"Bangun kebo!" Teriakan seorang dengan oktaf tinggi membuatku terkejut.
"Auh, ih! Basah, woy! Ganggu aja, sih! Enggak ada kerjaan?" Aku menggerutu sembari mengusap wajah yang telah basah karena cipratan air dingin.
"Bangun! Disuruh keliling sama Omah!" Wajahku ditangkupnya hingga membuatku sedikit
terkejut dan mendorong tubuhnya untuk sedikit menjauh."Iya ini bangun. Sana pergi!" Badanku terasa remuk akibat tidur yang tak mengenakkan semalam. Meregangkan tubuh sepertinya bisa sedikit membantu.
Abigail tersenyum ke arahku sembari membuka gorden kuning yang saat itu memancarkan teriknya matahari. Ia ke luar kamar dan kususul dari belakang. Namun, ketika tak sengaja menoleh ke cermin besar, wajahku tampak seperti muka bantal. Lebih baik aku pergi ke wastafel dulu untuk sekadar mencuci wajah.
"Kelilingnya sama siapa saja?" tanyaku sambil menepuk-nepuk wajah dengan handuk agar cepat kering.
"Kita duluan saja. Yang lainnya masih ada urusan," sahut Abigail yang berada di tangga.
"Ya sudah gua mandi dulu–"
"E–eh, enggak usah!" Mendengar cegatannya itu, aku hanya bisa mengerutkan alis.
"Mandinya di curug aja. Ya, bukan mandi, sih. Lebih tepatnya main air. Belum pernah ngerasain, 'kan?"
Aku menggeleng dengan cepat dengan raut wajah yang masih bingung. "Curug tuh apa?"
Ia tersenyum sembari menyisir rambut. "Semacam air terjun kecil. Kita berenang aja. Masalah ganti baju nanti, ada kok tempatnya." Ia mulai tersenyum di depan cermin sembari bergaya.
"Hilih! Sok ganteng, lo!" Aku memukulnya dengan spon cuci piring dan tertawa terbahak-bahak.
"Most wanted, nih!"
"Huh? Pede!"
"Ya sudah, ayo!" Ia berjalan di depanku. Aku masih memandang cermin dengan senyuman manis yang mengembang.
"Tanpa apapun, lo tetap cantik, kok!"
"HIH, PEDE!" Teriakan Abigail berhasil membuat wajahku menekuk. Padahal kalau dilihat-lihat, aku tak seburuk diriku di masa lalu, kok!
"Loh, Omah mana, Mah?" tanyaku saat sudah sampai di meja makan.
Aku memutuskan untuk duduk di sebelah Abigail. "Sepertinya sedang mengurus bunga di taman. Kalian makan dulu, ya. Pagi tadi Omah sudah masak."
Aku mulai menyantap hidangan yang tersedia di meja makan.
"Oh iya, kalian jadi jalan-jalan keliling?" Suara Mamah memecah keheningan yang tercipta saat kegiatan makan tadi.
Aku mengangguk sambil meneguk segelas susu hangat. "Sudah berapa tahun Dira tidak ke sini, ya? Ah, Dira kangen suasana desa ini, Mah."
Mamah mangut-mangut dan menoleh ke arah Abigail. "Abigail, tolong jaga Dira, ya!" Mamah menyalami kami berdua saat kami telah siap berangkat.
"Iya, Tante Vio. Serahkan tugas ini kepada Gail!" Ia tersenyum dengan wajah sombong, tapi dapat kuketahui bahwa itu hanyalah candaan belaka.
Kakiku seperti berjalan sendiri menuju ke taman bunga. Netraku sibuk mencari keberadaan Omah. "Omah mana, Gail?" tanyaku.
Ia terlihat melirik ke arah arlojinya. "Kayaknya kalau jam segini ke pasar, deh."
"Sendirian?" Aku sedikit terkejut.
"Iya."
Aku memelototinya sembari mencubit lengannya.
"Auh–"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bisikan Mereka ✔
HorrorRevisi terbaru. "Dira ...." "Dira ...." "Pergi! Kau siapa?" Aku menutup telinga kuat-kuat sembari memekik dalam hati di tengah gelapnya ruangan kamarku. Aku hanya bisa bersembunyi di balik selimut dengan perasaan campur aduk. "Aku tahu kamu dapat m...