19 | Permintaan Maaf

112K 7.4K 340
                                    

RAZITA :

Mata Razita lekat menatap mobil yang terparkir di sebrang cafe. Mobil yang sama saat dia naiki tadi bersama Yasfi. Atau, mungkin bukan.

Ia mengenyahkan pikiran bahwa Yasfi menunggunya diam-diam di cafe sebrang. Karena hal itu tidaklah mungkin.

Razita memilih menuntaskan rasa penasarannya dengan mengirim Yasfi pesan, menanyakan keberadaan suaminya itu. Memastikan bahwa pemikirannya tadi adalah salah.

Kamu di mana?

5  menit, pesan tersebut baru mendapatkan jawaban.

Di rumah.

Bagai ditarik pada ketinggian lalu dihempaskan begitu saja, itulah perasaan Razita sekarang. Seharusnya dia memang tidak berharap lebih.

Mana mungkin Yasfi rela menungu Razita. Apa yang dia harapkan dari seorang Yasfi? Tidak ada.

Dia memilih menutup ponsel dan fokus pada perjalanan. Ashfira lebih mendominasi percakapan di dalam mobil. Razita lebih banyak menjawab dan diam, dia rasa kehilangan moodnya saat mengingat kejadian tadi.

"Makasih, Fir, Faqih," ujarnya saat telah sampai di halaman depan rumah. Untunglah keadaan sudah terlalu malam untuk mereka mampir, pun mereka tau adab bertamu yang baik menjadikan keduanya memilih pulang.

"Hati-hati," tambah Razita saat melihat mobil Faqih yang maju membelah jalan.

Razita menghela napas dalam sebelum masuk, dia harus menahan beban di hatinya kembali saat melihat Yasfi nanti. Kejadian di rumah Bunda Sarah tadi saja, membuatnya sedikit kesusahan untuk mempertahankan posisi, apa lagi di rumahnya sendiri.

_______

YASFI :

Untuk pertama kalinya, Yasfi bertindak nekat. Sebegitu besarkah tarikan Razita dalam hidupnya sampai ia rela memata-matai Razita dan menunggunya sampai perempuan itu selesai acara di cafe sebrang.

Di sinilah dia, duduk menunggu Razita di cafe sebrang hanya demi memastikan bahwa Razita baik-baik saja dan pulang dengan selamat.

Yasfi berdecak pelan pada dirinya sendiri karena tidak percaya apa yang baru saja dia lakukan.

Semua berjalan aman, dia melihat Razita dengan kebetulan atau tidak, duduk menghadap jendela luar cafe hingga membuatnya dengan mudah memandang Razita dari luar cafe sebrang.

Yasfi sampai memakai topi untuk menyamarkan diri. Lalu saat dia melihat Razita sudah menyelesaikan rapatnya, dia berniat untuk menjemputnya, tapi, langkahnya terhenti saat melihat Razita pulang bersama dua temannya, ah tidak! Dalam mata Yasfi, Razita diantar teman lelakinya dengan tatapan mata yang sama saat mereka tiba di cafe tadi.

Sepertinya setelah ini, dia harus memastikan siapa laki-laki itu sebenarnya.

Keterkejutannya bertambah saat Razita mengirimnya pesan. Bibirnya mengulum senyum saat Razita menanyakan keberadaannya, dari semua kejadian tadi, ternyata Razita masih peduli dengannya.

Tapi, tunggu untuk apa Razita menanyakan, apa jangan-jangan dia lihat Yasfi berada di cafe sebrang?

To : Razita

Di rumah.

Setelah mengirim jawaban pesan demikian, Yasfi segera membayar bill dan meninggalkan cafe. Menaiki dengan cepat mobilnya untuk sampai ke rumah sebelum Razita. Untunglah Yasfi tahu jalan tercepat sampai rumahnya.

Dua puluh menit dari waktu yang sebenarnya ditempuh setengah jam. Yasfi berbangga diri karena bisa datang lebih cepat, diuntunglah jalan malam yang sepi membuatnya bisa dengan mudah mengendarai mobilnya.

Senandung Rasa [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang