2

31.6K 1.7K 21
                                    

Kinan berkaca di ruang tengah sambil sesekali menata rambutnya, Kinan terlonjak saat ada yang menepuk bahunya.

"Ya ampun Rama, mama kira siapa. Kebiasaan deh kamu nih kerjaanya ngagetin mama terus," gerutu kinan.

Rama hanya terkekeh, "mama mau kemana emang? Rapi banget."

"Ya kayak biasa, ngunjungin panti asuhan milik sahabat mama." Memang setiap hari minggu Kinan dan Farhan selalu berbagi ke setiap panti asuhan.

Rama berdecih, "Ngapain sih kesana? Buang waktu aja."

"Ram, mama ga mau ribut sama kamu ya. Jadi please, oke?" perintah Kinan.

Rama pun berlalu kembali ke kamarnya dan meninggalkan Kinan tanpa mengucapkan apapun. Kinan memutuskan untuk melangkah keluar. Namun, langkahnya terhenti saat putrinya, Susan memanggil.

"Ma, bagi duit jajan dong,"

"Uang yang kemarin emang kemana?"

Susan memutar bola matanya sebal, "ya habis lah, Ma, masa uang seratus ribu gitu bertahan sehari doang. Buruan dong, Ma, pengen hangout nih sama temen-temen."

Kinan menghela napas lelah, lalu mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya.

"Yeyy, makasih, Ma." Susan memekik kesenangan, lalu mencium pipi Kinan dan berlari menuju kamarnya. Dan Kinan pun langsung melanjutkan langkahnya yang tertunda tadi menghampiri suaminya yang sudah menunggu di dalam mobil.

"Lama banget, Ma. Ada apa emang?" tanya Farhan setelah Kinan masuk ke mobil.

"Biasa, Pa, anak-anak," jawab Kinan sambil memasang seat beltnya.

"Lain kali kalo Susan minta apa-apa, jangan kamu turutin terus, Ma," pesan Farhan. Ia sudah tau karakter putrinya itu seperti apa.

"Tapi mamah takut, kalo Susan bakal berbuat yang tidak-tidak, Pa."

Farhan menghela napas lelah, dirinya pun sudah bingung mau bagaimana lagi menghadapi anak-anaknya itu. Daripada pusing memikirkannya, ia pun memilih melajukan mobilnya ke tempat tujuan.

Setelah beberapa menit menempuh perjalanan, akhirnya Farhan dan Kinan pun sampai ke panti asuhan 'Damai Indah'. Tampak didepan gerbangnya seorang wanita berbalut hijab menyambut mereka.

Kinan dan Farhan pun turun dari mobil, Kinan menghampiri sahabatnya itu.

"Dian, apa kabar? Aku kangen banget tau," ucap Kinan lalu memeluk Dian. Dian pun membalas pelukan Kinan dan melepasnya.

"Walaikumsalam, aku juga kangen sama kamu, Nan," balas Dian.

Kinan meringis, "oh ya, aku lupa salam. Assalamualaikum." Yang dibalas ulasan senyum oleh Dian, sedangkan Farhan, pria itu hanya tersenyum kepada Dian yang disambut senyuman juga.

"Eh ayo silahkan masuk," tawar Dian yang disetujui oleh Farhan dan Kinan.

Saat mereka masuk ke sana, tampak anak-anak dan remaja yang sedang tertawa dan bermain bersama. Pemandangan tersebut membuat Kinan tersentuh, ia memang menyukai anak-anak.

Saat mereka sudah didalam ruang tamu, Kinan pun merasakan adanya panggilan alam.

"Duh, Dian, aku kebelet nih, boleh numpang 'kan?"

"Ya boleh dong, kamar mandinya lurus aja kok dari sini."

Kinan langsung bergegas kekamar mandi. Setelah selesai ia pun keluar dari kamar mandi tersebut, saat menuju kembali ke ruang tamu, tubuhnya sedikit oleng karena menabrak seseorang.

"Maaf, Bu, maaf. Saya ga sengaja, Bu," ujar gadis tersebut sambil menunduk.

Kinan seperti mengenal suara tersebut, "Loh Arum?" Kinan terkejut. Gadis itu terlihat membawa sapu dan lap pel.

Arum pun sama terkejutnya, "Bu Kinan? Ya ampun sekali lagi maaf ya, Bu," ujar Arum dengan rasa bersalah.

Kinan mengulas senyum lembut. Tangannya tergerak untuk mengelus rambut Arum.

"Ga apa-apa, Sayang. Kamu tinggal di sini?" tanya Kinan yang dijawab anggukan oleh Arum.

"Bu, saya mau ke belakang dulu ya. Saya mau bersih-bersih, mari Bu," pamit Arum yang diangguki oleh Kinan.

Arum pun berlalu pergi. Kinan pun tersenyum memandang punggung Arum yang mulai menghilang itu. Tiba-tiba, Kinan memiliki sebuah ide. Akhirnya ia kembali ke ruang tamu, melupakan acara kebeletnya itu.

"Lama banget kamu, nyasar ya?" tanya Dian jahil yang melihat Kinan memasuki ruang tamu. Kinan pun duduk disebelah Farhan.

"Ya ga dong, masa ya sih," sergah Kinan. "Oh ya, kamu ngerawat Arum ya?".

"Arum? Arumi Alisha? Kenapa emang?"

Kinan pun menceritakan semuanya, sebelumnya ia juga telah menceritakan semuanya pada Farhan. Farhan pun juga setuju atas rencana balas budi Kinan.

..."Jadi tuh gitu," akhir Kinan.

Dian mengganguk, "jadi? Dia yang tolongin kamu?" tanya Dian yang diangguki antusias oleh Kinan. "Arum memang baik, Nan. Pinter, ramah, sopan lagi. Banyak banget yang mau adopsi dia, tapi aku ga bisa percayain gitu aja, takutnya mereka ngelakuin hal buruk ke Arum," sambungnya.

Pujian yang dilontarkan Dian tentang Arum membuat Kinan semakin kagum terhadap sosok gadis itu.

"Gimana kalo aku adopsi Arum?" tawar Kinan. "Boleh 'kan, Pa?" sambungnya sambil menoleh ke arah Farhan meminta persetujuan.

"Boleh banget dong, Ma. Ya 'kan, Yan?"tanya Farhan.

Dian mengangguk, " alhamdullilah, akhirnya aku udah menemukan orang yang pas buat jadi orang tua asuhnya Arum. Aku percayain Arum sama kamu ya, Han, Nan," harap Dian.

Kedua pasutri tersebut mengangguk dengan senyuman merekah dan pancaran bahagia.

Tbc

Arumi [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang