Siapa pelakunya?

3K 274 0
                                    


🔙

Suara jeritan dari kelas sebelah membuat satu sekolah langsung heboh. Aku dan yang lainnya yang baru saja datang, spontan langsung ikut menyerbu kelas itu.

Dan..

⤵️⤵️⤵️

"Astaghfirullah, Ya Allah!"

"Allahu Akbar! Ya Allah aku pusing."

"Gak! Enggak mungkin!"

"Naudzubillahimindzalik, seumur-umur aku baru melihat ini."

"Siapa yang berani berbuat ini di sekolah?"

"Astaghfirullah, gua mimpi, 'kan? Gua enggak mungkin melihat kejadian ini di dunia nyata, 'kan?"

"Huek!"

Dadaku seperti di pompa dengan cukup cepat. Ditambah dengan keringatku yang terus bercucuran. Kami berlima langsung bertatapan. Seolah bertanya-tanya, siapa dalang dari semua ini? Biadab sekali!

"Hiks ... enggak mungkin, Pak! Dia sahabat saya. Ah, enggak mugkin!" Seseorang yang kuketahui bernama Ningsih itu nampak syok.

"Tenang, Ningsih. Kami semua juga sedih." Beberapa guru menangis histeris di tempat. Bahkan ada yang sampai pingsan karena tidak kuat dengan apa yang dilihat.

"Panggil polisi!" Pak Eduard sepertinya sudah bingung harus berbuat apa.

"Jangan gegabah, Pak. Pulangkan saja anak-anak terlebih dahulu agar situasi lebih kondusif," saran Bu Tini.

"Tetapi ini genting, Bu! Kalau begitu, biar saya suruh orang untuk beri pengumuman hari libur khusus hari ini," ujar pak Eduard sembari menyalakan ponselnya.

Aku menutup mulut tak percaya atas apa yang aku lihat. Sungguh benar-benar di luar nalar. "KETERLALUAN, SIALAN! SIAPA LO SEBENARNYA? KELUAR LO! PEMBUNUH! PSIKOPAT BERINGAS!"

Darah segar masih menetes dari kelopak mata Hila yang sudah tak berbola mata lagi. Rambutnya acak-acakan dilantai bersamaan dengan darah yang bersimbah.
Lidahnya yang tinggal setengah menyembul keluar dengan tampak yang sedikit mengerikan.

Motif pembunuhan seperti apa yang sampai hati membuat si pelaku tega berbuat seperti ini?

"Aku gak tau, tapi sepertinya ini dendam."

"Dendam apa?" tanya Elsa.

"Maaf, aku tidak bisa memberitahukannya pada kalian."

Pembicaraan terakhir kami berputar-putar di kepalaku.

Dendam? Siapa yang dendam sampai seperti ini?

"Dira, ayo, ke luar!" ajak Elsa sambil menarik tanganku dengan paksa.

Aku dan yang lainnya ke luar kelas. Walaupun sudah berada di luar, bau anyir masih tercium jelas memenuhi indra penciuman.

"Dira .... "

Aku menoleh melihat arwah Hila yang bentuknya sudah tak seperti Hila lagi. Mulutku agak kaku. Namun, sebisa mungkin kulawan rasa takut itu.

"Tolong! Tolong Aku." Tangannya seperti orang yang memegang leher lantaran kesakitan.

"Sa-sakit, Dira. Sa-sakit," rintihnya sambil menangis.

"Woy! Jangan bengong!" Teriakan Paul disertai dengan tepukan bahu membuatku sedikit terkejut.

"Itu Hila," lirihku dengan mata yang masih menatap lurus ke arah sosok itu.

Bisikan Mereka ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang