Pada hari berikutnya, perkataan putra mahkota menjadi kenyataan. Dengan bantuan suruhannya untuk menyebarkan rumor drama pernikahanku, sekarang cerita itu sudah sangat diketahui banyak orang. Dari kelas bawah hingga kelas atas.
Topik itu dapat kudengar dimana-mana. Aku sekarang berada di istana barat. Tempat ini indah dan megah juga memiliki pelayan yang sangat banyak. Dia bilang tempat ini adalah tempat turun temurun bagi para calon istri kaisar. Dan karena dia adalah yang selanjutnya dalam tahta, jadi kehadiranku di sini tidak menjadi masalah.
...Tentu saja kehadiranku menjadi masalah. Bukan masalah seperti aku tidak boleh berada di sini, hanya saja gosip sudah sangat menyebar tentangku dan tentu saja aku tahu para pelayan diam-diam membicarakanku di belakang.
Putra Mahkota itu sekarang sedang sangat sibuk dengan urusan untuk dirinya menjadi kaisar. Itu pasti sangat melelahkan dan aku sangat tidak ingin tahu tentang itu. Dan keluargaku yang mengetahui tentang pertunanganku dengan putra mahkota tentu saja sangat terkejut, bahkan ibuku sempat pingsan. Tetapi mereka akhirnya dapat menerima alasan kita yaitu sangat saling mencintai. Alasan klasik yang tidak masuk akal jika dipikir-pikir.
Tapi ya, masalah-masalah kecil sudah terselesaikan dengan sangat mudah. Memiliki kedudukan benar-benar sangat berpengaruh. Dan benar saja kata dia, berbagai hadiah kuterima dari bangsawan yang ingin mendapatkan perhatian dariku. Mulai dari Baron hingga Duke. Bahkan bangsawan yang memihak pangeran kedua dapat kurasakan sangat mewanti-wanti kehadiranku.
Yah, asalkan aku masih hidup sepertinya semua ini tidak masalah bagiku.
"Nona."
Aku berbalik menatap Clara. Untungnya putra mahkota mengizinkanku membawa Clara ke tempat ini. Clara berjalan mendekatiku yang sedang berada di bangku taman.
"Kita harus mengganti perban anda."
Ah iya, aku lupa dengan luka dari pangeran gila itu. Sialnya, luka ini pasti akan membekas dan itu adalah hal yang tidak baik bagi seorang gadis bangsawan yang belum menikah. Untungnya dia akan menikahiku.
"Baiklah."
"Nona."
Suara itu bukan berasal dari Clara. Tetapi aku merasa familiar dengan suara itu. Aku membalik dan melihat sesosok pria tampan yang tersenyum.
"Duke Bethrone."
"Senang bertemu kembali dengan anda."
"Saya juga. Ada apa anda datang kemari?"
Kakinya berjalan mendekatiku. Ia sedikit membungkukkan badannya. "Putra mahkota meminta saya untuk membawa anda keliling seluruh istana."
"Seluruh istana?"
Dia mengangguk. "Iya."
Aku terdiam sejenak. "Tetapi bukannya saya bisa diantar oleh orang lain? Anda terlalu penting untuk melakukan hal seperti ini."
"Tidak apa. Lagipula, saya mendapat perintah langsung dari yang mulia."
Aku melihatnya yang masih tersenyum hingga matanya hilang. Senyumannya sangat hangat, tetapi entah kenapa aku merasa sesuatu yang berbeda.
"Baiklah... tetapi saya harus mengganti perban untuk luka saya terlebih dahulu."
"Tentu saja."
Aku pun pergi meninggalkannya.
•
Aku berjalan bersama sang Duke di sampingku dan Clara di belakangku bersama satu orang pengawal.
"Duke Bethrone, ada apa tiba-tiba putra mahkota menyuruhku berkeliling tempat ini?"
Aku mencoba membuka topik, karena lelaki tampan di sebelahku ini sama sekali tidak membicarakan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lady of Letiz
FantasyAnaieas Veronica Letiz. Itulah nama dulunya. Sekarang dia adalah Go Danbi, seorang mahasiswi dari salah satu kampus di Seoul. Tidak ada yang menarik dari kehidupannya selain dapat mengingat kehidupannya dahulu. Seorang putri Baron yang berakhir trag...