21

17.5K 1.1K 71
                                    

Happy reading ❤️❤️

Pagi-pagi begini Arum sudah dibuat bingung, tiba-tiba dua orang pria yang mengaku dari toko elektronik mendatangi rumahnya, bukan hanya itu saja. Dua orang itu juga membawa barang-barang elektronik seperti televisi dan kulkas.

"Tapi saya ga beli ini, Pak. Bahkan ke toko elektronik aja saya ga pernah," sergah Arum.

Entah bagaimana Arum harus menjelaskannya, Arum sedang sendiri sekarang, Kiara dan Kirana sudah berangkat ke sekolah. Sedangkan saat Arum ingin berangkat bekerja, kedua orang itu datang.

"Tapi ini ada buktinya Bu. Nama dan alamat ibu tertera disini." Salah satu pria itu menunjukkan sebuah bon.

Disitu memang tertera nama dan alamat Arum, tetapi Arum sama sekali tidak ingin membeli itu. Apalagi dengan kondisi ekonominya yang seperti ini.

"Tapi saya ga pernah beli barang-barang seperti ini, Pak," kata Arum lagi.

"Gimana ni bu. Bayar dong, masa udah mesen ga dibayar. 8 juta Bu." Pria yang satunya ikut menimpali.

Nominal yang disebutkan membuat lutut Arum lemas. Uang darimana dia segitu.

Dari kejauhan, seseorang menyaksikan kejadian itu dengan senyum jahat diwajahnya.

"Mampus lo, Rum. Liatin aja, gue bakal bikin hidup lo lebih menderita dari ini," gumam seseorang yang tidak lain adalah Susan. Ternyata Susan lah dalang dari semuanya. Ia yang merencanakan semua ini seolah-olah Arum yang membeli barang-barang tersebut.

Hari ini, Lukman berniat untuk menjemput Arum. Entah apa motif pria itu. Tetapi, Lukman mengerutkan keningnya saat melihat Arum yang tengah kebingungan bersama dua orang pria yang tidak ia kenal. Dengan penuh penasaran, Lukman berjalan lebih cepat menghampiri Arum.

"Ada apa ini?" tanya Lukman saat tiba di sana.

"Rum? Ini ada apa?" Lukman mengulangi pertanyaannya.

"Mas Lukman. Mas, aku juga gatau. Tiba-tiba dua orang ini dateng terus bawa barang-barang ini. Mereka bilang aku beli ini, tapi demi Allah uang aja aku ga punya. Gimana aku bisa beli ini semua, Mas?" Arum berbicara dengan suara yang bergetar.

"Maaf, Pak. Emang ada buktinya kalo dia yang membeli ini semua?" tanya Lukman.

"Ada ni Mas." Salah satu pria itu menyerahkan sebuah bon kepada Lukman.

Lukman mengamati bon itu. Kepalanya manggut-manggut mengerti. Lukman mengalihkan pandangannya ke dua pria itu tadi.

"Emang bapak nih yakin, kalo yang beli dia?" Lukman menunjuk Arum menggunakan gerakan matanya.

"Engga si, Mas. Kalo yang ke toko tadi si, perempuannya pake baju ketat banget." Salah satu pria itu menjawab.

"Perempuan? Siapa?" tanya Lukman.

"Gini Pak. Ini cuma kesalahpahaman aja, mohon maaf ya, Pak. Tolong diangkut lagi aja barangnya, karena memang yang bersangkutan tidak memesan apa-apa. Toh bisa saja ini ulah orang jahil 'kan?" Ucapan Lukman membungkam kedua pria tadi.

"Bener juga, Ndro. Yang belinya juga beda, lu inget 'kan mukanya tadi?" Pria itu menyikut temannya.

"Iya, sup. Beda." Pria yang bernama Yusuf itu menjawab.

Akhirnya kedua pria itu mengangkut barang-barang tadi dan kembali membawanya ke toko.

Dari jauh, Susan mengepalkan kedua tangannya. Kenapa rencanannya bisa gagal.

"Rum kamu gapapa 'kan?" tanya Lukman khawatir.

"Aku gapapa, Mas. Makasih ya, untung mas Lukman Dateng. Kalo engga aku gatau apa yang bakal terjadi nanti." Arum tersenyum lega.

Arumi [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang