Ratu selesai membuatkan SIM untuk Riki ia mudah akrab dengan anak mbak Inem itu, apalagi Riki ia kelewat senang dan berharap lebih.
"Eh Ki esok ada acara pesta topeng di sekolah loh, ya sekolah selalu adain pesta mewah setiap tahunnya untuk ultah sekolah, gue tau pasti papa sengaja buat pamer sama temen temen bisnisnya." Ratu mencebik kesal.
"Papanya non Ratu pasti orang baik kan, dia rela sekolahin anak pembantu seperti saya." Riki menerawang.
"Papa emang baik tapi dia jarang dirumah, gimana gue mau deket?? Bodo ah capek pen istirahat." Ratu pergi begitu saja menuju kamarnya yang berada di atas, ia berpapasan dengan Raffa ditangga namun tetap seperti pagi tadi ia acuh tanpa menengok sedikitpun.
"Ampun deh." Raffa melongo sambil mengelus dadanya.
"Ratu kalo ngambek kuat banget lama lama gitu ya gak cape apa." Raffa menghela nafas seperti orang lelah.
"Non Ratu lagi ada yang dipikirin kayaknya den dia dari pagi juga kebanyakan melamun, kasihan kayaknya dia kangen sama kedua orang tuanya." Ucap Riki mengemukakan pikirannya.
"Ratu emang kayak buku yang mudah dibaca, semua yang dia pikirin pasti tergambar jelas di wajahnya." Ada jeda sebentar. "Om dan tante jarang di rumah Ki, Ratu kurang kasih sayang orang tua, apalagi mamanya juga selalu ikut pergi." Raffa menghela nafas untuk ke sekian kalinya.
"Loe dateng ke pesta topeng besok malem??" Raffa mengalihkan topik pembicaraan.
"Di rumah aja kayaknya den, malu saya nggak punya baju yang bagus." Riki menunduk sedih.
"Elaah Ki gua baju banyak kok, ntar gua kasih deh buat loe." Raffa merangkul bahu Riki mengajak ke kamarnya.
"Gua banyak baju yang belom sempet kepake kayaknya, nggak terlalu suka juga sih, kebanyakan di beliin tante waktu ke luar, ukurannya pada kegedean kayaknya di loe cocok deh loe badannya agak isi dari gua." Raffa tertawa.
"Apa boleh den Raffa." Riki bertanya bingung, takut juga dimarahi oleh ibunya.
"Gapapa gak kepake juga buat apa kan?" Raffa santai. "Dan satu lagi jangan panggil gua pake embel embel den den apaan gua gak sukaa." Raffa memperingati.
"Iya den... eh Raffa sayanya canggung." Riki agak malu sebenarnya, disini dia disambut dengan ramah oleh keluarga majikannya ia seperti merasa punya keluarga baru.
"Santai aja." Raffa menepuk babu Riki.
Sedangkan Ratu dikamarnya ia sedang telentang matanya menatap langit kamarnya yang putih bersih. Semua pikiran berkecamuk tentang keluarganya dan Raja, ketika mengingat Raja perasaannya menghangat namun ia berusaha menepis semua itu, Raja sudah menghindarinya dan sedang dekat dengan orang lain, mungkin saja pacaran?? Entah Ratu tak tau pasti, namun ia tak ingin berharap terlalu banyak, ia takut kecewa pada akhirnya.
"Haahh mending gue cari baju buat besok, sekalian nyalon kek orang orang, bagus kali ya ni rambut kalo ujungnya di blow sama warnain." Ratu membelai rambutnya.
"Tapi boleh gak sih??" Ia masih bertanya pada dirinya sendiri.
"Bodo ah boleh aja." Ratu bergegas ganti baju dan ia juga sudah memesan grab karna SIM milik Riki masih di proses, entahlah.
"Nice." Ratu selesai berganti pakaian ia keluar dari kamar dan menuju ke depan untuk menunggu grab pesanannya.
Sesampainya di depan, satpam rumahnya terlihat sedang berbicara dengan supir Grab.
"Pak grab pesenan Ratu udah dateng." Ratu bertanya kepada pak Yono satpamnya.
"Oh ini pesenan non Ratu." Yono menunduk sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raja dan Ratu
Teen FictionBerawal dari pertemuan yang tidak direncanakan, lalu berlanjut menjadi sebuah kisah, sebuah cinta, akankah sad ending or happy ending?? Cerita ini hanya karangan penulis jika ada kesamaan apapun itu murni faktor ketidaksengajaan.