Yuri: But Now I Got a Bellyache

597 85 16
                                    

Setelah Seokjin memeluk Yuriㅡtentunya gak ketinggalan segala ocehan biar Yuri baik-baik di kota orangㅡmobil yang dipesan Seokjin mulai berjalan menjauhi tempat Yuri berdiri.

Dengan menghilangnya mobil itu dari penglihatan, Yuri tau kehidupan barunya udah dimulai. Kehidupan jauh dari keluarga, kayak kata Yuri, untuk melangkah jadi lebih baik lagi.

Tapi bohong namanya kalau Yuri bilang dia gak sedih, atau pun gak merasa takut di kota asing. Belum kenal siapa-siapa.

Ini baru awal.

Menghela napas, menggembungkan pipi, Yuri merasa tangan kanannya ada yang genggam. Genggamannya nyaman, berasa di rumah.

"Lu gak nyesel udah pindah ke sini kan?" tanya Daehwi, nadanya terdengar khawatir. Yuri menggeleng, senyum Daehwi muncul. "Udah terlalu jauh buat kita mundur lagi."

Langkah kaki Yuri bergerak karena digandeng Daehwi biar jalan beriringan. "Ya gak mundur juga, cuma nengok ke belakang pasti boleh kan."

"Nengoknya jangan kelamaan, nanti malah lupa udah jalan ke depan," kata Daehwi lagi, bikin Yuri ketawa meringis.

"Lu apaan sih, sejak kapan lu jadi puitis begitu? Gak lazim banget, ewh."

"Mulut," tegur Daehwi, Yuri manyun aja. "Tapi, Yul, kita kan udah bareng nih ya sesuai janji, terus abis itu apa?"

Mata Yuri menyipit sebelah, tandanya lagi mikir. "Apa? Ya kuliah, belajar, beraktivitas di kota baru, apalagi?"

Rasa-rasanya Daehwi pengen nyiram muka watados Yuri pake air mineral yang lagi dipegang. Ini gandengan tangan masih kurang jelas? Jangan sampe Daehwi terbang lagi balik ke Bekasih nih.

Tapi daripada ngomel, Daehwi menghela napas mencoba sabar. "Yulㅡ"

"WOY GANDENGAN MULU KAYAK TRUK!" potong Jiwoo tiba-tiba dateng, melepas paksa gandengan tangan Yuri dan Daehwi karena dia menempatkan diri diantara keduanya. "Ckck, Yul. Gua yang denger dari belakang aja sadar si Daehwi lagi ngode, lu gimana sih."

Beneran hampir lupa ini bocah ngilang juga ikut.

"Ngode apaan nih?" Yuri menoleh ke Daehwi pake tampang bertanya. Yang ditanya cuma garuk-garuk leher.

"Itu lho, kalian kan udah itu tuh, apa tuh ibaratnya? hem, ttm? Si Daehwi pengen ngeresmiin aja tuh, ngumpung udah di sini," cerocos Jiwoo segera dibekep Daehwi panik.

Di lain sisi Yuri cuma ngeliatin Daehwi dari tempatnya. Masih memproses.

Ah, sayangnya sekarang bukan waktu yang tepat buat mikirin begituan. Yuri masih merasa harus membiasakan diri sekarang semuanya dilakuin sendiri, tanpa Yena dan Chaewon yang biasanya selalu di sisinya ke mana pun Yuri pergi.

Tapi bukan berarti Yuri gak mau bales perasaan Daehwi. Cuma aja, sekarang masih terlalu awal.

"Maap, Hwi. Kita berjuang aja dulu di sini, gua masih harus terbiasa." Penuturan Yuri bikin Daehwi yang tadinya sibuk ngebacot sama Jiwoo jadi diam. "Kecepetan kalo mau buru-buru, nikmatin aja dulu, ya gak?"

Daehwi yang diam disikut Jiwoo. "Tapi bukan berarti Yuri gak mau sama lu, Hwi."

Akhirnya Daehwi senyum, tetep aja senyumnya tuh bikin Yuri berasa kayak di rumah. Hangat. "Mungkin guanya juga terlalu buru-buru."

"Kalian ... bakal tetep sama gua kan?" tanya Yuri, Jiwoo dan Daehwi otomatis tertegun. "Maksud gua, gimana ya..."

"Yul," Jiwoo merangkul bahu Yuri yang lebih pendek, dengan senyum ceria khas seorang Jiwoo muncul di bibirnya. "Emang kita kalo gak sama lu mau sama siapa lagi? Pake nanya lagi."

"Ya gua takut aja."

Daehwi ikut merangkul bahu Yuri yang satunya lagi. Jadi mereka bertiga saling merangkul sambil jalan beriringan. "Tenang aja, gak usah takut. Kita bakal terus sama lu kok."

Iya, semoga aja. Di kota yang jauh dari rumah, semoga mereka beneran mau menerima Yuri.

Karena sampe di titik ini, Yuri sadar cerita sama kedua kakaknya udah selesai sampe di sini.

Mungkin mereka masih bisa mendukung, bercerita, berkeluh-kesah, tapi mereka gak akan jadi pemeran utama dalam cerita, yang ada cuma jadi cameo numpang lewat, mereka gak akan ada di satu chapter yang sama yang saling bersambung lagi.

Cerita mereka udah selesai sampe di sini.

Ah, bukan selesai. Lebih tepatnya, terpisah dengan ceritanya masing-masing.


















Beneran mah kali ini The End...
Percaya kagak tinggal sisa satu chapter lagi ni cerita?

Yauda, epilog nyusul hehew:p

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JO YURIZ: Bukan KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang