Far From Home

1K 145 5
                                    

"YUL!!"

"Apa?" sahut Yuri, membalik badannya supaya bisa liat siapa yang manggil. Setelah beberapa saat, dia sadar sesuatu memasuki penciumannya kemudian segera mundur perlahan. "Ugh! Jaga jarak sama gua minimal dua meter."

"Emang kenapa sih?"

Pelan-pelan Yuri semakin mundur sampe dirasa udah cukup jauh. Dia nutupin hidungnya demi pertahanan. "Abis olahraga lu yak?"

"Emang kenapa sih?" temen cowoknya itu semakin gregetan.

"Lu bau banget gak boong, dari sini aja bisa kecium baunya. Lu kalo abis olahraga langsung mandi, orang kasian deket-deket sama lu kebauan," kata Yuri dengan segala bacotnya.

Cowok itu langsung mematung gara-gara perkataan Yuri. Emang sih Yuri ngasih tau, tapi caranya itu bikin sakit sampe ke tulang sumsum.

Akhirnya gak jadi ngomong karena dia udah sakit hati duluan. Yuri ditinggal begitu aja dengan segala kebingungan terlihat di tampangnya.

"Ih, celeng. Tadi manggil, sekarang maen pergi aja. Gak sopan."

Daehwi datang dari belakang. "Yul, mau kemana?"

"Gak tau," jawab Yuri mengangkat bahunya pelan. "Gua lagi nyari Jiwoo, dari kemaren belum liat orangnya."

"Gua tunggu di kantin ya."

Sebenernya tiga bersaudara itu cuma keliatannya doang kemana-mana selalu bersama. Masing-masing dari ketiganya pun punya temen sendiri, juga punya kumpulan sendiri.

Tapi bener sih kata orang-orang. Kalau kenal salah satunya, otomatis kenal tiga-tiganya langsung. Macem beli satu gratis dua.

Dan dari mereka bertiga, yang paling susah berteman adalah Yuri.

Bukan apa-apa, anak terakhir dari tiga bersaudara itu mulutnya bener-bener bocor. Kalau ngomong jujurnya kebangetan.

Makanya, sejauh ini yang tahan temenan sama Yuri itu cuma Daehwi dan Jiwoo. Dia gak mau nyianyiain temen kayak mereka berdua, karena dia tau susah nyari temen kayak mereka yang mengesampingkan sifat jeleknya.

Untung dua saudaranya yang lain udah terbiasa.

Padahal apa salahnya jujur. Daripada manis di depan pahit di belakang.

Setelah capek nyari temennya ke seluruh penjuru sekolah, Yuri nyerah lalu memutuskan untuk ngantin ajalah bngst.

Sampe di kantin, masih ada Daehwi.

"Hwi, kalau dibully jangan diem aja," celetuk Yuri sambil duduk lalu minum minuman punya Daehwi sampe raib.

Daehwi agak tertegun ke belakang. "Et, siapa yang dibully dah?"

"Kali aja lu dibully, lagian sendirian mulu."

"Gua gak butuh banyak temen kalo akhirnya cuma dateng pas butuhnya doang. Kalo gitu tauan gua sendiri terus."

Kepala Yuri yang lagi istirahat di meja mengangguk. "Iya dah, yang nolep mah."

Daehwi dengan ringannya menoyor kepala cewek itu pelan. "Lu kenapa nyariin Jiwoo dah?"

"Kemaren hari apa lupa, gua ketemu Jiwoo lagi sama Christina and the genk. Yha lu kan tau sebejat apa mereka, gua khawatir dong sama Jiwoo." Kepala Yuri bangun, menjelaskan dengan nada yang campur aduk disertai dengan medok khasnya.

"Emang lu liat mereka lagi apain Jiwoo?"

Yuri menghela napas samar. "Cuma liat mereka bareng aja sih. Si Jiwoo gua panggilin enggak nyaut, mau disamperin keburu ngilang. Perasaan gua gak enak aja ngeliatnya."

"Iya sih. Itu anak kan rentan banget," setuju Daehwi ngangguk-ngangguk.

Sampe tiba-tiba mata Daehwi gak sengaja nangkep keberadaan orang yang lagi diomongin, segera mungkin dia mengerahkan kepala Yuri.

"Beneran sama Tina?" Daehwi bertanya-tanya, di sebelahnya Yuri udah gak mau denger.

"JIWOO!!" panggil Yuri dengan segala high notenya, tapi yang dipanggil seakan gak denger.

PADAHAL JARAKNYA DEKET SATT!

Lalu kedengeran dari tempat mereka duduk, salah satu cewek dari genk itu manggil, "Chuu, nanti tolong ingetin gua ya."

"Ok!" Jiwoo langsung menyaut begitu nama itu dipanggil.

Seketika Yuri dan Daehwi liat-liatan pake tampang melongo.

"CHUU SIAPA PULA KAMPUANG!?!?!?!?!"





















"Yen, entar ikut ngenet gak?" tanya Jungmo, secara gak sadar udah memberhentikan langkah mereka bertiga.

"Yena kalau ngenet dimana?" tanya Chaewon noleh ke Yena. Yena auto gelagapan.

"Di Premium Gaming, yang deket rumah pacarnya Kirin," jawab Yuri dengan segala kebocorannya. Yena auto melotot jarak jauh.

"Yul, mulutmu itu diem bisa gak?" tanya Yena datar lalu setelahnya noleh lagi ke Jungmo yang masih setia menunggu jawaban. "Kayaknya gua skip dulu deh, Ko. Lagi kena penyakit kanker guaㅡADOOH!"

Di akhir kata itu Yena meringis karena enggak sengaja saling tabrakan bahu. Baru aja pengen minta maaf, tapi niatnya itu langsung lenyap saat ngeliat muka orangnya.

"Gak papa? Bukunya gak ada yang sobek kan?" tanya Chaewon sambil tangannya bantuin, karena dia juga tau gimana rasanya ditabrak orang.

Yena malah buang muka.

Jihoon yang saling tabrakan tadi mendengus judes. "Abis nabrak orang bukannya minta maaf, gak punya hati ya?"

"Oh, situ butuh permintaan maaf? ADUH iba banget dah gua liatnya."

Ibarat kata komik-komik Jepang, antara mata Yena dan Jihoon ada petir permusuhan yang kasat mata.

Barang bawaanya udah tersusun lagi, Jihoon berterimakasih ke Chaewon karena udah bantuin, lalu melengos begitu aja. Gak ketinggalan mata sinisnya yang dilempar ke Yena.

Yena mulutnya udah monyong-monyong, nahan nafsu rasa pengen grawok cowok yang udah menjauh itu. "Ih, liat cara jalannya aja lenjeh banget, BENERAN COWOK TUH?"

Sekarang bukan rahasia lagi kalau Yena dan Jihoon musuhan. Yuri mah berdoa aja siapa tau nanti malah jatuh cinta, sukurin.

Chaewon dan Yuri berusaha menenangkan Yena yang berapi-api itu untuk segera didinginkan di rumah nanti. Mereka bertiga jalan pergi dari sekolahnya.

Meninggalkan Jungmo yang masih melongo gak sadar situasi.

"Hah? Terus gimana jawabannya?"

JO YURIZ: Bukan KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang