Persiapan pelantikan

3.2K 258 0
                                    

Dira Pov.

Sudah genap seminggu aku ke luar dari rumah sakit. Banyak hal ganjil yang sering kualami di sana. Namun, aku tidak takut. Karena semua orang yang menyayangiku berusaha untuk menjagaku.

Kalau boleh cerita sedikit, waktu itu pernah ada suara sangat keras seperti orang yang menutup pintu hingga aku terbangun dari tidur. Aku membuka mata dan melihat sekeliling. Namun, tak ada siapapun yang ke luar dari ruangan ataupun masuk ke kamar mandi. Elsa dan Mamah yang menungguku pun masih terlelap. Aku tahu, memang Elsa sangatlah susah untuk bangun dari tidur. Namun, lain halnya dengan Mamah. Ia sangat sensitif dengan suara ketika tertidur. Suara bisikan pun mampu membangunkannya dengan cepat.

"Mah," panggilku dengan suara lembut.

Mamah langsung mengerjapkan mata dan tersenyum ke arahku. Waktu itu sekitar pukul setengah dua pagi.

"Ada apa, sayang?" tanya mamah sambil menghampiriku dan memberikanku air putih.

Bisa kalian lihat sendiri, bukan? Mamah langsung terlihat segar dan menghampiriku tanpa mengulat terlalu lama untuk bangun.

"Mamah dengar suara? Suaranya itu seperti orang yang menutup pintu dengan tenaga kuat," jelasku dengan panik setelah meminum air putih yang diberikan Mamah.

Ia mengerutkan keningnya dan langsung tersenyum. "Mamah dengar, kok. Kamu tidur lagi, ya." Ia langsung mengelus kepalaku dengan penuh kasih sayang.

Aku tahu kalau Mamah sedang berbohong. Kalau benar Mamah mendengarnya, mengapa Mamah tidak terkejut? Saat ada sesuatu yang mengganjal, aku menoleh ke arah jendela kala itu. Terlihat ada sebuah tangan berbulu yang melambai-lambai ke arahku.

"Jangan dilihat kalau kamu takut, Dira!" Mamah memelukku dan menutup mataku dengan tangannya.

"Tidurlah, sayang. Mamah jaga dirimu dari sini sampai kamu tenang." Ia menatap dengan sebuah senyuman yang dapat meyakinkanku.

Aku mengangguk dengan wajah masih was-was. Walaupun Mamah tak dapat melihat Mereka, tapi Mamah tau gelagatku saat melihat keberadaan makhluk-makhluk tak kasat mata itu.

Waktu itu pula, aku sedang makan nasi disuapi oleh Mamah. Papahmu sedang berbincang dengan Muhzeo di luar. Elsa sedang izin pulang untuk mandi dan bersiap-siap.

Tiba-tiba kudengar ada suara anak kecil yang berlarian dari arah koridor rumah sakit. Diiringi dengan suara tawa yang agak kencang. Aku yang notabene-nya memang menyukai anak kecil pun tersenyum. Waktu itu aku berniat untuk menyudahi makanku dan ingin pergi keluar bermain bersama mereka. Kalau tidak salah saat itu pukul empat sore.

"Mah, makannya sudah, ya. Dira mau ikut main sama anak-anak kecil di luar," pintaku sambil bersiap beranjak dari tempat tidur.

"Mana anak kecil, sayang?" Mamah menatapku dengan sedikit heran.

"Loh, itu suaranya keras banget. Memang Mamah tidak dengar?" tanyaku yang lebih heran lagi.

"Tidak ada suara daritadi, sayang" Mamah tersenyum ke arahku sembari menaruh piring makanku.

"Papah, Muhzeo!" panggilku kepada mereka yang nampaknya masih asik berbicara.

"Ada apa, sayang?" Papah masuk disusul oleh Muhzeo yang mungkin memang mengetahui keadaanku yang sedang dilanda resah.

"Di depan ada anak kecil yang lagi main lari-larian, enggak?" tanyaku dengan nada bicara yang polos.

Papah menggelengkan kepalanya. Muhzeo ikut mengangguk pertanda ucapan Papah benar adanya. Walau aku tahu, saat itu Muhzeo mendengar suara anak kecil juga.

Bisikan Mereka ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang