11

25.2K 1.5K 88
                                    

Happy reading ❤️❤️

7 tahun kemudian...

Rama termenung sendiri, perilakunya terlihat seperti seseorang yang tidak punya tujuan hidup.

"Arum," gumamnya lirih. "Kamu dimana?" tanyanya pada diri sendiri.

Satu hal yang baru Rama sadari, jika Rama mencintai Arum. Rama mencintai Arum yang lugu itu. Arum yang dulu ia benci, ternyata mempunyai tempat yang paling dalam di hatinya.

Kebencian yang dulu tersemat kini berubah menjadi warna cinta untuk Arum. Ia tidak tahu bagaimana dan kenapa. Wajah Arum yang pertama kali ia lihat pada saat itu, menggetarkan sesuatu di hati Rama.

Namun, karena tertutup oleh kabut kebencian dan iri, pria itu seakan membuang jauh-jauh perasaan yang ternyata bisa mengubah hidupnya sedrastis ini.

Rama mengembuskan napasnya pelan, "kamu dimana, Rum? Maafkan saya," ujarnya menyesal.

Rasanya Rama sangat ingin menemui Arum dan bayi yang dulu di dalam kandungan Arum. Bayi yang sudah ia sia-siakan, bahkan dengan teganya Rama menyuruh Arum untuk menggugurkan kandungan Arum pada saat itu.

Rama sadar jika ia butuh Arum, ia butuh perempuan itu. Untuk merawatnya, mengasihinya. Arum, perempuan itu telah mengubah Rama, telah mengubah hati Rama, telah mengubah pikiran Rama. Semuanya telah dijungkir balikkan oleh perempuan itu.

Awalnya Rama sangat membenci anak-anak, namun ketika mengingat bayi di kandungan Arum, Rama langsung bisa menyayangi anak kecil, Rama menyugestikan jika anak-anak itu ialah anak-anaknya bersama Arum Yang sekarang entah ada dimana. Sudah tujuh tahun Rama berusaha mencari Arum, namun nihil, tak ada petunjuk. Bahkan Rama saja tidak tau apakah bayinya masih ada atau tidak dan seperti apa saat ini.

Lalu Kiara, gadis itu, entah seperti apa wajahnya sekarang, tapi Rama tau jika gadis itu telah beranjak remaja sekarang.

"Mas Rama." Susan masuk begitu saja ke ruangan kerja Rama yang langsung saja membuyarkan lamunan Rama hingga sekarang Rama memusatkan pandangan ke adiknya itu. Susan langsung duduk di kursi depan Rama.

"Kenapa?" tanya Rama lemas.

Susan menengadahkan tangannya di depan Rama. Rama menatap Susan dengan pandangan bertanya. Susan berdecak.

"Ck, bagi duit, Mas! Buat shopping," palak Susan.

"Habis ini aku mau ke salon, biasalah Mas, aku 'kan model, jadi harus sering-sering perawatan," ujar Susan sambil memainkan kukunya.

"Huft." Rama membuang napas lelahnya. "San, kemarin baru aja Mas kasih kamu uang. Apa ga cukup? Kamu juga jangan boros-boros, San," petuah Rama.

Susan memutar kedua bola matanya malas, "mas, ya wajarlah aku butuh uang banyak, 'kan aku tuh model, butuh barang-barang branded, butuh perawatan segala macem," ujar Susan jengah.

"San, kamu 'kan udah punya pekerjaan sendiri, kamu sekarang model. Gaji kamu juga lumayan 'kan, kenapa kamu masih bergantung sama Mas. Kamu harus mandiri, San," ungkap Rama.

"Mas, itu tuh tetep kurang, aku butuh perawatan dan barang-barang yang harganya jutaan. nanti kalo aku udah sukses jadi model, aku bakal ganti kok uang-uang Mas," jawab Susan tak mau kalah.

Tak ingin berdebat terlalu lama, Rama mengeluarkan sebuah amplop coklat dari laci mejanya kemudian menyerahkannya ke Susan.

"Tuh, sepuluh juta! Mas harap kamu bisa irit." Susan menerimanya dengan senang hati.

"Nah gini dong, Mas, jangan pelit sama adik sendiri, udah ya, aku mau langsung ke tempat pemotretan," ujar Susan lalu berdiri.

"Bye, Mas!" Susan melenggang pergi.

Arumi [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang