Ingin rasanya aku meneriaki nama pangeran itu sekarang juga. Tapi aku ssdar itu bukanlah hal yang bagus.
Sekarang, kemunculan dia yang tiba-tiba membuat para bangsawan yang datang segera berdiri. Tentu saja mereka tahu jelas siapa itu. Ayah, ibu adik, dan Zein pun terbelalak melihat kehadirannya.
Kenapa putra mahkota negara ini yang akan menjadi kaisar ada di sini? Begitulah rata-rata pemikiran mereka. Aku memperhatikannya yang perlahan mendekati altar tempat kami berada. Dengan wajah sombongnya itu beserta seorang pendamping di sebelahnya.
Yang pertama menghampiri putra mahkota adalah ayah dari Zein, Viscount Grey.
"Yang mulia, sebuah kehormatan atas kehadiran anda. Tetapi ada apa sampai yang mulia datang kemari?"
Pangeran Vee hanya melihatnya sebentar kemudian mengambil sebuah perkamen yang diberikan oleh sang pendamping dan memberikannya kepada sang Viscount.
Dia membaca perkamen itu sebentar kemudian terlihat jelas raut wajahnya yang menunjukkan keterkejutannya. Dia melihat ke arahku dengan tidak percaya. Sepertinya aku tahu apa isi perkamen itu. Aku berteriak dengan keras dalam hati, ini sangat membahagiakan.
"Ba-bagaimana mungkin? Ini tidak mungkin."
"Kau meragukan keasliannya?"
Viscount Grey dengan gelagapan membalas kembali sang pangeran yang menatapnya seakan akan membunuhnya jika dia salah kata sedikit saja. "Bukan yang mulia! Saya tidak akan mungkin meragukan anda! Hanya saja..."
Sebelum Sang Viscount dapat melanjutkan perkatannya, pangeran itu mengambil kembali perkamennya dan memberikannya kepada sang pendamping. Seakan sudah tahu apa yang harus dilakukannya, pendamping itu membuka dan membaca perkamennya dengan lantang.
"Dengan tulisan tangan ini saya sendiri menyatakan; saya, Kaisar Eric Jouz Fransisc Altissier memberi berkat kepada putraku, pangeran pertama sekaligus putra mahkota, Vee Liandel Altissier bersama dengan putri dari Baron Letiz, Anaieas Veronica Letiz untuk melaksanakan pernikahannya. Berkat ini adalah keputusan saya sebagai kaisar dan berkat ini sudah dilaksanakan. Semoga dengan berkat ini putra mahkota beserta calon istrinya dapat membawa kekaisaran Silvam pada kejayaan yang lebih baik."
Semua yang ada di gereja itu terpaku mendengar berderet kalimat itu. Pendamping pangeran menutup kembali perkamen itu yang menandakan akhir dari isinya. Aku sangat menahan air mukaku untuk tidak berubah kegirangan. Aku menatap sang pangeran dengan kagum, ingin rasanya kuberi thumbs up untuk dia, walaupun dia sedikit lama.
"Maksud anda?"
Itu bukan suara Viscount Gray, melainkan anaknya, tuan Zein.
"Apa isi dari perkamen itu belum jelas untukmu?"
"Tidak. Sama sekali tidak jelas. Ini tidak masuk akal! Anaieas adalah pengantinku dan akan menjadi istri sahku!"
"Kaisar sudah memberi berkatnya. Dan kau masih berani melawan?"
Benar. Di dunia ini, suatu berkat dari kaisar untuk anaknya yang akan menikah adalah hal yang tidak dapat dilawan. Dan berkat ini dilakukan oleh sang kaisar dengan kekuatan dari pendeta yang bisa dikatakan holy power. Di sini, kami menyembah Dewa. Bisa dikatakan sama dengan Tuhan, tetapi digambarkan berbeda wujud dan kami memanggilnya Dewa alih-alih Tuhan. Melawan berkat, berarti melawan kehendak dewa. Dan itu merupakan hal yang sangat tidak di perbolehkan karena keluarga kerajaan merupakan keturunan dewa.
Putra mahkota berjalan mendekatiku dan segera mengambil tanganku dengan lembut. Matanya menatapku dengan lembut seolah-olah dia benar-benar mencintaiku. Dikecupnya jari-jariku dengan lembut. Aktingnya memang sangat bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lady of Letiz
ФэнтезиAnaieas Veronica Letiz. Itulah nama dulunya. Sekarang dia adalah Go Danbi, seorang mahasiswi dari salah satu kampus di Seoul. Tidak ada yang menarik dari kehidupannya selain dapat mengingat kehidupannya dahulu. Seorang putri Baron yang berakhir trag...