Stormbreaker

911 147 9
                                    

"JIWOO!"

Kala itu masih sama posisi di gerbang sekolah dengan Yena yang lagi gelud, Yuri langsung lari disaat matanya menangkap keberadaan Jiwoo. Sampe-sampe panggilan dari Chaewon seakan cuma nyamuk lewat.

Mau gak mau, Chaewon sebagai leader yang baik kudu ikut lari ngejar adeknya walaupun udah gak keliatan karena ditelan keramaian.

"Jiwoo, lu kenapa sih?" tanya Yuri dengan tangan yang menahan, disertai napas yang tersengal-sengal. "Jangan tiba-tiba gak ada kabar kayak doi, plis. Gua gak bisa diginiin."

"Yul, lepas."

"Nggak!" Yuri menggeleng tegas.

"Yuri!"

"Jiwoo!"

"Gua bukan Jiwoo, gua Chuu!"

Yuri ngebatin dengan segala sumpah serapah tertahannya.

"Terserah apalah itu, gua kenalnya lu itu Jiwoo," kata Yuri mulai tegas. Walaupun udah masang tampang tegas, Jiwoo masih dengan muka seakan males sama keadaan. "Gua gak kenal Chuu, kemana perginya Jiwoo yang gua kenal? Plis, Ji. Kalo ada apa-apa bilang."

Jiwoo mendengus samar, masih pake muka males. "Jangan pura-pura peduli cuma buat nyari muka, gua udah muak banget."

"Muak katanya lu?" tanya Yuri, nadanya kayak gak ngerti lagi sama apa yang baru aja keluar dari mulut Jiwoo. "Terus sekarang apa? Lu jadi maen bareng Christina, mau jadi lonte lampu merah? Sadar, Ji. Itu salah. Gua tau lu marah, tapi gak gini caranya."

"Lu gak tau apa-apa, mending diem! Jangan sok tau!"

Yuri menghela napas, lalu mengusap mukanya frustasi sampe gak sengaja keluar air mata. "Makanya bilang biar gua tau."

Beneran, hati Yuri hancur selama ini kayak menyaksikan dalam diam semua perubahan Jiwoo. Tanpa bisa apa-apa karena Jiwoonya sendiri pun terus menghindar.

Yuri gak akan nangis karena cowok, atau karena dihukum Seokjin, tapi Yuri akan nangis kalau salah satu temennya begini. Dia berasa bertanggung jawab atas semua perubahan Jiwoo yang semua orang tau menuju kearah negatif.

Gak bisa, Jiwoo terlalu berharga buat Yuri.

"Udah, Yul. Jangan mendrama, masih pagi," kata Jiwoo final, melepas pegangan tangan Yuri yang daritadi masih nahan. Dari belakang, mulai gengnya Christina berdatangan sambil bersiul dan tersenyum meremehkan.

"Siapa ini, Chuu?" tanya cewek dengan penampilannya yang pasti menurut pemikiran Chaewon, nggak banget.

"Biasa," jawab Jiwoo ikutan senyum kayak mereka, dengan Yuri yang ditengah-tengah.

Udah pasrah, udah ridho ikhlas lahir batin mau diapain sama mereka. Yang terpenting baginya sekarang adalah, narik Jiwoo untuk balik lagi.

Dulu Jiwoo ceria, manis, murah senyum. Ah, rasanya Yuri bener-bener udah lama gak ngeliat hal semacam itu lagi.

"Ayo, Ji. Kita nonton Tobot bareng Daehwi lagi di rumah gua. Atau kita bisa gangguin Chae yang sibuk pacaran sama komiknya. Kalo mau, ikut Yena ke Premium Gaming," kata Yuri panjang lebar, masih gak peduli sama keberadaan sekumpulan cewek bau rokok itu. Dia berusaha ngebujuk Jiwoo dengan tampang melasnya.

Gaby berdesis pelan, udah macem uler. "Ini orang kenapa sih, ngehalu?"

"Haluan mana nih, kanan atau kiri?" sahut Lemon garing yang langsung mendapat balesan berupa geplakan.

Christina maju selangkah, hadap-hadap sama Yuri yang tadinya lagi sibuk membujuk. Demi apapun Yuri pengen pingsan nyium bau parfumnya. "Anak mana dia?" tanya Christin, tangannya menjelajah genit rambut Yuri.

"Anak Bapak," jawab Jiwoo sekenanya. "Udahlah, Crish. Jangan nyeret dia, udah males ngeliat mukanya."

Apa tadi Jiwoo baru aja berusaha ngelindungin...?

Yuri dengan gak ada rasa takutnya, meniup pelan muka Cristina sampe poninya yang berwarna itu beterbangan manja di udara. "Tolong menjauh, anda baunya menyengat. Pusing saya deket-deket."

"Apa lu bilang?" Guratan urat di kepala cewek itu langsung pada keluar. Makin maju selangkah untuk semakin memojokkan Yuri.

"Anda bau," jawab Yuri gak tau polos atau gak ada takutnya. Sekarang badan Yuri udah sepenuhnya dipojokin segerombolan cewek bau itu, sementara Jiwoo keliatan bingung mau ngapain. "Mampus aja, saya bisa mati kalo kalian semua maju. Pake apa sih, kok bau banget?"

"Chuu, dia siapa sih? Belaga banget kayaknya." Gaby bertanya tanpa harus repot-repot menoleh ke Jiwoo, dengan tangannya yang mulai menepuk pipi Yuri, dari tempo yang pelan sampe kenceng.

Pipinya berasa perih, tapi gak ada apa-apanya kalau ini cara buat narik Jiwoo balik.

Baru pipi yang perih, Yuri masih punya bagian tubuhnya yang lain. JANGAN TAKUT MAJU TEROZ, kalau kata Yena.

Jiwoo mulai meringis. "Gaby, jangan buang-buang waktu. Kurang kerjaan tau gak ngurusin dia."

Yuri pipinya masih ditepuk sampe keliatan mulai merah. Baru segini, gak ada apa-apanya sama hukuman Seokjin.

Yha tapi lama-lama sakit juga gak berhenti ditabokin daritadi. Sekarang udah ganti jadi tamparan.

Christina ketawa biar ceritanya keliatan jahat. Malah jatohnya jijik tau gak. "Sakit ya?"

"Gaby..." Jiwoo masih uring-uringan.

"HEH LU APAIN ADEK GUA!" lalu datanglah Chaewon dengan rombongannya. Keliatan sama dia pipi Yuri merah, matanya langsung menajam kearah sekumpulan cewek itu. "GUA TANYA LU APAIN ADEK GUA!"

Antek-anteknya Crhistina mundur perlahan sampe menyisakan dia sendiri sama Gaby di paling depan, secara gak langsung menginsyaratkan kalau mereka berdua biangnya.

"Maennya sama osis," celetuk Gaby pelan.

Rombongan yang dibawa Chaewon kayak; Bomin, Joochan, Donghyun, sampe Bongjae dan Jibeom menghela napas pelan. "Emangnya kenapa kalo osis, takut?" tanya Jibeom.

"Yul, ya ampun. Kalau Bapak tau, bisa direhabilitas aku nanti," kata Chaewon, mulai memeriksa apa badan Yuri masih lengkap. "Kalau mau nyiksa diri bilang aja, aku bisa nyiksa kamu lebih baik daripada mereka."

Jadi Chaewon itu mau khawatir apa gimana sih.

"Chae, Yuri masih punya bagian tubuh yang laen." Yuri mendengus males ke arah Chaewon.

Seketika Yuri dibawa pergi dari situ sama Chaewon daripada nanti segerombolan cewek itu juga kena omel, nguras tenaga doang. "Bomin, tolong urus ya. Tunjukin siapa osisnya."

Bomin bales dengan ngasih dua jempol.

"Tapi Chae, Jiwoo..."

"Jangan sekarang. Aku kesel banget nih sampe rasanya pengen bales namparin mereka semua satu-satu," kata Chaewon langsung memotong abis perkataan orang. Dengan pelan dia bergumam, "Anjing, anjing, beraninya main tangan sama adek gua."

Serem. Yuri tau Chaewon kalau marah beneran serem pake begete. "Chae, masakan kantin hari ini apa ya?"

"Ya ampun, Yul. Ini masih pagi dan tadi Yuri baru aja sarapan roti double keju, udah laper lagi?" tanya Chaewon datar. Datarrrrr banget nada ngomongnya.

"Hehe, laper abis ditamparin orang."

JO YURIZ: Bukan KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang