Bisik-bisik Tetangga

1.1K 168 4
                                    

Hyunjin beberapa hari kemaren gak masuk. Males aja sekolah ketemu manusia, jadinya bilang ke guru sakit pake nomer mamaknya.

#jangan ditiru

Sebagai temen, Ferguso semangat banget dapet kabar Hyunjin masuk sekolah lagi hari ini.

Semangat buat gali informasi, lebih tepatnya sih. Soalnya Hyunjin adalah siswa dengan informasi segudang.

Kalau ada istilah buku adalah gudang ilmu. Kalau Hyunjin, cewek adalah gudang gosip yang berkedok informasi. Itulah kenapa Hyunjin banyak ceweknya.

#dasar playboy

Balik lagi ke Ferguso, dia udah setia duduk di kursi Hyunjin untuk nunggu orangnya datang.

Saat Hyunjin nongol, Ferguso langsung menerjang dengan semangat. "hYUNJIN KEMANA AJA LO! TAU GAK SIH TERNYATA DI SEKOLAH KAYAK GINI MASIH ADA MALAIKAT TAK BERSAYAP!!"

"Weh, kalem, kalem." Hyunjin kaget baru dateng udah ada orang teriak pagi-pagi. Dia duduk di kursinya dengan kaki diangkat kayak biasa. "Gua tau maksud lu nih. Siapa namanya?"

Ferguso langsung berseri-seri. "Yuri. Pokoknya dia poninya rata."

Sebelum lanjut lagi, Hyunjin senyum yang lebih tepat menyeringai dengan bibirnya yang agak itu. "Bayarannya apa dulu nih, boss?"

"Itu mah gampang, entar gua bayarin warnet," jawab Ferguso langsung. "Yang penting kasih tau dulu, Yuri ini siapa?"

Tampang Hyunjin berubah serius setelah bersepakat tentang bayaran. Tangannya menempel di dagu tanda lagi mikir. "Kalo Bu Yuri guru ipa gak mungkin, masa lu suka sama Tante-tante."

"Ya gak mungkin lah, memble. Gua yakin banget Yuri itu salah satu murid."

"Berarti Yuri si kembar tiga," jawab Hyunjin, udah tau apa yang bakal jadi bahasan selanjutnya.

"Nah iya, siapa tuh dia? Kemaren gua liat walaupun galak, tapi ada kesan malaikat tak bersayap di mukanya."

"Lu ketemu dimana?" Hyunjin beneran nanya.

"Gak sengaja kemaren tabrakan." Ferguso beneran jawab.

"Lu yakin namanya Yuri?"

"Yakin banget."

Hyunjin mikir dulu sebentar. Soalnya kemungkinan Si Ferguso salah orang nih mungkin aja. Diliat dari beberapa pengalaman pribadi, Hyunjin juga pernah salah manggil. Tau sendiri Jo Yuriz bersaudara melegend-nya kayak apa di sekolahan.

Salah manggil aja udah malu minta ampun, apalagi salah naksir.

"Tau dari mana itu Yuri. Yuri yang asli, bukan saudaranya?"

"Poninya rata, mukanya kecil kayak malaikat."

HSHS Hyunjin agakㅡbukan agak lagi, terganggu banget sama sebutannya Ferguso yang malaikat-malaikat. Cih alay banget.

"Tiga bersaudara itu juga semuanya poni rata, geblek," kata Hyunjin agak emossy. Terkadang temenan sama manusia senaif Ferguso agak banyak menguras tenaga.

"Emangnya dia punya saudara?"

"Punya, begooo!" berakhir Hyunjin agak mencaci, gregetan pengen buang temennya ke laut. "Makanya sekali-kali keluar, jangan maenin burung mulu."

"Tapi gua yakin banget itu Yuri. Orang gua pernah sesekali pas-pasan di kantin," kata Ferguso masih keukeuh. Belum aja digeplak palanya. "Saudaranya itu pasti punya perbedaan dong, sama Yuri yang asli."

Hyunjin menghela napas samar, lewat idung. "Masalahnya, mereka itu bukan kembar tapi emang agak mirip. Miripnya itu enggak mirip banget, tapi ada sesuatu yang bikin mirip, gua juga gak ngerti deh."

"Nah kan, berarti bener itu Yuri. Orang gua apal banget mukanya kok."

"Ok lah, anggep aja itu emang Yuri. Tapi lu dijamin bingung, soalnya mereka kemana-mana aja bertiga. Udah mirip, satu kelas, kemana-mana bertiga pula. Yha pantes aja orang salah mulu." Hyunjin geleng-geleng, Ferguso bisa ngerasain frustasinya Hyunjin ngomongin si kembar tiga.

"Terusㅡ" omongan Ferguso dipotong bell masuk yang berbunyi kelewat nyaring itu.

Hyunjin memberi tanda pake tangannya, nyuruh Ferguso cepetan balik ke kursinya sendiri. "Entar aja lanjut di kantin."

"Tapi istirahat masih lama."

"Bacot! Gua lempar sepatu nih!"












"Daehwi, sini aja duduknya," panggil Yuri saat ngeliat Daehwi bingung nyari tempat duduk. What a literally angel, gak deng dia baik sama orang tertentu aja.

Kayak Daehwi, dia dianggap tertentu soalnya keluarga si kembar tiga maupun keluarga si cowok emang deket dari dulu.

"Eh, Yena. Tumben makan di kantin," kata Daehwi sambil nyengir.

"Belakangan ini Yena lagi tumben-tumbenan, uring-uringan dia," jawab Yuri ikutan nyengir.

Yena berdesis, nyuruh pada diem. Garpu di tangannya nusuk daging ayam dengan kejam. "Yena lagi mode senggol bacok."

"Kenapa dia?" Daehwi mendekat ke Yuri biar bisa bisik-bisik. "Gak biasanya."

"Katanya lagi benci pake banget sama cowok yang namanya Jihoon. Yena tadi sampe hampir ribut," jawab Yuri masih bisik-bisik.

Daehwi ngangguk-ngangguk ngerti. "Oh, pasti gara-gara warung babeh."

"Betul itu, betul."

Makanannya Chaewon daritadi udah abis duluan, sekarang lagi fokus ke hape untuk ngebalesin whatsapp.

Yunseong IPA-2
|Lu suka gambar juga?

Suka, banget malahan
✔️✔️
Dari gua kecil, tembok banyak hasil karya gua
✔️️✔️

Yunseong IPA-2
|Sama wkwkw gambar bisa buat tenang njir
|Gw klo di tembok di omelin gw gambarnya di belakang buku

Yunseong IPA-2
|Trus kalo udh jadi rasanya tuh puas gituh

Kan gua masih kecil mah tau apa sih wkwk
✔️✔️

Yunseong IPA-2
|Tapi klo lama.lama.di liatin trus jadi jelek njir sebagus apapun gambar kita

EmangT_T
✔️✔️
Kayak ngerasa ada yang kurang, walaupun udh puas
✔️✔️

"EkhemㅡChae, denger gak sih?"

Chaewon dengan sigap langsung mematikan hapenya. "Eh, iya, kenapa?"

"Hadeuh, daritadi ditanya, mau beli kontak lens bareng enggak? Malah senyum-senyum sendiri, dih," jawab Yena memutar matanya keliling dunia.

"Eh, iya, iya. Bareng aja."

Yuri angkat alisnya dengan tampang ngeledek. "Kenapa tuh? Tumben banget sampe senyum segala?"

"Enggak apa."

"Awas, senyum-senyum sendiri entar bisa ketempelan."

JO YURIZ: Bukan KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang