Kalau Bulan Bisa Ngomong

1.9K 229 20
                                    

Yena sibuk menampar diri sendiri, lebih tepatnya berusaha membunuh para nyamuk nachkal.

"Yena beneran mandi gak sih?" Gak tau ini Chaewon beneran nanya atau ngeledek, atau malah menghujat?

"Mandi lah, emang ngapain lagi? Semedi?"

"Pasti gak bersih," imbuh Yuri yang lagi makanin nekstar. "Ini mau ke sana naek apa?"

Yena harus tetep keep smile, sebagai kakak tertua hati harus sekuat baja. "Hooh, naek apa?"

"Duh, kalian hidup di jaman apa sih? Kan ada hape. Punya hape nggak?" Chaewon mendengus dan muter mata keliling dunia. "Pake Grab kan gampang."

Yaudah, emang Chaewon mah setiap hari mulutnya pedes. Saudaranya udah terlalu terbiasa.

"Yena ada Grab nggak?" tanya Chaewon enteng banget, belum tau Yenanya udah tersinggung.

"Ngeledek ya?"

Chaewon dan Yuri ketawa karena berhasil bikin Yena tersinggung. "Eh, ya maap."

Hapenya Yena lagi disita Seokjin soalnya nilai semesteran kemaren terjun payung. Makanya belakangan ini, kebo di dalam dirinya bangkit lagi meskipun sempet disegel.

"Aku pesen sekarang ya, biar lebih cepet." perkataan Chaewon itu langsung disetujui sama dua saudaranya.

Walaupun bukan dia yang tertua, Chaewon berperan sebagai leader di antara si kembar tiga. Soalnya Yena yang tertua pun sikapnya gak mercerminkan sebagai yang tertua.
Kalau Yuri yang jadi leader, gak ada yang setuju karena paling muda.

Jadi biar Chaewon aja yang ngambil bagian.

"Chae masih rajin ikut kelas seni? Kagak capek apa?" tanya Yena. Ahah, kalau Yena serajin Chaewon udah pasti cuma mitos.

Soalnya Yena sendiri juga masih mempertanyakan manfaat dari sekolah.

Belajar doang pinter kagak, gituh katanya.

"Namanya juga mengejar mimpi," komentar Yuri, sekarang beralih ke kaleng khong guan. Ternyata zonk,  isinya cuma rengginang:)

"Ah, mengejar mimpi juga ujung-ujungnya berakhir di dapur, netein anak, ngurus suami." Yena masih teguh sama pemikirannya.

Pemikiran yang agak banyak sesat, bikin anak orang mikir mimpi itu sia-sia. Dasar sesat.

"Itu mah Yena aja sana. Aku sih gak mau." dan Chaewon juga masih memegang erat tekadnya. "Orang mah sukses dulu, baru bersuami."

"Bersuami juga, kan pasti berakhir di dapur. Soalnya harus pinter ngurus suami, hayo?"

Yuri meringis karena debat mendadak keduanya kakaknya. "Gini deh, emangnya pas udah sukses mau aja gituh ngelepas kesuksesan buat jadi istri orang?"

Tapi dia juga berakhir masuk ke dalam perbedatan itu.

"Maksud aku tuh, sukses dengan usaha sendiri kan lebih baik. Daripada nanti bingung sendiri belum juga kunjung bersuami padahal dana hidup gak mumpuni." Chaewon membalas, tapi matanya masih fokus ke hape. "Kalau aku sih, yang penting sukses dulu, itu mah urusan belakangan."

"Kalau Yuri mah gak rela ngelepas kesuksesan demi jadi istri orang."

Yena mengernyit. "Lu mau jadi perawan tua?"

"Bukan gitu, tapi bukannya sayang apa yang kita perjuangin dilepas gitu aja? Mending melajang sampe ketemu yang sepadan."

Bibir Yena mulai maju-maju. "Entar juga kalo bucin rela dah ngelepas apa aja."

"Hadeuh..." Chaewon menghela napas samar, lewat idung. "Aku ngejar mimpi buat masa depan. Kan masa depan mah siapa yang tau. Lagipula, kan bisa bersuami selagi masih kerja."

"Entar kasian dong suaminya ditinggal kerja, kagak dapet jatah," celetuk Yena. Kenapa sih daritadi nyeletuk mulu, heran.

"Nanti anak juga malah jadi deket sama pangasuh daripada sama ibunya sendiri," tambah Yuri.

"Ya terus, harus gimana? Kan buat menyiapkan masa depan." Chaewon muter matanya males.

Si kakak tertua bergidik pelan. "Kagak tau, Yena juga bingung."

"Bahasannya jauh banget sih." Yuri ketawa setelah nyadar mikir kejauhan. "Kita kan masih anak sma, coy."

"Ya, tapi kan buat masa depan kenapa enggak."

Yena ikutan ketawa, dia ketawa cuma karena pengen. "Yang penting mah terus berusaha. Masa depan siapa yang tau, itu bersifat raziel. Kita sebagai hamba Allah cuma bisa berserah diri sambil terus berusaha."

#Subhanallah_ukhty

"Tumben, Yena salah makan ya?" tanya Yuri, kayaknya ngeledek. Emang diantara si kembar tiga, Yena yang jadi langganan ledekan.

"Ya Allah, walaupun anak bader juga gua masih inget Tuhan."

Halah, nanti pun bolos terus pergi ngewarnet lagi. Namanya juga Yena.

"Grab-nya udah deket, buruan siap-siap," gumam Chaewon. Udah pasti didenger saudaranya yang lain. "Btw, raziel apaan dah?"

"Rahasia Tuhan," Yena menjawab sambil nge-wink dengan pose ambigu.

JO YURIZ: Bukan KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang