar bola mata malas.

Ini yang kamu gak suka dari Winwin. Dia itu pemikir banget. Padahal lemari dia penuh sama piala kejuaraan tari. Tapi tetap aja, satu kali kalah seolah buat itu semua gak berarti. Gimana kamu gak kesel? Kamu dapat satu piala aja rasanya setengah mampus.

"Nama lo udah bagus 'Winwin'. Kenapa gak pede gini, dah? Nama itu doa, Win," ujar kamu lagi. Winwin bukannya tenang, malah jadi duduk di pinggir kamu. Dia ngulurin tangannya. "Usap," pinta dia. Kamu ketawa kecil. Emang, manjanya Winwin cuma muncul kalau lagi gugup. Dan itu yang kamu suka. Biasanya mana mau Winwin terus terang gini? Dia lebih sering bersikap malu-malu. Gemes juga sih, tetap aja.

Kamu mengelus pelan tangan Winwin. Serius, deh, mulus banget. Padahal dia gak pernah skincare-an.

"Kalau gue kalah, nanti lo malu gak?".

"Gak tuh, kan lo yang kalah,".

"SERIUUUUS," rajuk Winwin yang buat kamu ngakak. Beneran kayak bayi. "Enggak, Winwin. Ngapain malu? Menang-kalah itu biasa. Tergantung usaha dan keberuntungan lo aja," sahut kamu santai. Selanjutnya Winwin diam, gak menyahut atau menyangkal kayak biasanya. Kamu heran, tapi yaudah. Mungkin Winwin lagi kebelet.

"Tau gak?" ucap dia tiba-tiba. "Ya enggak. Orang elo belom cerita," balas kamu acuh. Winwin cemberut, tapi tetap lanjutin. "Ada peserta yang nembak gue masa kemarin," beritahu dia. Alis kamu mengerut tajam. Ini maksudnya Mas Sicheng apa ya? Mau pamer gitu kalau dia laku?

"Terus? Diterima?" tanya kamu, basa-basi. Tangan Winwin yang gak bersalah jadi pelampiasan, ditekan-tekan keras sama kamu sampai sang empunya meringis.

"Enggak. Gue bilang gue gak suka sama dia,".

Kamu tercengang. Astaga, ini orang kenapa polos nyerempet bego banget? Kamu yang tadinya kesel, jadi kasian sama si Mbak yang di tolak.

"JUJUR BANGET,".

"Ih, terus gue harus terima gitu?".

"YA TAPI NOLAKNYA MANUSIAWI DIKIT KEK,".

Winwin mengerucutkan bibirnya waktu kamu nasehati. "Ah lo mah. Gue kan sukanya sama lo, makanya gak nerima dia," sungut dia. Kamu mematung. "H-ha? Apaan Win?" tanya kamu gak ngeh.

Belum Winwin jawab, panggilan untuk dia tampil ke atas panggung keburu menggema. Buat kamu rasanya mau ngelempar panitianya pake meja kayu jati.

KAMU UDAH DI HTS*-IN WINWIN BERTAHUN-TAHUN Y. GILIRAN MAU RESMI ADA AJA HALANGANNYA. (Hubungan Tanpa Status).

Gue dosa apa sih ya Rabb.

Winwin bangkit berdiri. Kamu yang masih badmood tetap di posisi. Masa bodo. Dendam kamu sama yang nyelenggarain acara.

"Temenin kek. Mau naik panggung nih, gua," pinta dia. Kamu mau gak mau nurut, ikut bergerak ke pinggir panggung.

"Gue mau lo bikin janji,". Kamu ngernyit begitu dengar ucapan Winwin.

"Kalau gue menang, lo harus mau jadi pacar gue,".

Kamu menelan ludah susah payah. Rasanya jantung kamu berdegup berkali-kali lipat lebih cepat dari biasanya.

"Kalau kalah?" tanya kamu ragu-ragu. Winwin kelihatan bingung sesaat. "Yuta gak bilang sih, kalau kalah gue harus ngapain. Tapi kalau kalah juga kan gue udah nembak, jadi harus di terima," dia senyum tanpa dosa.

MC udah manggil-manggil dia, buat momen itu keputus seketika. "Hehe, dadah pacar,".

Winwin ngomongnya santai banget, gak tau kalau kamu udah lemah-loyo-ambyar gara-gara dia disini.








a/n
Ini murni part terakhir imagine ya
HUHU KUSAYANG KLEAN YANG UDAH
KUAT BACA SAMPE AKHIR

IMAGINE :: ( ✓ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang