Watch Your Car bUrn

545 99 4
                                    

Felix yang lagi rebahan di sofa empuk depan tv dikejutkan sama kedatangan anak yang punya rumah, lalu Yena yang langsung nyuruh Felix menyingkir pake muka asem.

Disusul sama kedatangan kedua adiknya yang lain yang keadaan mukanya juga gak jauh beda. Hng, Felix mencium sesuatu.

"Gimana rekamannya sama Yujin?" tanya Felix berusaha bodo amatan sama muka asem mereka. "Kapan mau diupload ke YouTube?"

"Tanya aja sendiri sama Yujin sono, dia yang punya channel!" Yena jawab pake ngegas ditambah sama bibirnya yang maju.

Kayaknya Felix ada di waktu yang salah. Suasana di ruang tamu yang sekarang udah ada sofa empuk itu berasa banget gak enaknya. Cowok itu menghitung dalam hati sampe kapan mereka bakal begitu.

"Apa kita bakal pura-pura tadi itu gak pernah kejadian?" Yena bangun dari duduknya di sofa untuk ngeliat kedua adiknya. Kali ini mukanya serius, gak main-main. 

"Pura-pura gimana sih emang? Mau diomongin sekarang? Emangnya apa yang mau diomongin lagi? Semuanya udah jelas," ujar Chaewon setengah-setengah, berasa gak niat bales kata-kata Yena dan fokusnya justru ke hape.

"Ok lah soal Crishtina udah jelas, lupain soal dia." Yena mengangguk sekilas, mengiyakan Chaewon, kali ini dia garuk-garuk kepala nahan kesel. "Tapi udahannya Yuri ngomong gitu, kita bakal diem aja gituh? Enggak, bukan kita, Chae bakal diem aja gituh, gak ada kata-kata lagi?"

"Nah kan mengatasnamakan Yuri lagi," sahut Yuri, langsung ditatap sama Yena pake muka seriusnya.

Toh, walaupun Yena sifatnya kebanyakan ngawur, gimana pun juga dia masih kakak tertua dari kedua adiknya. Di saat begini Yena harus turun tangan. 

Lagian Chaewon kenapa tau uring-uringan mulu.

Yena berdecak, sebisa mungkin biar gak marah sama adiknya. "Sekali lagi nih, Yul. Yena gak mengatasnamakan Yuri. Ini kalian berdua belom saling ngomong dari kapan coba? Dari ujian nasional yang lalu!"

"Yakan aku juga udah bilang semua ada waktunya, gak bisa maksain gini." Chaewon akhirnya bales omongan Yena walaupun mata masih ke hape. Duh itu hape pengen Yena lempar rasanya.

"Gua gak maksain, adooh!" Yena makin garuk-garuk kepala, kayaknya udah di ubun-ubun itu emosi. "Gini ya, kalian saudaraan, mau diem-dieman sampe kapan? Ini kalo bapak tau kalian bisa ditinggal ke Palembang."

Akhirnya setelah sekian lama mikir, Yuri menyeletuk, "Owh, mau kita baikan cuma biar liburan ke Palembangnya gak dibatalin nih?"

Chaewon tergelak pelan sama pertanyaan, atau lebih tepatnya sarkasme Yuri itu. Gak ada yang lucu sebenernya, tapi miris aja.  "Kan emang gitu Yena mah, yang penting tujuannya kesampean."

"Dih?" Yena menghela napas gak percaya, tangannya di pinggang, keliatan jelas lagi siap-siap mau marah-marah. "Gua udah capek ya sama sikap kalian berdua. Chae yang sibuk sama hape, daritadi juga gak didenger bener-bener itu gua ngomong apa, apatis banget jadi orang. Sama Yuri juga, kenapa sih harus terus-terusan bertingkah kayak Yuri itu korban dari semua ini?"

Kali ini Chaewon langsung matiin hapenya, bangun dari duduknya untuk menghadap Yena, tangannya ikutan di pinggang. "Jadi gitu pikiran Yena ke kita selama ini? Emangnya Yena baik banget apa selama jadi kakak tertua? Yena bersikap kayak kakak aja enggak."

"Yuri kira kalian ngertiin masalah masing-masing orang, ternyata kalian sama aja kayak orang berpikiran sempit yang apa-apa kalo ada masalah langsung nyalahin orang," kata Yuri pelan, beda dari dua kakaknya yang tersulut emosi, Yuri masih duduk nyaman di sofa empuk itu sebelahan sama Felix. "Emang Yuri kesannya kayak yang maenin peran korban, tapi seenggaknya Yuri gak nyalahin orang gara-gara masalah sendiri."

JO YURIZ: Bukan KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang