16 | Senyum Penuh Luka

112K 7.5K 356
                                    

RAZITA:

Razita dan Bunda Sarah tersenyum simpul menatap sosok laki-laki yang baru saja keluar dari mobil dan mendorong koper. Wajah lelah tertampang di sana, mungkin efek perjalanan yang lumayan lama.

Dia melihat Yasfi menghampiri mereka, lantas mengucap salam dan menyalami Bundanya.

Razita tersenyum kecil, jika saja mereka seperti pasangan yang lain, ingin rasanya Razita memeluk Yasfi dengan segera, mengusap pelan wajah yang terlihat lelah itu. Tapi, sayangnya, dia hanya bisa tersenyum tipis dan melirik Yasfi yang sekarang sedang memeluk Bundanya.

"Udah, Fi, malu tuh sama istrimu," goda Bunda Sarah dengan memukul pelan lengan Yasfi karena malah bergelayut manja pada Bundanya.

Razita tertawa pelan, baru kali ini dia lihat Yasfi yang bersikap manja pada Bundanya.

"Peluk tuh istrimu, jangan Bunda," tambah Bunda lagi dengan mendorong pelan tubuh Yasfi.

Razita bisa melihat Yasfi segera menegakan punggung dan mengubah mimik muka saat menatapnya. Seolah permintaan Bundanya tadi adalah hal yang dia hindari.

Yasfi malah menarik lengan Bunda Sarah," Yuk, ah, masuk, Fi laper," timpalnya.

Razita menghela napas pelan, masih berusaha menahan sudut bibirnya untuk tersenyum, dia memilih tidak mengambil hati atas apapun tindakan Yasfi tadi, dan mengikuti langkah Bunda Sarah dan Yasfi dari belakang.

--------

"Katanya laper, kenapa kamu malah tiduran?" ujar Razita saat sampai di kamar Yasfi.

Bunda Sarah memilih menyiapkan makanan dan meminta Razita menemani Yasfi di kamar atas.

Dia melihat Yasfi menutup mata dengan sebelah lengan, namun matanya terlihat sedikit dari celah.

Tatapan keduanya bertemu. Namun, Razita segera memalingkan wajah.

Rasanya dia masih tidak bisa menatap mata Yasfi.

"Capek, mau tidur," jawab Yasfi singkat, lantas memejamkan mata kembali.

Razita mendekat, duduk di pinggir ranjang dengan memunggungi Yasfi, "mandi dulu, Fi, salat terus makan, baru istirahat."

Tak ada jawaban dari Yasfi.

Razita yakin mungkin Yasfi sudah terlelap. Dia meremas jemarinya, rasanya ada banyak pertanyaan yang muncul di pikiran Razita dan seolah ingin ia lontarkan, tapi, bibirnya kelu untuk berujar dan memilih menahan.

Tentang foto itu, tentang sosok Yasmin.

Razita masih diam di tempat, matanya masih mencuri-curi pandang ke arah belakang, duduknya resah karena memang semua dugannya ingin sekali ia ucapkan.

Tak lama ranjangnya bergerak menandakan Yasfi bangun dari tidurnya.

Razita menahan napas saat Yasfi duduk di sampingnya dan menatapnya.

"Lo kenapa?" tanya Yasfi.

Razita melirik sekilas lalu kembali menunduk, "e-enggak. Kamu cepet mandi, aku mau bantu Bunda dulu," ujarnya dengan pergi begitu saja.

Dia tidak mampu menjadi pembohong, Razita memilih mengindari tatapan Yasfi dan meninggalkannya. Walau mungkin gerak-geriknya pasti terlihat.

Jika di dekat Yasfi, dia teringat dengan sosok perempuan yang Razita yakini sangat Yasfi sayangi.

Istri mana yang bisa menerima suaminya ternyata masih mencintai perempuan lain, bahkan dia rasa belum menjadi istri sepenuhnya untuk Yasfi karena Razita tidak pernah tahu apapun tentang Yasfi selama ini.

Senandung Rasa [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang