20

20.9K 1.2K 66
                                    

Happy reading ❤️❤️

Hujan deras mengguyur kota Bogor malam ini, biasanya orang-orang akan bergelung nyaman di dalam selimut mereka pada saat hujan. Berbeda dengan Arum, wanita itu nampak sibuk dengan kegiatannya menadangkan air dengan baskom. Titik-titik bolong di atapnya, membuat air itu dengan mudah masuk ke dalam rumah.

"Biar Kia bantu Bun," ujar Kia yang masih terjaga. Kia tidak tega membiarkan Arum lelah sendirian.

Arum menatap Kirana yang tengah tertidur pulas di pojok rumah, tempat dimana tidak terdapat bagian bocor.

"Kamu tidur aja, bunda jagain," kata Arum yang masih sibuk memindah-mindahkan baskom.

"Tapi besok bunda bangun pagi, terus kerja. Masa bunda ga tidur." Kia tetap kekeh ingin membantu Arum.

"Tanggung jawab bunda untuk jaga kalian, biarin aja bunda ga tidur gapapa. Lagian besok kamu kan juga sekolah." Arum menolak.

"Ya tapi Kia mau bantu bunda, masa bunda ga tidur." Gadis itu tetap keras kepala.

Arum tersenyum. "Kia, bunda gamau besok kamu ga konsen belajar cuma gara-gara begadang. Udah bunda aja yang jagain."

Kia membuang napas, ia dan Arum sama-sama keras kepala. Akan sulit untuk meredakan perdebatan diantara mereka.

Akhirnya gadis itu memilih untuk mengalah, "yaudah deh, Bun. Kalo gitu Kia tidur. Tapi kalo ada apa-apa bunda langsung bangunin Kia aja ya," kata gadis itu lalu beranjak menuju ke tempat dimana adiknya itu tidur, Kia mencoba untuk membuka matanya kuat-kuat, tapi apalah daya, rasa kantuknya lebih mendominasi yang akhirnya membuat gadis itu ikut terlelap bersama Kirana.

Berbeda dengan Bogor yang hujan deras, Jakarta malam ini hanya hujan gerimis saja. Rama tersenyum sendiri di kamarnya sambil memegang sebuah benda pipih yang menampilkan foto Arum, entah bagaimana, pria itu berhasil memotret Arum tanpa sepengetahuan perempuan itu.

Rama mengelus foto Arum, jika ada orang yang melihat Rama, pasti akan menganggap bahwa Rama gila sebab tersenyum-senyum sendiri pada benda mati digenggamannya.

Seseorang dari balik pintu kamarnya menyaksikan setiap hal yang dilakukan Rama. Susan sangat dibuat heran dengan kakaknya itu, kakaknya tidak pernah tersenyum secerah itu. Lalu sekarang mengapa? Melihat Rama yang beranjak ke kamar mandi membuat Susan mengendap-endap dan mengambil ponsel Rama. Karena ponsel Rama tidak terkunci membuat Susan lebih mudah untuk membukanya. Susan begitu terkejut saat melihat wallpaper di ponsel Rama. Perempuan itu sampai menutup mulutnya dengan tangan.

"Arum," gumamnya. "Jadi selama ini Mas Rama ketemu Arum. Tapi kok bisa? Gue harus cari tahu," lanjutnya lalu pergi dari sana sebelum Rama memergoki.

***

Arum merenggangkan tubuhnya, karena hanya tertidur sebentar membuat tubuhnya pegal-pegal. Akhirnya, Arum telah selesai merapihkan rumahnya. Kini, saatnya Arum untuk bersiap menjalankan sholat Subuh.

"Kia, Kia. Bangun." Arum menepuk-nepuk pelan pipi Kia. "Ayo bangun, sholat Subuh."

Kia membuka matanya dan memandang sekitar. Begitu terkejutnya gadis itu saat melihat rumahnya sudah rapi.

"Bunda udah beresin semuanya?" tanya Kia.

Arum mengangguk singkat sambil berdehem.

"Sendiri?" tanya Kia tak percaya. "Kenapa bunda ga bangunin Kia, tau gitu 'kan Kia bantuin," lanjutnya.

"Udah gapapa. Sekarang kamu bangunin adik kamu ya buat sholat Subuh, bunda mau masak dulu." Kia mengangguk menurut.

Setelah rapi, keluarga kecil itu duduk melingkar dengan makanan seadanya yang tersaji.

Arumi [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang