Teman Pemakai Susuk '2

3.2K 309 0
                                    

Ponselku berdering selama lima kali ketika aku berada di kamar mandi. Ah, paling juga orang iseng.

I'd climb every mountain.. Swim every ocean.

Saat kakiku baru menjejakkan diri pada keset kamar mandi, ponselku berdering kembali. Aku sedikit bingung dengan layar yang menampilkan nomor tak dikenal.

"Assalamualaikum, ini benar Nak Dira, ya?" Suara dari seberang telepon terdengar panik yang luar biasa.

"Waalaikumussalam. Iya benar ini saya. Ini siapa, ya? Dan ada apa perlu apa?" Aku berusaha setenang mungkin agar tak terbawa suasana panik.

"Nak, tolong Belia. Ia teriak-teriak histeris sampai tidak mau makan. Dia bilang ada yang mengikuti dia. Makhluk hitam besar katanya. Dia menolak waktu saya masuk ke kamarnya. Tolong, Nak Dira. Katanya hanya kamu yang dapat membantu." Ucapan wanita itu diselingi dengan isakkan tangis.

"Baik, Bu. InsyaaAllah, saya dan teman saya akan bergegas ke sana. Ibu sabar dan tenang, ya. Ibu doakan saja Belia dari luar kamar. Jangan panik ataupun gegabah, ya," ucapku yang berusaha untuk menenangkannya terlebih dahulu.

"Terimakasih banyak, Nak Dira. Maaf merepotkan. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Setelah aman, aku langsung menghubungi Elsa.

"Assalamualaikum. Kenapa, Dir?"

"Waalaikumussalam. Suruh anak-anak ke rumah aku sekarang, ya. Belia keadaannya darurat banget, nih. Cepet, ya!" Spontan langsung kumatikan sambungan teleponnya.

Langkah selanjutnya adalah menghubungi kontak Kak Ikhyar.

"Assalamualaikum, Dira. Ada apa?"

"Waalaikumussalam. Keadaan Belia semakin memburuk. Tadi mamahnya beri tau ke dira. Kakak ke rumah saya secepatnya, ya. Nanti kita konvoi ke rumah Belia."

"Oke siap InsyaaAllah."

"Baik. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Tut ... Tut ....

Aku pun langsung menyambar jaket pink dan celana jeans yang tak terlalu ketat.

Ceklek ....

Mamah terkejut saat melihat dandananku. "Dira mau ke mana sepagi ini? Kalau mau jogging juga tidak mungkin serapih itu, 'kan?" Mamah  menyampirkan handuk bekas olahraganya ke pundak.

"Mau ngurus Belia, Mah. Maaf ini genting banget persoalannya," terangku.

Mamah mangut-mangut mengerti. "Hati-hati, ya!" Mamah menghampiriku dan mencium kening selepas salim.

Setelah notifikasi muncul, aku langsung berlari ke luar kamar dan turun untuk menemui yang lain. Wajah mereka nampak tegang.

"Mau langsung jalan?" tanya Kak Ikhyar.

Setelah melalui beberapa pertimbangan, doa bersama, dan sedikit wejangan, akhirnya kami langsung bergegas ke rumah Belia dengan motor yang sudah diatur sedemikian rupa.

Namun, sebelum aku berniat naik motor ... "Dira sama siapa?" tanya Kak Ikhyar yang membuatku sedikit terkejut.

"Oh, sama–"

"Sama saya." Ucapanku langsung dipotong oleh Muhzeo dengan wajah datarnya.

"Euh, baiklah. Silakan jalan terlebih dahulu. Nanti ustadz yang akan meruqyah akan langsung ke rumah Belia."

Bisikan Mereka ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang