Marriage

217 39 3
                                    

Aku memasuki kamar ku tanpa diketahui siapa pun. Segera ku ganti bajuku dengan baju kamar dan berbaring di tempat tidur.

Entah kenapa aku menangis. Sepertinya ini... perasaan bersalah karena membunuh Sang Kaisar dengan tanganku sendiri demi kebahagiaanku. Tetapi jika bukan olehku juga, dia akan tetap mati.

Masih dapat aku dengar kerusuhan diluar kamar. Lucu sekali, mereka sedang mencari pelakunya padahal pelakunya ada di dalam sini.

Tetapi kenapa... kenapa Kaisar tersenyum padaku seperti itu? Seolah-olah dia tahu... ini membuatku merinding dan bingung.

Aku mendengar pintu dibuka dan suara langkah kaki mendekat. Tentu saja itu adalah putra mahkota Vee.

"Kau melakukannya."

Aku mendengus mendengar pernyataannya. "Bukankah memang itu tugas saya?"

"Iya. Tetapi aku kira kau akan kabur. Tugas ini berat bahkan jika aku sendiri yang melakukannya, aku akan ragu."

Ragu? Pantas saja dulu kau tertangkap. Pastinya keraguan itu yang menjebakmu.

"Jadi... Sekarang bagaimana?"

"Tenang saja. Aku akan mengurusi semuanya dan kau tidak perlu tahu."

"Tetapi, bolehkah saya bertanya?"

"Silahkan."

"Sebenarnya... sekarang saya di sini sebagai apa? Tunangan yang mulia? Bahkan orang-orang saja tidak tahu. Saya masih bingung dengan peran saya di dalam istana ini, saya tahu banyak pelayan yang membicarakan siapa identitas saya dan hubungan kami. Saya bahkan tidak dapat keluar dari kamar ini, jadi apa yang harus saya lakukan disini?"

Untuk beberapa saat dia terdiam. Tidak lama, dia mendekatiku dan duduk di pinggir kasur.

"Pernikahanmu akan dilaksanakan dua hari lagi. Kembalilah ke keluargamu dan lanjutkan pernikahanmu."

"Apa... maksud anda? Kembali?"

"Iya. Kembali dan lanjutkan."

"Tapi... ini bukan perjanjian kita!"

"Diam dan lakukan lah. Percaya saja padaku. Besok aku akan memintamu untuk diantarkan ke kediaman mu. Sampai saat hari pernikahan, jalani saja."

"Tapi saya masih tidak mengerti."

"Karena kau tidak perlu mengerti. Aku akan menjadi kaisar, dan aku memegang seluruh kendali. Kendali ku berawal dari kau, Anaieas."

Sejujurnya, aku masih bingung dengan perkataan dia yang tidak kumengerti. Dasar bangsawan yang selalu menggunakan bahasa bangsawan sulit di mengerti itu.

Singkatnya, sepertinya dia memintaku untuk 'jalani saja' apa pun kejadiannya. Dan lelaki ini benar-benar mengatakan bahwa aku adalah boneka dalam kendalinya. Dasar brengsek.

"Baiklah yang mulia, saya mengerti. Dan, kapan hari anda diangkat menjadi Kaisar?"

Tatapan mata tajamnya itu berkelana mengelilingi ruangan. Jujur, sifatnya ini terlalu santai walaupun terjadi kekacauan diluar sana. Oh, bukankah seharusnya sekarang dia sedang sibuk ya?

"Entah... aku harus bertemu dengan petinggi bangsawan lainnya dan mengurusi ini itu yang mungkin kau tidak ingin tahu."

Wah, pria ini tahu politik bukanlah gayaku.

Tatapannya berpindah ke perutku. "Bagaimana lukamu?"

"Sudah membaik. Terima kasih untuk perhatian anda."

Dia mengangguk dan berdiri. Kakinya berjalan keluar, tetapi saat dia sudah sampai dekat pintu, dia berbalik.

"Untuk perjanjian kita, kita tetap akan bercerai sesuai perjanjian, tetapi pernikahan kita harus asli."

The Lady of LetizTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang