'Cause You're my Iron Man

834 135 9
                                    

Ruang rapat masih sepi. Sepiiiii banget kayak kuburan baru, atau kayak room chat loe sama doi. Upss. Gak tau nih, Hwall selaku ketos alias pimpinan siswa malah datang terlambat.

Justru memanfaatkan situasi yang sepi, Chaewon datang duluan demi quality time sama diri sendiri yang jarang dia dapetin. Soalnya tau sendiri kan seorang Chaewon itu sibuk jasmani dan rohani.

"Wess, rajin banget, Bu. Udah dateng duluan."

Tapi harapan itu cuma tinggal harapan yang belum sempet terwujud karena kedatangan cowok sialun bernama Bomin. KENAPA HARUS BOMIN MULU SEEH.

Celetukan cowok itu tadi cuma sekedar didenger tanpa dibales. Fokus Chaewon cuma ke hape, ngechat Yuri untuk buruan dateng ke ruang rapat.

Merasa gak dapet jawaban, Bomin duduk berhadapan di meja bundar yang jadi penengah. "Ekhem, lu emangnya belom sekalipun ketemu sama Yunseong?"

"Ya."

"Emang gak penasaran?"

"Ga," jawab Chaewon apa adanya, dengan fokus masih ke benda persegi itu. Yuri di-spam chat ceklis satu. Ketiduran di toilet apa gimana sih, dia tuh rentan banget jadi anak. Chaewon sebagai kakak jadi harus selalu waspada.

"Gak pernah ada pikiran buat ketemu gituh?"

Chaewon melirik Bomin dari ujung matanya. Ternyata daritadi masih tahan walaupun dibales Chaewon dengan jutek. Jadi agak gak enak. "Kalau udah ditulisin bakal ketemu, nanti juga ketemu.

"Semua ada waktunya."

Merasa lucu, Bomin tergelak samar. "Anjay. Ternyata ada ya, orang macem lu."

"Ada lah. Ternyata juga ada kan orang macam lu?"

Bomin senyum walaupun hati meringis. "Lu tuh kenapa sih, kayaknya apatis banget, gak pedulian gituh?"

"Lu sendiri, kenapa pedulian banget sama urusan orang?" tanya Chaewon balik. Gak boong, Bomin langsung tertohok dibuatnya. "Gua sih bukan apatis atau gak peduli, tapi kalau semisal gak ada manfaatnya buat gua, kenapa harus? Beda konteks kalau misalnya ada yang minta gua peduli, gua bakal dengan senang hati peduli karena gua dapet manfaat berupa pahala."

"Tapi gak sebegitunya juga."

Gantian merasa lucu, sekarang Chaewon yang tergelak samar dengan muka kalemnya. "Intinya sih, boleh peduli asal gak kelewat batas. Kayak misalkan terlalu peduli bisa bikin orang gak nyaman atas hal private-nya yang terganggu.

"Kan hati orang mah siapa yang tau."

Padahal Bomin cuma pengen nyampein salam dari Yunseong. Gak papa deh, seengaknya dia dapet pelajaran dari apa yang dilakuin hari ini.

"Eh, Won. Tau gak?"

"Ga."

"Bacoot. Itu ada yang ngincer Yuri kan, anak ipa namanya Ferguso."

Chaewon berhenti sejenak dari kegiatannya. "Ferguso? Kenapa emang?"

Sebelum Bomin jawab, pintu udah dibuka duluan sama ketos dan rombongan lenongnya. Ternyata mereka sengaja janjian bareng biar nulis surat dispennya juga sekalian.

"Nah kan bener, ni anak dua pasti udah duluan," celetuk Jibeom.

"Yuri mana? Gak bareng kalian?" tanya Chaewon, gak mempedulikan celetukan yang keluar dari mulut Jibeom.

"Dia kan daritadi di belakang Soobin, emang gak keliatan?" Joochan ketawa karena dengan polosnya Chaewon nyeletuk Yuri terlalu pendek untuk berdiri di belakang Soobin. Jahat banget padahal adek sendiri.

"Udah untuk bacotnya, ayo kita mulai rapat. Karena seperti yang diketahui bersama, kita di bulan agustus ini kayak dikejar waktu," kata Hwall mulai membuka rapat, tapi akhirnya tetep aja dilempar ke Minju untuk menjelaskan secara lengkap.

Minju senyum kalem dulu sebelum melanjutkan, "Dikarenakan angkotsif orangnya gak terlalu banyak, dan juga sebagian dari kita banyak dibenci warga sekolah."

Bomin ketawa tertahan karena di bagian 'dibenci warga sekolah' bener kenyataannya. Ambil aja contoh Chaewon yang paling banyak menerima kebencian, apalagi belakangan ini makin membludak.

Hidup Bomin kayaknya didedikasikan untuk meledek Chaewon. Belum aja kepalanya ditepak.

"Saya, wakil ketos, dan Hwall sebagai ketos udah ngomong langsung sama kepala sekolah; masing-masing angkotsif diharuskan merekrut seengaknya satu orang untuk jadi relawan. Dicatat, ini wajib."

Yuri angkat tangan pengen nanya, "Kalo orang yang direkrut ini gak mau secara sukarela? Kita semua tau angkotsif hatersnya banyak tersebar di seluruh penjuru sekolah."

"Makanya, satu orang angkotsif dikasih satu selembaran yang udah dicap asli lambang sekolah oleh Pak kepsek langsung. Jadi, kalau si orang ini gak mau, bisa langsung berhadapan sama Pak Junyoung selaku ketua majelis luhur," jelas Minju sejelas-jelasnya biar pada ngerti.

"Kalau gitu yang kita rekrut otomatis gak bisa nolak."

Chaewon yang daritadi cuma memperhatikan, akhirnya manggut-manggut setuju. Pandangannya sama pandangan Yuri gak sengaja saling bertatapan, muka mereka seakan menuju satu pikiran. "Kita korbanin Yena!!"

Diem-diem Chaewon dan Yuri tersenyum nista di tengah-tengah rapat. Kalau begini ceritanya, Yena bakal nangis darah karena liburannya dicuri.













Bongjae duduk di hadapan Sohee. "Jadi sampe mana cerita kita tadi?"

"Sampe Chaewon yang punya kembaran tapi sebenernya bukan kembar?"

"Oh, ya." Bongjae atau nama lengkapnya Bong Jaehyun itu menganguk. "Mereka bukan kembar, tapi orang sering salah ngira mereka kembar soalnya emang mirip."

"Semirip apa?"

"Semirip..." ada jeda di pengucapannya. "Sebenernya kalo diperhatiin lagi, mereka cuma mirip sekilas. Apalagi Chaewon sama Yena beda jauh."

"Emangnya perbedaan mereka apa?"

"Tingkah laku," jawab Bongjae dengan senyuman tipis, ati-ati anak perawan nanti khilaf. "Kayak misalkan Yena si tertua yang paling nakal. Lu pasti seengaknya pernah sekali pas-pasan sama dia di kantor."

"Entah kenapa, malah lucu ya. Kayak seru gitu kalau misalkan jadi bagian dari keluarga mereka." Sohee senyum cerah.

Kayaknya Sohee udah merambat jadi pengagum rahasianya Chaewon. Dari kemarin sore suka banget ngumpulin informasi tentang Chaewon.

Balik lagi ke Bongjae yang lagi serius cerita. "Tapi jangan macem-macem, Chaewon itu galaknya minta ampun kalo ada yang berani ngusik. Dia tahun lalu dinobatkan sebagai orang yang paling ditakuti kedua setelah Pak Ahn Junyoung. Bayangin aja, pas itu Chaewon masih ada di tingkat dua sma, dan udah ditakuti semua muridnya."

Enggak, Sohee bukannya takut malah makin tertarik.

"Dan terakhir, Yuri yang sebenernya perpaduan hebat dari Yena dan Chaewon. Kenapa mereka dipanggil Jo Yuriz? Karena Yuri yang sering salah dipanggil orang sampe Chaewon ikutan kesel karena Yuri sering ngamuk. Dia mulutnya mirip Chaewon yang blak-blakan, tapi versi yang lebih ter-update. Pemikirannya kayak Yena yang simple, tapi lebih mendalam. Kalo nyari Yuri, cari aja di kantin." di akhir kata, Bongjae nunjuk sopan ke Yuri yang emang ada dalam jarak beberapa meja dari mereka.

"Bentar, kok lu bisa apal banget?"

Terlihat senyum bangga Bongjae yang cerahnya kebangetan. "Karena gua tim suksesnya Chaewon."

Lalu secara tiba-tiba mereka berdua ngeliat pake mata kepala langsung, Yuri ngamuk ngelempar mangkok berserta makanannya. "JANGAN DEKET-DEKET! KAN UDAH GUA BILANG BAU!!"

"Nih, pasti nanti Chaewon tiba-tiba muncul entah dari mana."

JO YURIZ: Bukan KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang