4

25.4K 1.3K 51
                                    

"MAMA." Teriakan seorang gadis membuyarkan lamunan Arum.

Arum mengalihkan pandangannya dan melihat seorang gadis yang sebaya dengannya turun dari tangga dengan piyama.

"Susan, jangan teriak-teriak gitu ah. Yang sopan dong, kebiasaan kamu," tegur Kinan pada putri bungsunya itu. "Baru bangun kamu? Kamu ga solat subuh?" lanjutnya

"Ya deh maaf, Ma." Susan meminta maaf dengan nada yang dibuat-buat.

"Engga, Ma, orang kesiangan," sahutnya tanpa dosa

Kinan menggelengkan kepalanya, "kamu 'kan udah akil baligh, harusnya kamu jalanin kewajiban kamu dong, San," Pesan Kinan

Susan hanya mengangguk malas. Kemudian matanya tertuju pada seorang gadis berdress biru di samping Kinan.

"Dia pembantu baru itu ya, Ma?" Susan bertanya

"Bukan, San, dia Arum. Gadis yang nyelametin mama waktu mama kecopetan. Sekarang mama adopsi dia. Kalian akan jadi saudara," jelas Kinan

Susan melotot tak percaya, "dia?" tanyanya sambil menunjuk Arum. "Jadi bagian keluarga Bagaskoro?" tanyanya sambil menelisik penampilan Arum dari atas sampai bawah.

"Ya ga pantes lah Ma, liat aja penampilannya. Kampungan kayak gini, udah gitu dia dari panti asuhan lagi, yang ga jelas asal usulnya. Siapa tau dia anak psk 'kan, Ma, atau anak perempuan ga bener gitu," lanjut Susan sambil memandang Arum penuh jijik.

Arum yang mendengar itu hanya dapat tertunduk, mungkin perkataan Susan benar. Dia sendiri saja bahkan tidak tahu siapa dan bagaimana orang tua kandungnya

"SUSAN!" bentak Farhan.

"Jaga omongan kamu ya, kamu tidak tahu apa apa. Jadi diam, ini keputusan mutlak mama dan papa," murka Farhan

Semua orang di sana terkejut mendengar bentakan Farhan. Selama ini Farhan dikenal dengan sosoknya yang lebih pendiam. Susan yang mendengar itu menghentakkan kakinnya dan langsung naik menuju kamarnya. Tapi sebelum itu ia sempat melirik sinis Arum.

Arum bingung, apa salahnya di sini. Bahkan ia pun baru datang, tapi kenapa kakak adik itu menatapnya tidak suka. Lamunannya buyar saat Kinan menyentuh pundaknya

"Sayang, ayo mama anterin ke kamar kamu," ajak Kinan sambil merangkul Arum, meninggalkan Farhan dan Rama di sana

"Kenapa papa adopsi anak? Kan udah cukup Rama sama Susan, Pa?" tanya Rama heran.

Farhan menatap Rama, "Ram, papa dan mama ingin balas budi atas apa yang Arum lakukan. Dia sudah menolong mama kamu."

"Kan bisa dikasih uang, Pa, kelar 'kan?"

Farhan menggeleng, "tidak semua hal dapat diselesaikan dengan uang, Ram," jelasnya.

Rama berdecak, "alasan klasik, Pa." Rama meninggalkan Farhan menuju kamarnya.

***

"Nah, Sayang, ini kamar kamu. Cantik 'kan?" tanya Kinan sambil membuka pintu kamar.

Arum sangat takjub melihat kamar berwarna biru tersebut, belum lagi ukuran kamarnya yang dua kali lipat dari kamarnya yang di panti.

"Ini kamar Arum, Ma?" tanyanya masih tak percaya.

"Iya dong, Sayang, ini kamar kamu. Supaya kamu lebih nyaman."

"Makasih ya, Ma." Arum memeluk Kinan dan Kinan pun membalasnya. Arum seperti merasakan kasih sayang seorang ibu yang sesungguhnya.

"Yaudah, kamu beres beres dulu aja, mamah kebawah ya," pamit Kinan sambil melepas pelukannya yang diangguki Arum.

Arum menutup pintu kamarnya dan duduk diatas ranjang barunya. "Ya Allah, mudah-mudahan hamba baik- baik aja di sini. Lindungi hamba Ya Allah," doanya.

Arumi [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang