25

18.8K 1.1K 65
                                    

Happy reading ❤️❤️

Rama menatap rumah sakit dihadapannya dengan perasaan bimbang. Apakah ia harus mengemis-ngemis sekarang demi cintanya?

Demi Arum, Ram, batinnya.

Rama mulai melangkahkan kakinya untuk masuk ke instansi kesehatan itu.

Sementara itu, Lukman yang tengah memeriksa data-data pasien di ruangannya itu nampak serius dengan kegiatannya tersebut. Kegiatannya harus tertunda karena seseorang mengetuk pintu ruangannya.

"Masuk!"

"Permisi Dokter, ada seseorang yang ingin menemui dokter," ujar salah satu suster di sana.

"Seseorang? Siapa?" Seingat Lukman, ia tidak memiliki janji dengan siapapun.

"Maaf dokter, saya kurang tau. Orang itu ingin membicarakan hal yang penting dengan dokter."

Lukman mengangguk-angguk. Akhirnya ia mempersilahkan orang yang ingin menemuinya tadi untuk masuk.

Saat suara pintu terbuka, Lukman langsung menoleh dan tatapannya pun langsung berubah menjadi datar.

"Ngapain lo?" tanya Lukman tak suka.

"Lukman. Saya ingin membicarakan sesuatu sama kamu."

Lukman menatap Rama malas, lalu ia menyenderkan tubuhnya di kursi. Sambil melipat kedua tangannya di dada ia bertanya.

"Ngomong apaan? Cepetan, gue sibuk!"

"Tolong serahkan Arum ke saya," ucap Rama.

Lukman yang mendengar itu langsung menegakkan tubuhnya. Ia menatap Rama tak percaya.

"Apa? Serahin Arum ke lo? Mimpi!" Lukman bahkan tak akan pernah melepaskan Arum sedetik pun ke orang lain.

"Apa kamu masih dendam sama saya? Karena saya sudah merebut Amel dari kamu?"

"Saya mohon Lukman, saya mencintai Arum. Saya mohon," lanjut rama. Tiba-tiba ia menghampiri Lukman dan bersujud di hadapan pria itu.

Lukman yang melihat itu kaget. Ia langsung berdiri dan memegang pundak Rama sambil menyuruhnya untuk berdiri juga.

"Bangun-bangun. Apaan si lo."

"Saya mohon sama kamu Lukman," pinta Rama lirih.

"Kita kan sahabatan Lukman," lanjut Rama.

Lukman terkekeh. "Sahabat? Dengan Lo ngerebut semuanya dari gue. Itu yang lo bilang sahabat?"

Bugh

Lukman melayangkan satu pukulan ke pipi Rama. Rama meringis sambil memegangi sudut bibirnya yang mulai mengeluarkan darah. Lukman kembali menarik kerah kemeja Rama.

"Gue nyesel karena gue udah biarin gitu aja Amel sama cowok kaya lo, harusnya gue dulu berusaha buat pertahanin Amel di sisi gue. Gue pikir lo bisa jagain dia. Tapi nyatanya apa? Lo hamilin dia dan dengan brengseknya lo gamau ngakuin janin itu. Bahkan Amel meninggal dan itu semua gara-gara lo anjing!" Nafas Lukman mulai terdengar memburu.

Dengan emosi, Lukman kembali memukul wajah Rama.

"Lu--Lukman berhenti," rintih Rama terbatuk-batuk.

"Lo pantes terima ini semua, Ram. Cowok brengsek kaya lo pantes dapetin semuanya." Lukman tertawa sinis menatap ketidakberdayaan Rama.

"Lo emang sahabat gue sejak SMP. Tapi kelakuan bejat lo dari dulu ga bisa gue tolerir." Lukman mengacungkan satu jari didepan wajah Rama.

"Dulu gue biarin Amel sama lo. Gue korbanin perasaan gue sendiri demi sahabat gue. Tapi lo udah buat gue kecewa, Ram. Sekarang, gue gamau ngelakuin kesalahan untuk yang kedua kalinya." Lukman melepaskan tangannya dari kerah kemeja Rama dan mundur sedikit.

Arumi [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang