drink drank drunk

694 122 1
                                    

"OH kamu anak yang punya toko donat itu?" tanya Seokjin hampir keselek ludah sendiri. Daritadi emang lagi curi-curi ngobrol sama Yunseong disela yang lain sibuk ngebacot.

Sedangkan Yunseong cuma senyum-senyum dengan pertanyaan Seokjin yang udah kayak wartawan. Pantesan selama ini sering ngirimin donat lewat grab, ternyata anak yang punya toko langsung yang ngirimin.

"Kenapa sih, pak. Kaget tau gak tiba-tiba begitu," sungut Chaewon.

Seokjin menyelesaikan kunyahan dimulutnya, berhasil ditelan lalu lanjut ngomong, "Ini lho, inget kan bapak sering bawain donat? Ternyata Yunseong ini anak yang punya toko. Haduh hebat banget kamu koneksinya, nak. Dapet cowok yang model begini."

"Bapak apaansih," sungut Chaewon lagi sambil diem-diem tangannya nyubit pelan pinggang Seokjin. Sumpah dia di depan Yuunseong cuma bisa senyum kalau masih ada bapak disampingnya.

"Yunseong juga udah tau kok itu Om Seokjin."

"WAH pantesan bapak sering dapet bonusan," timpal Yena makin bikin berisik. "Yunseong pinter maennya cuy."

"Pinteran mana sama Jihoon yang langsung disidang," sahut Daehwi, Yena mingkem. Untung Jihoon lagi bikin minuman di dapur jadinya gak denger.

"Tapi, Chae," kata Yena sedikit berbisik mengingat dia sampingan sama Chaewon. "Kalo dipikir-pikir kok Yunseong kayaknya tau semua tentang lu? Perasaan kagak pernah tuh dia deketin lu sebelumnya 'kan?"

"Hah, maksudnya?"

Yena mesem-mesem dengan muka kurang sedap dipandang. "Duh, Chae ternyata gak jauh beda sama gua. Maksud Yena, kenapa dia bisa tau semua yang belom pernah lu kasih tau? Pas dia nelpon gua yang ngangkat di episode 12, dia bisa langsung tau itu bukan Chae. Padahal cuma dari suara."

"Padahal waktu itu aku sama dia baru chattingan?" tambah Chaewon, Yena menjentikkan jarinya merasa Chaewon udah dapet point yang dimaksud.

"Serem kagak tuh?"

Sempet berpikir sejenak, Chaewon lalu meringis sambil geleng-geleng kepala. "Ish, jangan nakutin. Jaman sekarang udah gak jaman stalker begituan."

"Bukannya nakutin, Chae. Gua cuma ngingetin aja sebagai kakak tertua. Lha kan hati orang mah siapa yang tau?"

Nah kan, nah kan. Halahh halahh salah deh kalau diskusi sama Yena. Selain karena kadang melenceng dari apa yang diomongin, kakak tertua dari tiga bersaudara itu risetnya belum lengkap untuk mengemukakan pendapat tentang dunia per-cowok-an. Jadi Chaewon ada diantara percaya gak percaya sama kakaknya.

Mau gak percayaㅡmengabaikan sarannya, ntar kalau kebeneran serem juga. Tapi kalau percaya Yena ntar musyrik.

Pikiran sedalam samudra Chaewon teralihkan sebentar karena Yuri yang abis dari dapur bawa rengginang, duduk di sampingnya. Ekhem gimana kalau tanya yang lebih muda aja?

"Yul, menurut kamu Yunseong keliatan kayak stalker ngak?"

Yuri yang ditanya mengangkat alisnya selagi masih mengunyah. "Mukanya mendukung sih, tapi siapa yang tau? Trus apa peduli Yuri?"

"Yul..." Nada yang keluar dari mulut Chaewon kayak yang gak percaya sama apa yang baru aja didengar. "Kamu kenapa sih?"

Apa sih, gua kenapa. Ayo bertingkah kayak biasa, gak terlihat dan jangan baper. Bertingkah biasa, bertingkah biasa. Si saudara paling muda itu berdehem pelan, hampir keselek rengginang. "Emangnya Yuri kenapa? Udah biasa kan Yuri begini. Lagian Chaewon tau sendiri, ini bukan termasuk urusan Yuri."

Fak, kenapa sih. Lebay amat jadi gua.

Mata Chaewon ngikutin setiap gerakan adeknya yang mulai bangun lalu jalan masuk ke kamar. "Yul!"

Tapi panggilannya itu kayak gak didengar. Yuri masuk ke kamar, setelahnya kedengeran suara pintu dikunci.

