1

45.1K 2K 12
                                    

Seorang wanita paruh baya terlihat baru saja keluar dari mal, sambil sedikit  kesusahan membawa belanjaanya yang terlalu banyak. Pada saat wanita tersebut akan masuk ke mobilnya, tiba-tiba ada seseorang yang menjambret tasnya.

"Copet-copet! Tolong... Tolong saya. Ada copet," teriaknya.

Seorang gadis berseragam putih abu-abu yang tengah berjalan itu merasa terkejut kala ada yang menubruk tubuhnya dengan keras.

"Dek, tolong berhentiin dia, Dek. Dia itu copet!" teriak kerumunan warga yang sedang mengejar copet tersebut.

Dengan keberanian, Arum menendang inti dari copet tersebut, alhasil copet tersebut mengaduh dan lari tunggang langgang.

Arum pun menghampiri wanita paruh baya tersebut, "ini bu tasnya, lain kali hati-hati ya, Bu, di sini rawan soalnya."

Wanita tersebut memandang gadis itu dengan senyuman lembutnya, "nama kamu siapa, Sayang?" tanyanya sambil mengelus kepala Arum.

Gadis berkuncir kuda itupun langsung menunjuk badge nama diseragamnya sambil menyunggingkan senyum lebar.

"Oh, Arumi Alisha. Kenalin nama tante, Kinanti Ayu Bagaskoro." Kinan menjulurkan tangannya, Arum pun meraih dan mencium punggung tangan Kinan.

Kinan tersentuh dengan kelakuan anak ini, sampai tak sadar ia melamun.

"Bu, saya pamit dulu ya, assalamualaikum."

Kinan tersentak dari lamunannya dan menyadari bahwa gadis dihadapannya itu sudah pergi.

"Masya allah, aku lupa nanyain dimana dia tinggal," Kinan meringis sambil menepuk pelan keningnya. Bagaimana pun juga ia masih berhutang budi pada gadis tersebut.

***

"Assalamualaikum." Kinan melangkahkan kaki ke dalam dan melihat putrinya yang tengah bermain handphone.

"San, Mama salam kok ga dijawab." Kinan duduk di samping putrinya itu sambil menyelonjorkan kaki.

"Waalaikumsalam."

"San, tau ga, tadi tuh Mama 'kan kecopetan, terus ada perempuan cantik banget, kayaknya sih seumuran sama kamu. Dia tadi yang nolongin mama," Kinan bercerita antusias.

"So?" jawab Susan sambil memandang Kinan dengan tatapan malas.

"Ya mama mau cari alamat anak itu lah. Mama pengen balas budi sama dia."

Susan memandang Kinan dengan tatapan aneh, "Ma, Mama bilang jangan terlalu percaya sama orang asing, lah tapi Mama sendiri. Mungkin aja dia satu komplotan ama tuh copet?"

"Hus, jangan su'udzon ah, dosa tau, tapi mama yakin kok kalau anak itu tulus. Oh ya, kakak kamu mana?" Kinan bertanya sambil memandang sekitar.

"Mas Rama masih dikantor kali, Ma."

"Oh, terus adik kamu Kia, mana? Tumben jam segini belum pulang?"

"Ck, Ma, please deh jangan tanyain anak cacat itu ke aku, denger namanya aja aku tuh udah mual tau ga."

"SUSAN!!! Bicara apa kamu ini, dia adik kamu, ga seharusnya kamu bicara begitu," emosi Kinan.

"Udah lah ya, percuma. Mama juga paling belain anak itu." Susan meninggalkan ruang tengah tersebut menuju ke kamarnya.

Kinan mengembuskan napas lelahnya, percuma saja mengajak putrinya itu berdebat. Putrinya itu sangat keras kepala seperti suami dan putra sulungnya.

Akhirnya dia pergi ke kamar dan sholat dzuhur untuk menenangkan pikirannya.

Tbc

Arumi [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang