3 bulan kemudian
Ratu berkunjung ke rumah Raffa karna ingin bertemu dengan Miranda yang baru saja pulang dari Singapore, dokter disana mengatakan sel kanker sudah bersih dari tubuhnya namun tetap saja ada kemungkinan terburuk masih tetap ada, karna itu Miranda harus menjaga kesehatannnya.
"Tante...." Ratu berlari kecil dan memeluk wanita paruh baya itu.
"Ratu kecil tante." Mereka berpelukan dan Ratu langsung tidur dipangkuan Miranda.
"Tante sembuh kan?? maafin Ratu gak ada saat terburuk itu." Ratu menangis sesegukan.
"Ratunya tante udah dateng mana mungkin tante masih sakit. " Miranda tersenyum dan mengusap kepala Ratu.
"Kenapaa tan kenapaa tante gak pernah hiks cerita apa apa sama Ratu hiks hiks." Ratu semakin tak sanggup menahan tangisnya.
"Tante tau masalah kamu terlalu besar karna itu Tante gak mau kalo kamu terbebani karna masalah tante juga." Miranda mencoba menenangkan.
"Janji yaaa hiks hiks tante gak bakal hiks nyembunyin apa apa lagi sama Ratu." Ratu menyodorkan kelingkingnya.
"Iyaaa cantiiikk." Miranda mengaitkan kelingkingnya.
Melihat kedekatan mereka Lidia menjadi iri, karna sejak Lidia memutuskan menjadi ibu sebenarnya untuk Ratu, ia sama sekali belum pernah mendengar Ratu berbicara panjang lebar seperti itu, namun ia bersyukur berarti putri kecilnya itu perlahan kembali lagi.
Lidia mendekati kedua orang yang sedang asyik berincang itu. "Mira ayo makan malam dulu, aku membawakan makanan sehat dan yang pastinya kamu akan suka." Lidia memapahnya untuk duduk di kursi roda.
"Terimakasih kak udah mau repot repot datang kesini." Miranda mengusap tangan Lidia yang tengah mendorong kursi rodanya.
"Kamu adikku Mira mana mungkin repot, maafkan kakak dan kakak iparmu yang tak pernah memperhatikanmu." Lidia menyesal.
"Sudahlah kak tidak ada yang perlu di maafkan karna tidak ada yang salah, sebaiknya cepat kita makan aku sangat lapar." Miranda mengalihkan pembicaraannya.
"Baiklah baiklah para orang tua selalu saja berdrama, ayo cepat makan." Ratu mendorong mamanya agar mendorong kursi rodanya.
"Anak nakal." Lidia tertawa dan diikuti Miranda dan Ratu.
"Mama senang kamu bisa ceria lagi." Lidia mengusap pelan rambut Ratu.
"Ratu mana mungkin membiarkan semua orang yang menyayanginya terpuruk kan, Ratu sudah berjuang selama ini dan itu demi mama papa dan semua orang yang Ratu sayangi." Ratu memeluk mamanya dan tantenya.
"Yuk kita cobain masakan mama enak loh tan, Ratu selalu nggak tahan buat nambah." Ratu semangat.
Keesokannya adalah awal ujian akhir untuk kenaikan kelas, dan Ratu sudah belajar keras agar mendapat nilai sempurna dan bisa membanggakan kedua orang tuanya.
"Ratuu!!" Itu suara Raja yang berjarak 10 meter dihadapannya.
Melihat Raja didepannya Ratu sudah bersiap berbalik dan berjalan dengan langkah lebar menghindari Raja, Selama ini entah kenapa jika melihat Raja ia selalu ingin menghindar dan selama ini ia selalu menghindari Raja. Ratu memang sudah tau kenyataan sebenarnya, namun ia menyesal karna ia tidak sempat mendengarkan penjelasan Raja terlebih dahulu namun ia malah pergi, Ratu malu kepada Raja.
"Ratu stop!!" Raja berhasil menangkap tangan Ratu.
Ratu menutup matanya, ia rindu akan sentuhannya, rindu akan suaranya, rindu wajahnya dan ia rindu apa yang ada dalam diri Raja, Ratu rindu itu namun ia terlalu naif untuk mengakuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raja dan Ratu
Novela JuvenilBerawal dari pertemuan yang tidak direncanakan, lalu berlanjut menjadi sebuah kisah, sebuah cinta, akankah sad ending or happy ending?? Cerita ini hanya karangan penulis jika ada kesamaan apapun itu murni faktor ketidaksengajaan.