"Oh ya, kabar gembira untuk kita semua." kedengeran sama Chaewon, Seokjin mulai ngomong dengan nadanya yang nyebelin. "Tabungan bapak udah cukup buat pindah rumah."

Bersamaan, setelah Seokjin selesai ngomong, Yena dan Chaewon mengucap hamdalah dengan Yena yang hampir pengen sujud sukur.

"Berkat doa Yuriㅡlho mana Yuri?" tanya Seokjin, senyum yang tadinya cerah digantikan dengan muka bingung nyariin satu ekor lagi anaknya.

"Di dalem, katanya sakit perut," jawab Daehwi yang keliatannya abis dari kamar. Tentu saja sedikit dusta kadang perlu disaat begini.

Seokjin ngangguk, senyum lagi. "Bapak rencananya mau nyari rumahnya besok, ditemenin sama Tente Jisoo."

"Tante Jisoo siapa????" tanya Chaewon dan Yena bersamaan.

"Temen kerja lah."

"Hah!" sungut Chaewon kali ini bener-bener serius. "Enggak, enggak, enggak. Kita ikut, bapak gak bisa main pergi bareng cewek begitu aja lah. Kita ikut, bodo amat."

"Bapak aja baru berencana udah begini responnya, gimana kalian mau punya Mamah baru?"

Yena bersilang tangan depan dada sama mukanya yang dibuat-buat. "Kalo Mamah barunya kayak Tante Sowon, baru kita ikhlas lahir batin."

"Allahuakbar, astagfirullah, Tuhan-ku." Seokjin nyebut sambil usap-usap dada mencoba sabar. "Tante Sowon sepupu bapak sendiri lho. Yang bener dikit lah kalian."

"Kita gak ngomong orangnyaㅡTante Sowon, kita bermaksud yang sifatnya kayak Tante Sowon. Apa jangan-jangan bapak yang pengen, tapi sayang dia udah dipinang?" Diakhir kata, nada Chaewon menyelidik ke Seokjin.

"Gak mungkin lah, sama saudara sendiri. Astagfirullah."

Jadi begini, udah lama sebenernya Seokjin pengen punya pendamping baru mengingat anak-anak gadisnya juga harus ada yang memerhatikan. Yang jadi hambatan adalah anak gadisnya itu sendiri.

Pernah Seokjin bawa pulang cewek, temen kerja cuma mampir sebentar sebelum Seokjin anter pulang lagi soalnya gak baik cewek pulang sendiri malem-malem. Sedangkan Yena dengan ringannya nyeletuk, "Dapet dari mana, Pak? Hari ini mau tidur di luar? Yaudah tapi uang jajan tambahin."

Kan bikin pikiran orang kemana-mana. Emang dasarnya udah gak bener.

Astaga setelah itu temen cewek Seokjin gak mau lagi yang namanya mampir walau cuma nampang muka.

Mereka itu maunya punya mamah baru yang modelannya kayak Tante Sowon, sepupu Seokjin. Yang penyayang, tegas tapi baik, suka anak-anak, gak nahan-nahan kalau soal duit, dan juga cantik.

Seokjin pernah ngenalin cewek (tidak usah disebutkan namanya) yang katanya mau diseriusin, tapi setelah anak-anak gadisnya itu telusuri lebih lanjut, ternyata cuma pengen naikin nama karena bapak mereka terkenal tampan di kantor. Ada lagi kandidat lain yang sebenernya udah mendekati, tapi cuma karena pengen duit Seokjin.

Ah, andai kata Tante Sowon bukan sepupu Seokjin, udah mereka jodohin dari saban hari. Karena, man, wanita jaman sekarang mana ada yang hatinya kuat dan halus di saat bersamaan kayak Sowon. Pokoknya udah mentok deh. Yena, Chaewon, dan Yuri maunya mamah baru yang persis kayak Tante Sowon.

"Ngomongin Tante Sowon, nanti kita mau ke rumah engkong. Kalian udah selesai ujian 'kan?"

Otomatis Yena dan Chaewon nengok bersamaan dengan muka sumringah. "YES liburan dong."

Seokjin masukin satu donat lagi ke mulutnya. "Tapi kalau nilai kalian turun yha gak jadi."

"YAHK."

"Oh, terus juga," kata Seokjin, minum air satu gelas gede langsung. "Pulangnya Felix bakal ikut kita ke sini, dia mau siap-siap kuliah. Chae diusahain baik-baik sama dia, kasian kan Mamahnya baru meninggal kemarin."

Udah deh, males Chaewon kalau udah ada sepupunya itu. "Ah, gak tau, Pak."

"Chae, kalo lu ribut sama dia, gua mah bakal pura-pura kagak kenal."

JO YURIZ: Bukan KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang