Home Coming

1.1K 152 4
                                    

"YUL!!" Chaewon lari histeris sampe gak sengaja nabrak tembok.

Rumahnya terlalu sempit sih.

Sampe dapur, terlihat Yuri bengong megangin dada sambil ngeliatin pecahan gelasnya. Kayaknya masih syok.

"Kok bisa pecah? Sayang banget gelasnya baru dibeli kemaren hadiah alfa."

Tapi langsung tersadar dari syoknya karena omonga kakaknya itu. Ternyata Chaewon lebih sayang sama gelas kaca dibanding Yuri yang adeknya sendiri.

Ok, jangan mendrama.

Walaupun jantung masih balapan, Yuri bantu beresin kaca yang berserakan. "Ada apa ya? Biasanya kalo ada yang tiba-tiba pecah ada sesuatu. Perasaan Yuri gak enak."

"Emang Yuri punya perasaan?" tanya Chaewon, ada sedikit rasa menghujat.

Sekarang over thinkingnya berpindah ke Yuri. Wellcome to the club!

Selesai beresin pecahan kaca, mereka berdua balik lagi ke ruang tamu, dan balik lagi ke posisi tadi. Yuri merem, Chaewon bolak-balik.

"Iya juga, Papa kok belom pulang."

Kegiatan bolak-baliknya terhenti. "Yakan? Gimana kalau Bapak dibegal?"

"Atau lebih buruknya, diculik terus dimutilasi?" Yuri memperkeruh air tuba.

"Coba deh, whatsapp Bapak." Chaewon mulai gigitin jari. Yuri lari ke kamar buat ngambil hape. "Kalau Bapak diculik, siapa lagi yang bisa benerin kran."

Yang tadi ke kamar balik dengan tampang serius. "Enggak aktif, ceklis satu. Ditelpon juga katanya cuma memanggil. Mampus hidup kita gak bakal sejahtera!"

Chaewon mulai panik yang bikin adeknya ikut panik. "Bangunin Yena, dia gak boleh tidur nyenyak saat kita gak tau batas kesejahteraan keluarga ini."

Yuri hormat grak, langsung lari ke kamar untuk bangunin kakaknya yang tertua.

Meski Yena gak mau bangun, Yuri berhasil nyeret dia sampe ke ruang tamu. Raganya doang, jiwanya masih ngambang.

"Yena, Bapak belum pulang sampe sekarang!" teriak Yuri.

Kupingnya diteriakin, Yena nutupin pake bantal. "Bapak yang mana, Bapak gua banyak."

Masih setengah sadar ternyata.

Mereka makin ribut teriak sana-sini sampe tiba-tiba kedengeran pager digeser.

Pager rumah mereka itu macet, jadi kalau digeser kayak apapun pasti berisik.

"Mampus itu siapa?"

"Papa kan pake motor, kok gak ada suara motor?"

Rasanya jantung kedua anak itu jadi turun ke lambung saking paniknya. Sedangkan anak yang satu lagi jiwanya masih ngambang.

Yuri menelan ludahnya ketir. "Mungkin gak sih, itu bukan Papa?"

Chaewon ikutan berbisik. Tampang dia keliatan tegas tapi sebenernya juga takut. "Mungkin? Sana coba liat di lubang."

"Dih, gak mau. Chaewon kan yang lebih tua."

"Yaudah, gak usah diliat. Itu ketauan bukan Bapak diliat dari pergerakannya."

Sebenernya kalau Yena bangun pasti orangnya itu langsung diteriakin biar jelas. Sayang aja jiwanya masih ngambang.

"Gini, nanti aku yang bekep pake anduk, terus kamu yang hajar pake sapu."

"Ship! Kita harus kasih pelajaran udah berani-beraninya dia masuk rumah ini." Yuri mengangguk mantap.

Yang direncanakan udah siap sedia. Chaewon ngumpet belakang pintu, dan Yuri sepakat untuk buka pintu.

JO YURIZ: Bukan KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang