Kupetik Bintang

1.4K 201 15
                                    

Pameran seni-nya diadakan di Sumarecon Mall yang diikuti sama banyak buanget orang.

Dua kakaknya yang lain sibuk kesana kemari cari hiburan, Yuri yang emang buta arah pun nyasar. Jadi gak tau sekarang dia mau ngapain di mall yang besar itu. Gak ada acara yang dia ngerti soalnya emang gak ada ketertarikan.

Ah, biarin lah. Nanti juga pas nyadar ada yang ilang baru gelagapan.

Bukan sekali dua kali Yuri tiba-tiba ilang, tapi dua kakaknya yang lain itu masih aja panik kalau kejadian begini terulang.

Daripada capek berdiri dengan banyaknya manusia, Yuri memutuskan untuk duduk di kursi random. Bodo amat kayak anak ilang juga, yang penting istirahat.

"cHAEWON!"

"WOH ANJㅡ"

Hampir aja Yuri memaki depan banyak orang karena kursinya tiba-tiba ditarik orang dari belakang.

Ngerti gak itu nyawa kayak ngambang di udara untuk sesaat pas kursi ditarik.

"Eh, Yuri. Kirain Chaewon, mirip sih dari belakang."

Yuri mengambil napas dalam, lalu hembuskan. "Luㅡ Astaga, gak bisa ya ngagetinnya bilang-bilang dulu?"

"Haha, mana ada, entar namanya bukan ngagetin lagi." orang laknat yang tarik kursi tadi ketawa nista. "Si Alvin sama Simon mana? Kok Theodore ditinggal sendiri."

"Plis deh, Wonyoung," ujar Yuri datar.

Iya, orang tadi Wonyoung. Di belakangnya ada Dohyon ribet bawa paper bag yang pastinya punya Wonyoung semua.

"Gua beneran nanya. Biasanya kan kalian bertiga selalu bersama kayak The Chipmunk."

"Basing aja lu," respon Yuri masih datar, masih kesel dikagetin. "Gua nyasar, Nyoung. Paling entar mereka berdua panik pas nyadar."

Dohyon duduk di kursi samping Yuri dengan menghela napas lelahnya. Kayaknya capek banget diperbudak Wonyoung jadi kurir angkut. "Mbak, istirahat dulu ya, gua capek."

Ngeliat cowok itu capek, Yuri nyodorin Cola punya Chaewon. Biarin diminum juga, bukan punya dia inih.

"Makasih," Dohyon berterimakasih. Matanya sinis banget ke Wonyoung. "Mbak masa sebagai saudara gua sendiri daritadi gak nawarin minum. Cih, saudara macam apa itu."

Adeknya komplain, Wonyoung acak-acak rambut Dohyon biar berantakan sekalian. "Bacoot banget si gembul ini."

"Itu juga bukan minuman gua kok, makanya gua kasih."

Kembaran cewek-cowok itu langsung menoleh ke Yuri, ekspresinya berubah datar seketika.

"Kirain beneran baik, dih." Dohyon mendengus.

"Noh, ada yang nyariin, Yul," kata Wonyoung menunjuk orang pake baju merah yang lari mendekat. "Si Alvin panik Theodore ilang."

"Yul, ya ampun. Ilang-ilangan mulu sih. Mau jadi apa lu idup tanpa gua." Yena datang dengan napas tersengal-sengal.

Bingo, kakaknya panik Yuri ilang.

Kembar cewek-cowok di sampingnya ketawa. "Laen kali diiket, Yen. Biar gak ilang lagi," celetuk Dohyon.

"Percuma, entar talinya digigitin sama Yuri," kata Yena asal.

Yuri mendengus lalu menoyor pelan kepala Yena. "Sembarangan, emangnya Yuri anjing?"

"Emangnya gua sampah, sembarangan?"

Wonyoung masih ketawa. "Buang sampah pada tempatnya, jangan sembarangan."

"Lucu, dih," ujar Yuri judes banget kayaknya masih kesel dikagetin tadi. Lagian, dia sama Chaewon emang saudaraan tapi gak sebegitu miripnya sampe orang sering salah.

"Yaudzz, kita duluan ya, Wonyoung, Dohyon. Takutnya entar malah Chaewon yang ilang." Yena mengunci kepala Yuri di keteknya sambil dadah-dadah lalu ilang ditelan keramaian.

Wonyoung dan Dohyon masih ngeliatin kepergian Yena. Lalu si cewek berkata, "Lucu kali ya, kalo kita begitu."

"Begitu gimana?"

"Panggilannya," jawab Wonyoung senyum sumringah. "Dohyon, ayo bantu Nyoung belanja lagi."

Wonyoung ngomongnya dengan nada dibuat imut. Dohyon meringis geli, ya walaupun mbaknya itu beneran imut.

"Ish, jijik kalo lu yang begitu."











































Chaewon pulang dengan hati senang meski dompet menciut. Di pameran tadi bener-bener gak bisa tahan nafsu untuk beli perlengkapan.

Gak papa, sekali-kali nyenengin diri sendiri gak ada salahnya.

Yena dan Yuri juga seneng dibeliin es grim walau cuma paddle pop, yang penting gratis bagi mereka mah.

"Lu dapet duit dari mana beli begituan?" tanya Yena. Kayaknya curigaan mulu kalau saudaranya baik.

"Aku kan ada duit beasiswa. Tenang aja, halal kok. Bukan dari om-om."

"Dari om-om juga emang kenapa? Sama aja padahal," imbuh Yuri. Es grimnya udah abis duluan, makanya sekarang lagi nyemilin rengginang.

"Lagipula, emang lu punya om-om? Perasaan gua juga gak ada pikiran duit dari om-om. Hm, mencurigakan." Yena menatap Chaewon yang gak peduli sama mukanya, fokusnya cuma sama hape.

"Cuma sekedar pencegahan sebelum kalian curiga duluan."

Es grimnya udah abis, Yena ke dapur buat cuci mulut terus minum. Saat balik lagi ke ruang tamu, Yuri bilang, "Yah, Yena gak bisa bolos lagi dah."

"Kenapa emang?"

"Warung babeh besok ditutup."

"KATA SAPA?"

JO YURIZ: Bukan KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang