The Emperor

206 45 6
                                    

Sudah beberapa hari aku berada di sini dan entah kenapa tidak ada kerusuhan seperti yang aku bayangkan. Dia mengatasinya dengan baik.

Atau mungkin pikiranku hanya terlalu berlebihan. Bisa jadi.

Pangeran gila itu, aku terus terusan bertemu dengannya. Dia selalu mengecekku pada saat jam tertentu dan kadang masuk di saat yang tidak tepat.

Tapi sekarang yang terpenting bukan itu. Hari ini, hari dimana aku harus menyiapkan diri untuk membunuh kaisar kami.

Sedari kemarin aku susah tidur karena memikirkan hari ini. Mimpi apa aku sampai harus membunuh orang terpenting di negara ini? Suara pintu terbuka. Tanpa perlu menengok pun aku tahu itu siapa.

"Kau sudah siap?"

"Tidak."

"Kalau begitu tidak perlu membunuhnya."

Seketika aku menghentikan semua pergerakanku dan menengok ke arahnya. Alisku terpaut bingung.

"Benarkah?"

"Iya, tetapi mungkin setelahnya hidupmu tidak akan lama lagi."

Aku menggerutu mendengarnya. Tapi setelah melihatnya, aku terdiam. Aku tahu dia tampan tetapi penampilannya hari ini sangat rapih sehingga membuatnya semakin tampan. Pakaian yang benar-benar menunjukkan bahwa dia adalah sang putra mahkota.

"Ada apa? Kau terpesona?"

"Sudahlah. Kemarikan peralatannya."

"Nanti saja. Kita harus bertemu Jimin dulu."

Aku bingung. Apa orang-orang tidak akan curiga padaku? Apa sang kaisar tidak merasa aneh pada anaknya? Dan bagaimana dengan pernikahanku? Semuanya berputar di kepalaku. Aku merasa mual, pusing, takut, panas dingin, semuanya dapat ku rasakan.

Ini benar-benar menegangkan.

"Kemarilah."

Aku mendekatinya dengan perlahan. Walaupun sudah lebih terbiasa dengannya, melihatnya tetap saja membuatku merinding.

"Kau lambat."

Dia menarik tanganku sehingga badanku sekarang berada dekat dengannya.

"Tenanglah."

"Terima kasih? Maaf, tetapi bagaimana saya bisa tenang."

"Tenanglah. Dia tidak sebaik yang kau kira. Semua orang memiliki dosa, dan dosamu bukanlah yang terbesar."

"Astaga, kata-kata itu sangat membuat saya tenang, terima kasih banyak yang mulia."

Aku memutarkan mataku atas perkataan sarkasku itu.

Tapi wajahnya tidak menunjukkan emosi lainnya. Matanya hanya memandangku dengan tatapan... kasihan? Entahlah.

"Ayolah, kau adalah gadis yang kuat aku tahu itu. Jangan jadi penakut."

"Dan anda sudah mengenalku berapa lama?"

Dia terdiam sejenak.

"Entahlah..."

Apa?

"Sudah. Ayo pergi."

Dan dia menarikku lagi dengan seenaknya.

Disinilah aku sekarang.

Memakai jubah. Dengan busur panah ditanganku serta anak panah yang aku bawa.

Dibawah sana, seluruh keluarga kerajaan berada. Acara ini, aku baru ingat ternyata ini adalah hari dimana hari pemberkatan pada dewa kepercayaan kami.

Miris sekali... Di hari yang indah ini, sang kaisar harus mati. Aku merasa bersalah.


Itu dia, putra mahkota di sebelah sang kaisar. Tersenyum walaupun hanya sebatas formalitas. Dan astaga lihat para wanita yang teriakannya terdengar sampai sini.

Hari ini mereka akan keliling kota, dan aku akan sembunyi di salah satu gedung. Kalau dipikir-pikir, aku seperti spy yang ada di film bukan? Oh ini keren, aku merasa keren.

Tetapi akan lebih baik jika misinya bukan membunuh. Sebenarnya, aku tidak masalah membunuh hanya saja... Ini Sang Kaisar yang kita bicarakan.

Dasar pangeran sialan, jika terjadi apa-apa padaku aku yang akan menggentayangimu selamanya sampai kau gila. Sebentar, dia sudah gila. Ah, intinya aku akan menunggu disini sampai mereka lewat.


Sambil menunggu, satu hal yang masih mengganggu pikiranku. Aku lupa betapa mengerikannya hal-hal dalam kerajaan. Seingatku, Sang Kaisar memiliki beberapa selir, maksudku pasti dia memiliki selir. Hanya saja aku tidak tahu ada berapa pangeran di kerajaannya itu. Bertemu pangeran yang lain itu terkadang merepotkan, belum lagi ibu mereka.

Dan Kaisar ini, aku mendengar rumor bahwa dia sangat menyayangi permaisurinya walaupun memiliki selir lain. Meskipun permaisurinya itu sudah meninggal, dan sekarang seingatku posisi permaisuri telah di kosongkan atas keinginan sang kaisar.

Terkadang, para raja dan kaisar memiliki banyak istri untuk membantunya mengurusi kerajaan. Tetapi posisi yang paling penting adalah sang permaisuri atau ratu.

Posisi itu bukan posisi yang mudah untuk dijalankan, dan juga didapatkan. Banyak wanita yang menjilat bahkan melakukan hal seperti pembunuhan untuk mendapatkan posisi itu. Dari cara baik, hingga keji. Tetapi sebenarnya, yang menginginkan posisi itu sebagian besar adalah keluarga dari para wanitanya. Untung saja aku dan putra mahkota hanya sebatas perjanjian.

"KAISAR SUDAH DATANG!"

Oh, ini dia saatnya.

Aku berdiri dan segera menyiapkan panahku. Putra mahkota, dia benar-benar menawan. Dan Kaisar... Dia terlihat sangat berwibawa.

Aku mengatur posisiku sembari mengingat perkataan putra mahkota tentang Kaisar. Dia tidak sebaik yang aku pikirkan? Mungkin maksudnya adalah dia.

Posisiku sudah sempurna. Aku menghela napas dan memfokuskan pikiran dan pandanganku ke arah jantung Sang Kaisar.

Aku membeku.

Sang Kaisar... menatapku.

Anak panah sudah aku tembakan. Masih dengan wajah terkejutku, aku melihat panahku tepat mengenai jantung Sang Kaisar.

Semua orang berteriak. Ketakutan atas kematian mendadak Sang Kaisar. Para penjaga kerajaan berpencar mencari pelakunya. Seharusnya aku pergi, tetapi aku tidak bisa. Seluruh tubuhku membeku, dan air mata keluar dari mataku.


Aku melihat putra mahkota yang diamankan, tetapi dapat kulihat senyuman tipisnya itu. Betapa kejinya dia.

"Di sana!"

Sial. Seorang penjaga kerajaan melihatku. Aku harus segera pergi dari sini.

Aku berlari dan berlari, mencoba menghilangkan jejakku dari para penjaga.

Nafasku tersengal-sengal, dan air mataku masih keluar. Aku tidak akan pernah dapat melupakan saat terakhirku melihat Sang Kaisar.

Entah bagaimana caranya, dia melihatku dan... tersenyum.


TBC

The Lady of LetizTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang