Tragedy's

3.1K 292 12
                                    

Eits! Mau ke mana? Bintangnya dulu jangan lupa, ya! ✨
Hargai karyaku untuk karya-karya baru selanjutnya, InsyaaAllah 💚.

Happy reading 🖤.

Aku menunggu Muhzeo sore ini. Katanya dia sedang ada jam pelajaran tambahan. Tak apalah. Lagipula aku juga sedang malas di rumah.

"Dira." Panggilan dari suara yang tampak nge-bass berhasil membuatku menoleh.

Pupil mataku sedikit melebar. Bibirku sudah bergetar akibat melihat siapa yang datang.

"E–eh, i–iya, Kak Marshal" napasku nampak memburu dengan badan yang sedikit gelisah. Rasanya aku seperti ingin mati di tempat saja saat ini.

Mulutku terbungkam, tapi hati terus-menerus melantunkan doa. Mataku tak lepas dari ikatan tali sepatu. Beruntunglah aku memakai kalung Tere yang sudah diberikan doa-doa oleh Paman. Ini bukan sebuah kemusyrikan. Namun, upaya ini kulakukan agar tubuhku kuat dan sehat. Kalau tidak salah pada kalung ini terdapat bahan magnetic hematite stone yang dapat memberikan efek relaksasi agar lebih membantu daya tahan tubuh, menenangkan jiwa dan juga pikiran. InsyaaAllah, fisikku akan lebih terjaga sehingga tidak ada makhluk halus yang dengan mudah mendekatiku.

"Ikut saya, yuk!" Ia spontan menarik tanganku.

"Eh, Enggak bisa! Maaf." Spontan aku menyentak tangannya dan melihat ke sekeliling yang mulai sepi.

Dahinya sedikit mengernyit. Bibirnya setengah tersenyum. "Enggak apa-apa, kok! Saya mau ajak kamu ke tempat yang bagus," ujarnya tak patah semangat.

Napasku sedikit memburu. Aku tetap menggelengkan kepala. "Enggak, Kak!" tekanku sekali lagi

Rahangku terkatup dengan sedikit muncul perasaan was-was karena sedari tadi ia mencoba untuk menarik tanganku.

"Ayo, udah ikut aj–"

Brugh ....

"Mau lo apa, sih?" Seseorang datang menghantamnya.

Kak Marshal tersungkur dan memegang wajahnya yang sudah memar. Pukulan yang dilayangkan oleh Muhzeo nampaknya terlalu keras dan membuat si empunya wajah kesakitan.

"Lo siapa? Datang-datang seenak jidat langsung mukul?" Lawan bicaranya nampak tak terima. Satu tangannya sudah menarik kerah baju milik Muhzeo. Tangan lainnya terkepal dengan kuat dan bersiap untuk menonjok lelaki di depannya itu

"Lo yang siapa?! Gua pacarnya Dira!"

Deg ....

E–eh?

"Huh? Dira enggak punya pacar! Lo enggak usah ngaku-ngaku!" Matanya semakin memancarkan aura kemarahan. Wajahnya mulai memerah sekarang.

"Kalau enggak percaya, tanya aja ke dianya!" Muhzeo setengah tersenyum seraya melirikku.

Tatapan mata Kak Marshal terarah padaku. "Benar apa yang dikatakan dia?" tanyanya

Napasku sedikit tertahan dan aku mengangguk perlahan.

Dengan cepat, ia langsung melepaskan tangannya dari kerah baju milik Muhzeo.

"Maaf, gua enggak tau." Ia membenahi bajunya yang telah acak-acakan. Rambutnya sedikit basah akibat suasana panas yang baru saja terjadi.

"Menurut gua, kalau lo mau dapetin Dira, gak usah pakai pelet!" Ucapan Muhzeo itu terdengar sangat santai dan tetap mempertahankan wajah datarnya.

Hal itu tentu membuat Kak Marshal terlihat melebarkan matanya.

Bisikan Mereka ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang