The Late Empress

167 28 2
                                    

"Kau sudah bangun?"

"Astaga!"

Aku baru saja bangun, dan sudah di kagetkan. Vee berada di samping tempat tidurku dan sedang menatapku dalam diam.

"Ada apa?"

Ada apa katanya? Tentu saja, kau yang tiba-tiba masuk dan menatapku saat sedang tidur bukanlah apa-apa.

"Anda mengagetkan saya. Lagipula, ada urusan apa anda kemari?"

"Kenapa? Apa aku tidak boleh mendatangi tunanganku?"

Aku menatapnya tidak percaya. Sandiwara apa lagi yang ingin dia lakukan?

"Baginda, ada urusan apa anda kemari?"

Diam terdiam sejenak.

"Vee."

Aku terdiam dan kembali menatapnya dengan pandangan bingung. "Apa?"

"Cukup panggil aku Vee. Mendengarmu memanggilku baginda terus-menerus cukup melelahkan."

"Kenapa? Semua orang memanggilmu seperti itu. Lagipula, kita tidak sedekat itu."

Dahinya mengkerut. "Tentu saja kita sedekat itu. Kau adalah tunanganku. Lagipula kalau kau memanggilku dengan nama, semua orang akan merasa hubungan kita sudah sangat baik. Percayalah padaku."

Sekarang, itu masuk akal. "Baiklah, Vee."

Aku terdiam melihatnya tersenyum tipis sambil mengalihkan pandangan dariku. Apa-apaan tadi? Kenapa dia terlihat malu?

"Kau sebaiknya bersiap-siap. Dan kenapa kau masih menggunakan bahasa formal saat kita sedang berdua?"

"Ah maaf, aku lupa. Tetapi kenapa aku harus segera bersiap-siap?"

"Hari ini kita akan bertemu pangeran kedua dan tunangannya."

Mendengar soal tunangannya, aku kembali teringat kejadian sebelumnya. "Untuk apa?"

"Hal biasa. Pengenalan lebih dekat. Sudah menjadi tradisi para anggota kerajaan untuk mengenal lebih dekat seseorang yang akan segera menjadi bagian dari keluarga kerajaan, suka mau pun tidak suka."

Aku terdiam sejenak kemudian mengangguk.

"Berdandanlan yang cantik."

Itu adalah kalimat terakhir yang dia katakan kepadaku sebelum dia akhirnya keluar.

Aku menghela napas dan menyentuh perutku. "Luka ini masih sedikit sakit..."

"Aku harus tahu kenapa nona Klarissa berkata seperti itu padaku, jika dia tahu sesuatu aku akan berada dalam bahaya. Dan jika dia benar tahu sesuatu... Aku harus melakukan sesuatu juga."

Bahkan jika aku harus membunuh lagi dengan tangan ini. Apa pun akan kulakukan demi hidupku yang ketiga ini.

Aku menghela napas, berharap semuanya tidak seperti yang kukira. Kubunyikan bel dan Clara segera masuk.

"Persiapkan semuanya."

Ini canggung. Sangat canggung.

Kami berempat sedang bersama-sama minum teh di taman istana pangeran kedua. Masalahnya, tidak ada satu pun yang berniat membuka pembicaraan.

Aku memandangi ketiganya satu per satu. Vee yang dengan santainya meminum tehnya, pangeran kedua yang menatap Vee dengan tajam, dan astaga! Kenapa putri Marquees ini menatapku seolah-olah ingin melahapku sepenuhnya?

The Lady of LetizTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang