"Fuck Off," ceunah^^

743 114 5
                                    

"Chae," panggil Daehwi segera setelah ngeliat orang yang dipanggil muncul dibalik pintu. "Yuri kemana? Belum pulang?"

"Gua juga tadinya mau nanyain. Emang dia gak bilang?"

Yena ikutan muncul sambil tepuk jidat. "Kalo Daehwi tau dia gak bakal nanya."

Omongannya itu cuma dianggap angin lewat sama Daehwi dan Chaewon. Ngerti gak itu sama-sama panik soalnya ini yang paling sering hilang tiba-tiba macam gunting kuku yang gak ada kabar.

Dengan muka sok mikirnya, Yena nyeletuk mungkin setelah mikir sebentar, "Yuri emang belakangan ini aneh sih. Kayak sering menghindar gitu, ngerasa gak?"

"Iya, kerasa banget," imbuh Chaewon langsung konek.

Dan saat itu juga Daehwi kayak ada diambang-ambang antara pengen ngasih tau dan menjaga kerukunan persaudaraan mereka. Pengen ngadu tapi pasti ntar Yena sama Chaewon sama-sama langsung ngamuk. Pasti. Apalagi Yena.

Tapi demi kebaikan bersama dan biar bisa diproses deh sama Chaewon orang yang ngomong gitu ke Yuri. Daehwi menarik napas, menyiapkan mentalnya untuk ngadu.

"Yena, Chae. Punten banget nih sebelumnya gua gak ngomong ini dari awal," kata Daehwi mulai buka suara. Sumpah ngeliat Yuri belakangan ini stress sendiri bikin cowok itu ikut stress. Udah tau Yuri kan rentan banget.

Dua orang yang lagi duduk lesehan di bawah itu langsung berbarengan menoleh. "Kenapa?"

"Tapi jangan marah ya. Apalagi lu, Yen. Jangan ngamuk."

Yena berdecak masam. "Yaelah, biasa. Ngomong aja, ada apa?"

Ngomong deh Daehwi alasan dibalik sikap Yuri belakangan ini. Cowok itu menjelaskan pelan-pelan dan hati-hati biar gak salah ngomong trus terjadi kesalahpahaman lagi.

Dua-duanya, mau pun Yena dan Chaewon setelah akhirnya ngerti dan tau, mereka gak ada yang buka suara. Cuma ngeliatin acara tv dengan pandangan kosong.

Duh, Daehwi lagi yang bingung harus gimana.

"Siapa?" kedengaran Chaewon yang pertama buka suara. Seperti bermonolog atau seperti ngomong sama TV. "Siapa yang nanya begitu? Berat di Yuri pasti jadi pikiran."

Chaewon nanya tapi pandangannya masih ke arah TV. Bukan nonton, cuma sekedar bengong sambil mikir mungkin. Begitu pun Yena.

"Mana sebentar lagi ujian."

Bertepatan bunyi suara dentingan notifikasi hape Chaewon, Seokjin datang pulang kerja dengan muka biasa aja.

Tapi orang yang dibawanya yang gak biasa dan bikin Yena maupun Chaewon langsung berdiri dari lesehannya di bawah.

Cowok yang sekarang udah ganti lagi aja warna rambutnya itu nyengir khas makin bikin keliatan mirip Chaewon. Siapa lagi kalau bukan Felix. "Yena, my long lost cousin."

Yang disapa cuma Yena soalnya satu lagi langsung masuk ke dalem udah muak duluan soalnya. Chaewon adalah tipe orang mudah memaafkan tapi masih disimpen dendamnya.

Hwang Hyunjin IPA-3
|yuri sama gua
|tenang aja gak gua apa-apain, cuma diajak maen sebentar
|kasian kayak banyak pikiran

Chaewon

Bawa pulang|

Hwang Hyunjin IPA-3
|maap ikut campur, tapi apa lu gak mau ngomongin dlu sama yuri
|bener bener keliatan dia bingung won
|gua tau ya dia sekarang lagi nahan tangis
|maap juga ngajak maen gak bilang dlu

Chaewon
Lu dimana sekarang|

Hwang Hyunjin IPA-3
|mgt, cepetan kesini sebelum yuri ngajak pulang

Hwang Hyunjin IPA-3
|ngomong ngomong adek lu doyan bet makan buset abis kali gua 20 rebu cuma buat beliin dia sosis bakar

Tanpa basa-basi lagi Chaewon pake jaketnya dan ngechat salah satu temen yang mau ditumpangin ke Mutiara Gading. Beberapa menit kemudian ada yang manggilin dari luar, tandanya Chaewon udah tinggal berangkat.

Emang gak boong Chaewon temennya tersebar di seluruh penjuru sekolah.

"Hey, where are you going?"

"None of your business. Fuck off, Felix."

"Chae mau kemana?" kali ini yang nanya Seokjin, bapaknya langsung.

"Nyusulin Yuri."

Seokjin bergerak ke belakang, agak mikir dulu. "Trus Felix?"

"Yakan bukan cuma ada aku doang disini, Yena ada, Daehwi ada. Jangan nyulut aku, Pak. Lagi kesel nih."

Sebelum Chaewon mendekat ke arah Yena untuk ngomong sesuatu, Seokjin dan Felix liat-liatan dengan Felix yang manggut-manggut pengertian seolah ngomong, "It's ok."

Tersisa Yena di rumah karena Daehwi buru-buru pamit undur diri karena tau diri dia bukan anggota keluarga.

Terasa dari suasananya bakal ngomongin yang berat-berat, jadi gak ada alasan lagi untuk Daehwi tetap disana.

"Bapak udah dapet rumah, gak besar tapi cukup buat kita sekeluarga," kata Seokjin ikut duduk lesehan samping putrinya.

"Trus kapan pindahnya?"

"Secepatnya kalau bisa. Ada Felix tuh cowok jadi lumayan buat bantu-bantu angkutin barang." Seokjin nunjuk Felix, lalu yang ditunjuk nyengir makin bikin mirip Chaewon.

"Oh ya, kenapa si Felix jadi lebih cepet ke sininya? Sorry-sorry aja nih, tapi bapak kan tau sendiri gimana Chae kalo sama Felix."

Seokjin terdengar menghela napasnya lalu menoleh ke benda persegi yang disebut TV. "Felix yang mau. Katanya ngumpung masih dikasih waktu, jadi rencananya pengen memperbaiki yang udah rusak sebelum bubur jadi nasi."

"Nasi jadi bubur, dih," ralat Yena dengan datar sama mukanya yang jadi gak sedap dipandang. "Berarti kita nyicil packing barang dari sekarang nih?"

"Iya, anak gadisku."

"Yena mau nanya satu hal nih, serius tapi ya?" Yena memandang muka tampak samping bapaknya dengan serius, sesuai omongannya. "Sewaktu dulu, bapak gak pernah main di belakang kan?"

Gak boong, Seokjin kaget bukan main saat dengar pertanyaan anaknya. "HAH yha nggak lah."

"Yena beneran nanya ini demi kebaikan bersama, jangan bikin Yena kecewa sama bapak," kata Yena tampak meyakinkan. "Gak ada sejarahnya; Yuri anak angkat kan?"

JO YURIZ: Bukan KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang