Tidak terasa sekarang sudah hari dimana aku diumumkan sebagai tunangannya. Aku tidak gugup, aku menantikan hal ini... tentu saja itu bohong, aku dapat merasakan tanganku basah akan keringat.
"Nona, muka anda sangat mengagumkan walau tanpa riasan."
Sekarang, aku sedang berada di depan cermin dan para pelayan wanita sedang mendadaniku. Sedari tadi mereka tidak berhenti memujiku, aku jadi malu.
Omong-omong, pangeran menyebalkan itu sudah diangkat menjadi kaisar. Sejujurnya itu sangat mengejutkan bagiku, aku yang tidak diperbolehkan pergi hanya menghabiskan waktuku di kamar. Dan beberapa hari setelah kunjungan ke kediaman keluargaku, dia mendadak memasuki kamarku dengan wajah angkuhnya sembari mengatakan 'Aku sudah menjadi kaisar.' Wajahnya itu sangatlah menyebalkan.
"Sudah selesai, nona."
Aku mengalihkan tatapanku pada cermin di depanku. Dan astaga, aku sangat cantik. Riasan yang ringan tetapi sedikit gelap ini cocok dengan gaunku.
Gaun ini diberi oleh pangeran– maksudku sang kaisar. Dia bilang gaun ini cocok untukku. Tetapi harus kuakui, seleranya bagus. Perpaduan warna dari bagian atas gaun yang memiliki warna biru tua dan bagian bawah yang memiliki warna segelap langit malam, beserta beberapa glitter yang menempel pada bagian bawah gaun ini. Rambutku diikat keatas dan ditata seakan-akan rambutku seperti bunga mawar, tatanan rambut ini terlihat sangat cantik dan beberapa helai rambutku dibiarkan turun menambah kesan glamour. Sepasang sepatu yang terpasang di kakiku mengingatkanku akan sepatu kaca yang sangat indah. Dan jangan lupakan kalung permata berwarna biru tua ini yang terlihat simple namun mewah. Terakhir, sebuah tiara yang di pasang di kepalaku. Tiara ini tidak sebesar mahkota permaisuri, hanya khusus untukku, tetapi tiara ini sangat cantik.
Aku tersenyum melihat penampilanku dan segera berjalan keluar pintu. Pintu dibukakan dan saat aku keluar, dia sudah menungguku di depan pintu. Dan astaga, penampilannya hari ini sangat mengagumkan. Dia menggunakan atasan yang menyamai dengan warna gaunku, yaitu biru muda ditambah dengan jubah dibelakangnya yang warnanya menyamai warna gaun gelap malamku. Celananya berwarna hitam, dan yang membuatnya sangat berbeda adalah rambutnya yang biasanya dibiarkan begitu saja, sekarang disisir rapih sehingga dahinya terlihat. Walaupun menyebalkan, didepanku ini bukanlah putra mahkota yang biasa aku lihat, dia adalah sang kaisar yang sangat memancarkan aura kewibawaannya.
"Apa para wanita bersiap-siap selama itu?"
Aku tersenyum. "Maafkan saya, baginda. Saya tentu saja tidak ingin mempermalukan anda jika penampilan saya tidak menyamai anda."
"Itu benar." Kemudian, dia memperhatikanku dari atas sampai bawah.
"Sudah kuduga itu cocok denganmu."
"Terima kasih atas pilihan anda."
"Ya, itu sangat cocok denganmu. Warna itu cocok dengan kehadiranmu."
Aku mengerutkan dahiku. "Kehadiranku?"
"Tidak penting. Mari kita pergi."
Dia mengulurkan tangannya, pikiranku melayang kembali pada saat dimana kita pertama kali bertemu. Sekarang, aku di sini akan menjadi ibu dari sebuah kekaisaran, wanita nomor satu di kekaisaran... semuanya terasa tidak nyata, walaupun aku tahu ini masih awalan.
"Hei."
Aku tersadar dari lamunanku dan segera mengambil tangannya. Kukeluarkan senyuman terbaikku.
"Mari, baginda Kaisar."
Dia tersenyum menatapku. "Tentu saja, calon permaisuri."
Langkah kami membawa kami ke depan pintu ruangan dimana pesta dansa diadakan. Jantungku berdegup kencang. Dibalik pintu ini, semua mata akan tertuju padaku, menghakimiku, menilaiku, mendukungku, dan mencari celah untuk menjatuhkanku atau menjilat padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lady of Letiz
FantasíaAnaieas Veronica Letiz. Itulah nama dulunya. Sekarang dia adalah Go Danbi, seorang mahasiswi dari salah satu kampus di Seoul. Tidak ada yang menarik dari kehidupannya selain dapat mengingat kehidupannya dahulu. Seorang putri Baron yang berakhir trag...