13

23K 1.5K 78
                                    

Happy reading ❤️❤️

Rama baru saja sampai di kota tujuannya itu, setelah membutuhkan waktu sekitar satu jam akhirnya ia sampai juga di Bogor.

"Pak, meeting akan dimulai jam tujuh malam. Sekarang, kita mau kemana dulu, Pak?" tanya Bondan, ajudannya.

"Kita makan dulu aja kali ya, terus kita pesen hotel di sekitar sini buat istirahat."

"Baik, Pak."

Rama mengangguk lalu menggerakkan kakinya untuk melangkah. Mata Rama mengedar ke penjuru kota tersebut, pandangannya terpusat pada anak kecil yang tengah terduduk seraya mengusap-usap lutut.

Karena penasaran, Rama menghampiri anak itu.

"Kamu gapapa 'kan?" tanya Rama.

Gadis kecil itu menggeleng seraya tersenyum lebar. Rama pun dibuat heran, biasanya anak seusia ini akan menangis walau hanya karena luka sekecil apapun.

"Gapapa kok, Pak."

Rama membantu anak itu untuk berdiri. Karena anak itu menggunakan celana pendek, Rama dapat melihat jika lutut anak itu sedikit terluka, mungkin karena tergores aspal. Anak itu tampak sibuk dengan kegiatannya membersihkan boneka lusuhnya. Tanpa sadar sudut bibir Rama terangkat membentuk senyum kecil.

"Lutut kamu ga sakit?" tanya Rama memastikan.

Anak itu mengalihkan pandangannya dari boneka yang ia pegang, lalu beralih menatap ke lututnya.

"Gapapa kok, Pak. Kirana ga lemah tau, masa gitu aja sakit!" kata Kirana.

"Jadi nama kamu Kirana?"

"Iya, Pak."

"Nama bapak siapa?" Kirana balik bertanya.

"Dipta." Rama mencetuskan nama panggilannya kala ia SMP.

Suara yang berasal dari perut Kirana tentu membuat Rama tertawa pelan.

"Kamu laper?" kekeh Rama.

Anak itu hanya mengangguk saja. Memang benar, daritadi saja, anak itu belum memakan apa-apa.

"Hmm gini aja deh, Kiran mau ga ikut bapak?" tawar Rama.

"Mau kemana, Pak?" balas Kirana bingung.

"Bapak mau ajak Kiran makan." Entah mendapat bisikan dari mana, tiba-tiba saja Rama berubah menjadi orang yang lembut dan baik hati seperti ini.

Kirana terdiam, apakah ia harus ikut dengan pria itu atau tidak. Pasalnya ia masih ingat tentang nasihat Arum, jika ia tidak boleh percaya begitu saja dengan orang asing.

"Ga usah deh Pak, makasih, kata bunda, Kiran ga boleh percaya sama orang asing, Pak. Takutnya orang itu mau jahatin Kiran." Kata Kiran mengingat peringatan Arum padanya.

"Bapak enggak akan jahat, serius. Bapak juga bukan orang yang seperti itu." Rama tersenyum gemas menatap Kirana.

Karena mendengar ucapan dan tatapan Rama yang sepertinya tulus, Kirana pun luluh.

"Yaudah deh Pak, Kiran mau!"

Rama mengusap kepala Kirana lalu menggandengnya. Membawa anak itu ke tempat yang Rama tawarkan tadi.

***

Arum memeriksa kembali barang-barang belanjaannya, takutnya ada yang lupa ia beli atau ada yang ketinggalan. Tadi Lela meminta tolong padanya untuk ke pasar guna membeli sayuran.

Arum berjalan sambil memandang jalan raya di sekitarnya, namun matanya menangkap sebuah kendaraan melaju sangat cepat, yang ingin menghantam tubuh seorang wanita yang ingin menyeberang di sana.

Arumi [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang