The Day Bleed

419 87 18
                                    

Sesampainya di rumah, beneran deh itu Seokjin keliatan banget buat berusaha light up the mood, apalagi setelah melihat mata sembab Chaewon dan Yena yang jadi banyak diam.

Bodo amat sama tas yang belum diunpacking, itu gampang nanti diurus. Yang penting ini waktu yang makin menipis buat mereka bareng-bareng dipake buat bersenang-senang.

Maka dari itu, Seokjin memesan pizza, cola, dan segala junk food lain yang bikin Chaewon nahan-nahan ocehan betapa gak sehatnya makanan itu.

Yuri yang terlihat paling seneng. Tentu aja seneng kan ada makanan.

Seokjin duduk di tengah sesudah tadi menggeser sofa empuk kesukaan anak-anak gadisnya, digeser biar enak duduk di bawah bareng gituh lebih afdol kalau kata Seokjin. "Sini, sini, makan dulu. Gak apa-apa makan junk food sesekali, gak bakal langsung mati juga."

"Ya gak bakal langsung mati lah, mana ada," sahut Yena udah mulai ketawa lagi. Daritadi diem mungkin gara-gara mikirin omongan Yuri. Jadi, pikir Yena mendingan dibahas sekarang. "Yul, nanti lu berangkat kapan?"

Susah. Beneran susah banget sebenernya buat nanya itu doang daritadi. Lidah Yena kayak masih kelu, dan gak percaya.

Sambil menyuap potongan daging ayam, Yuri menangkap ekspresi sendu Yena. "Kapan pak, kira-kira?"

"Kamu milih universitas di sana aja belum, Yul." Chaewon akhirnya buka suara, walaupun suara serak mata sembab kepala pusing tadi di pesawat cuma tidur.

"Udah kok, Yuri udah ngomongin segala macemnya buat di sana sama Bapak."

Dua kepala kakaknya Yuri mengangguk pelan.

Alis Seokjin mengernyit, kayaknya lagi mikir. Tangannya menuang cola ke empat gelas kosong, mulutnya masih penuh makanan. "Temen bapak ada yang tinggal di sana, nanti sekalian nganterin Yuri ke sana. Yena sama Chae gak apa-apa kan ditinggal?"

Kali Ini Yena dan Chaewon mengangguk tegas seakan tanpa Seokjin bilang pun mereka gak keberatan sama sekali. "Gak papa lah, malah keterlaluan kalo bapak gak nganterin."

"Pendaftaran juga udah kayaknya di univ pilihan Yuri itu, kamu bareng sama Daehwi kan Yul?" tanya Seokjin memastikan lagi, dua kepala anaknya yang lain melengos seketika.

"Pantesan berani jauh-jauh, sekalian ditemenin pacar."

"Daehwi bukan pacar Yuri." Yuri kelabakan sendiri.

"Milih yang jauh biar bisa bebas pacaran ternyata," imbuh Chaewon ngikut Yena yang meledek.

Yuri manyun-manyun, mukanya merengek ke Seokjin. "Paak, gak gitu beneran, jangan percaya. Dih, bilang aja Yena sama Chae ngiri Yuri udah punya cowok, kalian kan kisah percintaanya gak berjalan mulus."

Chaewon reflek memegang dada, seakan sesuatu menusuk di sana. Lebih tepatnya kata-kata Yuri berhasil menusuk sampe ke tulang sumsum. "Akh, jahatnya..." Suara Chaewon pura-pura terluka, pura-pura terisak juga. "Mulutmu nanti kurang-kurangin begitu, Yul. Katanya kita harus bisa berkembang, yang kamu maksud berkembang pasti ke arah positif kan."

"I-iyaa, itu kan gara-gara kaliannya duluan. Yuri gak bakal begitu kalo bukan kalian duluan yang mulai." Bibir Yuri maju lagi, lama-lama makin mirip Yena dah.

"Ett, udah bisa bilang Yuri udah punya cowok nih? Ah ntar sebelom lu berangkat harus gua tatar dulu nih si Daehwi."

Ketiga anaknya saling melempar candaan dan yang paling penting mereka menikmati waktu, Seokjin senyum di tengah kunyahannya. Gak sia-sia dia mesen junk food malem-malem begini.

"Udaaah, jangan sampe Yuri nangis nanti gak ada yang ngabisin makanan." Seokjin ikut meledek, bikin Yuri cuma bisa misuh-misuh tanpa suara. "Kalo pun bener Yuri pacaran, inget aja kamu di sana buat belajar bukan pacaran. Kalo pacaran juga jangan kelewatan, tau batas. Jangan sampe kayakㅡ"

JO YURIZ: Bukan KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang