Kepiluan dan kabar gembira

5.3K 444 50
                                    

"Terimakasih." Aku melepaskan helm seraya tersenyum ke arahnya dengan sedikit kaku.

"Sama-sama," sahutnya seraya membalas senyumanku.

Ia mengambil helmnya dariku. "Maaf kalau omongan gua terlalu lancang."

Mendengar perkataanku itu, ia langsung menatap mataku dan membatalkan rencananya yang hendak menyalakan mesin motor. Tangannya disenderkan ke setang motor.

"Semoga lo bisa kasih arahan tentang jalan yang benar, ya," harapnya sembari memakai helm kembali.

Aku mengangguk dengan sangat antusias. Untungnya dia bukan tipe orang yang mudah sakit hati ataupun menaruh dendam.

"Gua pulang," pamitnya sembari menjalankan motor matic miliknya.

Aku tersenyum sumringah. Semoga saja aku bisa membuatnya sadar.

Depan teras rumahku terpantau sepi. Kubuka pintu rumah dan menguncinya kembali.

Ceklek ....

"Assalamualaikum," salamku sembari membuka pintu.

Tidak ada sahutan sedikitpun. Mungkin mamah tidak mendengarnya. Aku bergegas memasuki kamar dan langsung mengunci pintunya.

Kuhempaskan tas punggungku ke atas tempat tidur, membuka satu-persatu kancing seragam dan menggantinya dengan kaus putih polos.

Srek ... Srek ....

Aku menoleh ke arah meja belajarku. Selembar demi selembar kertas berterbangan. Aku sudah tak terlalu panik soal itu. Hingga akhirnya satu amplop berwarna merah muda dihiasi pita emas di pojok atas sebelah kanan jatuh tepat di depanku.

Aku meraihnya. Membuka perlahan amplop tersebut dan mulai mendapati secarik kertas yang berada di dalamnya. Penampakan kertas tersebut sudah sangat lecak. Kurang lebih isinya seperti ini.

Dear Dira, Si Manis sahabatku ....

     Aku tak tau lagi harus bagaimana untuk menyiratkan kesedihanku saat aku mengetahui bahwa waktuku sudah habis untuk menemani setiap hari-harimu. Kau tau? Bahkan aku tak sanggup jika sedeti kpun tak menjahilimu, mengagetkanmu ketika baru bangun tidur, dan juga menggelitiki ketika kau nakal. Aku berterimakasih pada Tuhan sebab aku dapat dipertemukan dengan sahabat secantik dan semanis dirimu.

     Aku bersyukur telah diberi waktu untuk menjaga gadis sebaik dan seramah dirimu. Kau itu sosok periang, tegas, dan uniknya ... kau masih saja cengeng jika bertemu hantu. Oh iya, Dira, cobalah untuk lebih mau mendengar cerita para hantu yang lain, ya. Kau akan mendapatkan banyak pengalaman dari cerita-cerita mereka. Walaupun kau harus mengorbankan banyak tenaga untuk mendengarkannya, tapi dapat ku jamin, kau akan menjadi pribadi yang lebih baik setelah mendengar berbagai cerita mereka. Oh iya, berhati-hatilah dengan roh jahat.  Karena tak semua hantu itu baik. Ada yang ingin mencelakaimu dan ada juga yang hanya ingin didengarkan kisahnya.

     Sekarang takkan ada lagi yang menjahilimu, Dira. Sumpah, takkan ada lagi yang sengaja mematikan lampu ketika kau mandi, takkan ada lagi yang menyetel alarm ketika kau sulit untuk dibangunkan, takkan ada lagi yang yang bisa kau gambar, dan takkan ada lagi yang menyetel musik keras-keras ketika kau belajar. Aku tahu ... pasti kau sudah menemukan orang yang akan menjagamu, 'kan? Namun, untuk kali ini ia belum bisa sepenuhnya menjagamu. Imannya masih lemah. Kau harus benar-benar meyakinkan kepada dirinya tentang siapa Tuhannya. Aku yakin pasti kau bisa. Semangat!

     Gadis lucuku, aku tahu pasti kau sangat merindukanku, bukan? Jelas tentu saja. Karena aku ini benar-benar tampan untuk dirindukan, wuahahaha .... Kuyakin pasti setelah ini kau akan mencapku sebagai hantu terpede di dunia, ya, 'kan? Tak apa lah. Aku ini memang benar tampan adanya, hahaha. Aku hanya bergurau, Dira. Janji jangan merajuk, ya?

Bisikan Mereka ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang