Accident

215 40 2
                                    

Ajakan putra mahkota tadi membuat kami sekarang berada di tempat latihan para kesatria.

"Ya, seperti yang bisa kau lihat ini adalah tempat latihan para kesatria kekaisaran ini."

Aku memperhatikan sekitar dan walaupun aku bukan profesional, dapat kulihat cara mereka memakai pedang sangatlah lihai.

Ah, aku baru ingat. Bukankah Duke Bethrone adalah pemimpin para kesatria ini? Aku menengok dan melihatnya yang sedang memperhatikan para kesatrianya berlatih. Tatapan tajamnya membuat bulu kudukku berdiri.

"Yang mulia."

Putra mahkota menengok ke arahku.

"Ada apa?"

"Bukankah Duke Bethrone adalah pemimpin para kesatria kerajaan?"

"Benar. Dia yang mengatur para kesatria ini tetapi dia jarang turun tangan, hanya saat dia benar-benar dibutuhkan."

Aku mengangguk dan kembali memperhatikan mereka. Sebagian besar para kesatria ini berasal dari keluarga bangsawan. Memiliki posisi dalam istana merupakan sebuah hal yang sangat diincar oleh para keluarga bangsawan, karena itu banyak dari mereka yang mengirimkan anaknya untuk menjadi kesatria kekaisaran. Tentu saja ada juga kalangan dari rakyat biasa, tetapi hanya yang memiliki keahlian khusus yang terpilih untuk menjadi kesatria kekaisaran.

"Putra mahkota datang!"

Dengan satu teriakan itu, semua kegiatan para kesatria terhenti dan semuanya menengok ke arah kami. Mereka semua berlutut.

"Hormat kepada sang bintang. Majulah kejayaan Silvam!"

Aku sedikit terkejut mendengar suara lelaki mereka yang bersatu itu sangat menggelegar.

"Duke Jame!"

Satu kesatria datang. Ia tersenyum kepada Duke Jimin dengan ceria seakan-akan tidak ada beban. Aku yakin aku akan menyukai sifatnya.

"Tuan Hans!"

Duke Bethrone dengan tidak segan merangkul lelaki itu. Mereka berdua tersenyum dengan ceria. Aku sedikit terkejut melihat ekspresi Duke Jimin yang seperti itu, beda dengan saat dia memperhatikan para kesatria tadi dengan tajam.

"Yang mulia."

Lelaki itu membungkuk, kemudian dia mengalihkan pandangannya ke arahku. Sang Duke yang melihat ekspresi bingungnya, segera memperkenalkan diriku.

"Tuan Hans, dia adalah tunangan putra mahkota, nona Anaieas. Dan nona Anaieas, dia adalah kapten dari para kesatria ini, tuan Hans dari keluarga Marquess Lieutant."

Aku segera membungkuk padanya, dan dia membalas hormatku. Wajahnya kembali tersenyum. Sungguh, senyumannya terlihat sangat cerah.

"Nona! Saya sudah mendengar banyak hal tentang anda dan putra mahkota. Apalagi kejadian saat pernikahan anda itu, haha!"

Mendengarnya berkata seperti itu, aku segera menengok ke arah putra mahkota yang juga sedang menatapku dengan sebuah senyuman di wajahnya. Senyuman licik itu.

"Ah, tuan Hans sepertinya sangat mengetahui tentang berita itu, saya jadi malu."

"Tidak perlu malu, nona. Semua kesatria di sini menyukai cerita itu, terutama para kesatria dari kalangan rakyat biasa."

"Begitukah? Kalau begitu saya senang cerita saya dapat menghibur para kesatria."

"Ehem."

Kami semua menengok dan melihat putra mahkota yang berdeham.

"Ada apa, yang mulia?"

Duke Bethrone bertanya, tetapi putra mahkota tidak membalas, malah menatapku.

The Lady of LetizTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang