Aku sudah di depan kereta kudaku dan bersiap untuk pergi. Tetapi langkahku terhenti saat melihat putra mahkota yang sudah menungguku.
"Mengapa anda kesini?"
"Seharusnya aku yang bertanya. Kenapa kau melanggar perkataanku?"
Aku memiringkan kepalaku. "Perkataan yang mana, yang mulia?"
"Aku bilang bahwa kau tidak boleh kemana-mana sampai pesta dansa."
Ah iya, ingatanku jelek. "Maaf, tetapi saya harus bertemu dengan keluarga saya terlebih dahulu. Saya tidak ingin membuat mereka khawatir. Anda sendiri tahu kepergian saya terlalu mendadak. Jadi tolong jangan halangi saya."
Tanpa berkata apa-apa lagi, dia menyingkir agar tidak menghalangi jalanku. Aku melihatnya dengan bingung, tetapi ku hiraukan. Tetapi saat aku akan masuk ke dalam kereta kuda, dia mengulurkan tangannya padaku. Aku menatapnya aneh.
"Apa?"
"Kenapa anda mengulurkan tangan anda?"
Dia menghela napasnya seakan-akan lelah dengan pertanyaanku. "Bukankah sudah jelas? Aku akan ikut denganmu ke kediaman Baron Letiz."
"Apa?!"
•
Disini lah aku sekarang. Di depan kedua orang tuaku yang tersenyum dengan sangat canggung.
"Anaieas, ibu lega kau menyempatkan dirimu kesini."
"Iya ibu, maafkan aku tiba-tiba meninggalkan kalian begitu saja."
Ayahku menghela napasnya. "Kami sudah mendengar tentang pertunangan kalian dan kami mengerti. Tetapi Anaieas, kenapa kau tidak mengatakan apa-apa pada kami? Kami ini orang tuamu."
Aku mengepalkan tanganku dengan keras. Tidak akan kupungkiri bahwa aku merasa bersalah, tetapi ini adalah jalan yang terbaik.
"Maafkan kami."
Semua perhatian kami teralih pada putra mahkota yang membalas perkataan ayah.
"Anaieas tidak ingin membuat orang tua tersayangnya khawatir. Dan saya pun begitu, jadi kami pikir ini adalah jalan yang terbaik."
Wow, dia berbicara dengan formal pada orang tuaku. Beda sekali jika sedang denganku.
"Ah yang mulia, kami mengerti. Semua ini terlalu mendadak tetapi kami dapat menerimanya." Ucap ibuku.
Ayah menatapku dengan sendu. "Ayah harap, selanjutnya jika ada hal yang kau tidak ingin lakukan, ayah mohon bicaralah."
Nada bicara ayah, dan kata-katanya seakan mengiris hatiku. Maafkan aku ayah, ibu. Apa jadinya jika mereka tahu aku yang membunuh kaisar? Mungkin mereka akan mendapat serangan jantung mendadak.
"Bisakah aku berbicara berdua dengan putra mahkota?"
Perkataan ayah membuatku membelalak. "Apa?"
"Keluarlah."
Aku menengok padanya dan dia mengangguk. Sebenarnya aku tidak perlu khawatir. Tidak ada yang perlu ku khawatirkan tentangnya.
Aku mengangguk dan mengajak ibuku keluar. Kuharap semuanya berjalan dengan lancar.
Dua pria itu saling berdiam diri. Tidak satupun dari mereka berniat membuka suara lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lady of Letiz
FantasiAnaieas Veronica Letiz. Itulah nama dulunya. Sekarang dia adalah Go Danbi, seorang mahasiswi dari salah satu kampus di Seoul. Tidak ada yang menarik dari kehidupannya selain dapat mengingat kehidupannya dahulu. Seorang putri Baron yang berakhir trag...