Mataku terbuka secara perlahan.
Lagi-lagi aku terbangun dengan melihat plafon yang mewah, dan jauh lebih mewah daripada kamarku.
Tersadar atas diriku yang terbangun melihat plafon, sepertinya aku masih hidup. Aku tidak tahu apakah itu hal yang bagus atau tidak. Tapi, di mana aku sekarang?
Aku mencoba mengubah posisiku menjadi duduk, tetapi rasa sakit yang datang dari perutku membuatku kembali terbaring.
"Berbaringlah."
Aku melihat pintu yang terbuka dan muncul orang yang kemarin membuatku hampir mati, sang Putra Mahkota.
"Yang mulia?"
"Iya, ini aku. Kau masih sakit jadi berbaringlah sampai kau sembuh."
Dia berjalan mendekat ke arahku, dan duduk di kursi yang sudah di sediakan di sebelah tempatku tertidur.
Aku bergidik ngeri, kejadian saat dia menusukku kembali terputar di otakku. Keringat dingin muncul dari telapak tanganku. Satu hal yang kutahu darinya, pria ini gila.
"Ada apa? Apa kau takut padaku?"
Tatapan tajamnya itu yang menusuk, membuatku sama sekali tidak dapat berkutik. Jantungku berdegup kencang karena takut, aku tidak pernah merasa setakut ini, sekaligus marah.
"Apa... yang anda rencanakan?"
Dia tersenyum, senyuman yang tidak akan pernah ia tunjukkan di depan umum.
"Kau pintar. Bukannya bertanya kenapa aku menusukmu, tetapi kau menanyakan rencanaku."
"Mohon jawab saya, Yang Mulia."
Aku menekankan kata Yang Mulia itu kepadanya. Kabur dari Zein, tertangkap pada si gila ini. Sepertinya takdir memang mempermainkanku.
"Aku sengaja menusukmu."
"Kenapa?"
"Karena inilah rencanaku. Saat mengetahui kau mengetahui rencanaku, aku tidak akan melepasmu begitu saja. Kecuali kau mati."
"Tapi kenapa saya tidak mati?"
Pria itu kembalu berdiri dan berjalan untuk mengambil sebuah wine. Sambil menuangkannya, dia kembali berbicara.
"Aku sengaja, dengan begitu aku dapat keluar dari sana sambil menggendongmu dan memanggil para penjaga. Mengatakan bahwa kau di serang oleh seseorang dan aku berusaha melindungimu tetapi penjahat itu melarikan diri."
"Maaf, tetapi bukan kah itu terlalu tidak masuk akal? Semua orang tahu sikap anda yang tidak peduli, jadi mereka pasti berpikir apa keuntungan anda menyelamatkan saya?"
Dia menyeringai dan menunjukan sebuah luka di tangannya yang cukup panjang tetapi sudah mau sembuh.
"Aku terluka akibat dari melindungimu."
"Itu belum menjawab pertanyaan saya, Yang Mulia."
Aku menatapnya tajam namun tidak di hiraukannya yang hanya melanjutkan meminum anggur yang di pegangnya.
"Karena aku jatuh cinta pada pandangan pertama."
Aku menganga. Orang ini bodoh atau bagaimana? Apa dia benar putra mahkota?
"Itu masih tidak masuk akal. Semua orang tahu anda tidak tertarik dengan hal seperti itu."
"Kau terlalu banyak berpikir. Ikuti saja permainanku ini, lagipula aku juga manusia, aku dapat jatuh cinta."
"Betul, tetapi untuk seseorang seperti anda tampaknya mustahil."
Dia menatapku tajam. Oh, sepeerinya aku sudah salah bicara.
"Aku akan memberi tahu kaisar bahwa aku terlanjur jatuh cinta padamu dan meminta berkatnya untuk menikahimu. Dan saat aku sudah mendapat berkat itu, itu saatnya kau membunuh dia."
Aku meneguk ludahku dengan kasar. Membunuh kaisar... masih tidak dapat kupercaya aku harus membunuhnya.
"Tentu. Tetapi anda harus menepati janji anda untuk membatalkan pertunangannya, dan tolong lindungi saya jika ada seseorang yang mencurigai saya membunuh kaisar."
Dia tertawa.
"Tenang saja. Aku lelaki yang memenuhi janjiku, dan aku tentu akan melindungimu karena itu juga menyangkut nyawaku. Seorang istri putra mahkota membunuh kaisar? Bisa saja aku meminta mereka untuk menghukum mati kau, tetapi aku bisa saja dicurigai dan jika kau mati, itu tidak akan seru bukan?"
Gila. Dasar gila. Seru katamu? Nyawaku berada di tanganmu!
"Tapi, kita tidak akan menikah sungguhan bukan?"
Dia melirikku, dahinya mengerut. Jangan-jangan dia sungguhan ingin menikahiku?
"Kenapa tidak?"
"Yang Mulia, kita melakukan hal ini karena saling menguntungkan, dapat anda bilang ini adalah bisnis jadi menikah sungguhan bukanlah hal yang menguntungkan bagi saya."
Dahinya semakin mengerut, tetapi kenapa wajahnya masih tampan?
"Ya, ini menguntungkan saja sih bagiku, aku memang membutuhkan seorang istri untuk membantuku mengurus tempat ini, entah menjadi permaisuri atau selir. Lagian, kau tidak akan dipandang rendah lagi, dan keluargamu tidak dapat melakukan apa pun padamu."
Aku mengepalkan tanganku. Tetapi, kehidupan dalam kerajaan lebih menyeramkan daripada menjadi bangsawan biasa.
"Tidak, saya tidak mau. Lagipula, saya tidak ingin suami saya memiliki wanita lain dalam hidupnya."
Dia tampak berpikir. Yang Mulia, apa anda segitunya ingin menikahiku? Kuakui, aku memang cantik.
"Baiklah, jika itu maumu. Tapi kita akan cerai beberapa saat setelah semuanya terkendalikan, kematian kaisar akan membuat rusuh suasana, pada saat itu kita harus meyakinkan para warga dan menunjukan kekaisaran yang baru pada mereka. Era aku, Kaisar Taehyung."
Lihat wajahnya, senyumannya yang mengerikan itu muncul. Aku yakin sekarang pikirannya sedang dipenuhi segala hal yang direncanakannya.
"Baik, itu tidak masalah bagi saya."
"Oh ya, bagaimana caramu akan membunuh sang kaisar?"
"Itu mudah, dengan panah."
Dia mengangguk dan kembali meminum anggur di tangannya. Beberapa saat keheningan menyelimuti ruangan ini.
"Sekarang, apa saya boleh pulang?"
Dia menaruh gelasnya yang sudah kosong. Tangannya mendekat ke wajahku, dan meraih pipiku. Jantungku berdegup kencang akibat ketakutan.
"Tidak."
"Tapi kenapa?"
"Kau membawa sebuah informasi penting dariku. Diamlah di sini dan jangan coba-coba untuk kabur. Semua masalahmu akan kuselesaikan dengan mudah jadi kau hanya tinggal diam saja sebagai tunanganku. Mengerti?"
Tangannya mencengkram daguku dengan kuat. Dia benar-benar jelmaan iblis. Sekarang, aku akan mencari aman dulu.
"Mengerti, Yang Mulia."
Cengkraman tangannya lepas, dan dia menjauh.
"Bagus. Nanti dokter kerajaan akan datang untuk mengecekmu, jadi jangan kemana-mana. Jika kau perlu sesuatu, di depan ada pelayan yang siap membantumu. Aku akan kembali."
Dan dengan begitu, dia pergi membuka lalu menutup pintunya kembali.
Anaieas... sekarang aku berpikir aku gila, kenapa aku memikirkan hal seperti ini? Ternyata kekejiannya lebih keji daripada yang aku bayangkan.
Tetapi semuanya sudah terlanjur, jadi sekarang yang penting adalah aku masih hidup, dan akan terus hidup.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lady of Letiz
FantasyAnaieas Veronica Letiz. Itulah nama dulunya. Sekarang dia adalah Go Danbi, seorang mahasiswi dari salah satu kampus di Seoul. Tidak ada yang menarik dari kehidupannya selain dapat mengingat kehidupannya dahulu. Seorang putri Baron yang berakhir trag...