The Crown Prince

246 47 2
                                    

Oke. Tarik napasmu dalam-dalam dan tenanglah.

TIDAK BISA!

Andaikan saja menenangkan diri semudah melakukan napas.

Kenapa aku panik? Aku tidak tahu! Aku memang orangnya mudah panik jadi tolong wajarkan saja.

"Putra mahkota, ada apa?"

"Ada apa? Kau baru saja-"

Perkataannya terhenti saat dia menyadari kehadiranku.

Langkahnya mendekat ke sebelah sang Duke. Segera kuberi hormat.

"Salam, Yang Mulia. Saya Anaieas Veronica Letiz dari keluarga Baron Letiz. Majulah kejayaan Silvam."

Aku melihatnya yang hanya mengangguk dengan wajah datarnya itu. Melihatnya sedekat ini, dia memang terlihat sangat berwibawa sekaligus dingin.

Siapa yang tidak tahu apa yang sudah dilakukannya untuk kekaisaraan ini? bahkan wilayah kami semakin luas karena peperangan yang dipimpinnya selalu berhasil. Semua orang mengaguminya, sebelum kejadian itu tentu saja.

"Ada apa ini? Siapa dia? Apa kau sedang berusaha mendekatinya? Kau tidak lelah?"

"Pertanyaan anda terlalu beruntun, Yang Mulia."

Aku mengerti maksud pertanyaannya. Duke Bethrone, selain karena wajahnya yang tampan dan kesetiannya, dirinya juga terkenal karena selalu bergonta-ganti wanita dalam genggamannya. Kalau sebutan zaman modern, lelaki brengsek.

"Yah, aku tidak begitu peduli."

"Saya hanya melihatnya yang sendirian disini dan tampaknya kedinginan."

"Terserah."

Putra mahkota menatapku dari atas ke bawah seolah menilai nilai bangsawanku. Baiklah, ini kesempatanku.

"Yang Mulia, mohon maaf tetapi ada yang ingin saya bicarakan dengan anda."

Mata tajamnya menatapku dengan dingin.

"Bicaralah."

"Ini tentang... Sang Kaisar."

Kulihat alisnya sedikit menekuk. Kena kau.

"Ada apa dengan Sang Kaisar?"

"Anda ingin..."

Aku memelankan suaraku.

"Membunuhnya kan?"

Mata sang Duke terbelalak dan seketika putra mahkota berdiri di depanku. Aku menengadahkan kepalaku dan melihatnya yang menatapku tajam seakan dapat menusukku kapan saja. Aku merasa berada di ambang kematian.

"Ikuti aku."

Apa ini... Tanda baik?

"Apa saya perlu ikut, Yang Mulia?"

"Tidak. Aku akan mengabarimu nanti."

"Baik, Yang Mulia."

Dapat kulihat raut wajah khawatir yang kentara dari wajah sang Duke. Dia melihat ke arahku dan menatapku, langkahnya mendekatiku.

"Pergilah, dan jangan buat masalah."

Astaga, kemana hilangnya Duke Bethrone yang hangat tadi? Sekarang aku mengerti kenapa dia sangat di takuti. Yang di depanku sekarang adalah Duke Bethrone yang sebenarnya dari gelarnya itu.

"Cepat, nona Letiz."

Aku melangkahkan kakiku dengan cepat untuk mengikuti putra mahkota. Di jalan, aku berpikir kembali.

The Lady of LetizTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang