Bismillah, selamat membaca.
--------YASFI :
Baru sebentar rasanya Yasfi terlelap, kakiknya bahkan belum hilang dari rasa kram akibat terlalu lama menyetir, punggungnya belum juga hilang dari rasa pegal. Tapi, tiba-tiba saja seseorang mengguncang pundaknya pelan, lalu, semakin lama semakin kencang.
Dia menggeram pelan, berusaha tetap menutup mata dan mengabaikan sosok pengganggunya. Tetap saja, berusaha mengembalikan nyenyaknya, kesadarannya sudah muncul, berat hati Yasfi membuka mata dan semakin kesal kala menemukan Kahfi yang ia pandang pertama kali bukan Razitanya.
"Fiii, bangun," ujar Kahfi, wajahnya terlihat panik.
Demi apapun, Yasfi baru bisa terlelap satu jam yang lalu. Karena dia diizinkan oleh Razita tidur bersama Kahfi yang di mana posisi tidurnya membuat Yasfi ingin menguyurnya dengan air.
Kahfi tidak ingin membagi kasur, selimut tergulung hangat padanya, bahkan beberapa kali menendang Yasfi.
Dia mengalah, memilih tidur di sofa kecil yang ada di kamar. Lalu, ini, keributan apa lagi yang Kahfi buat?
"Fi, gue denger suara-suara gitu," bisik Kahfi.
Yasfi memejamkan mata, menarik napas dalam, "suara apaan, sih, Kaf?"
"Engga tau, kamar ini berhantu kayaknya," tambah Kahfi dengan bergidik ngeri.
Jika bukan memandang Kahfi sebagai sahabat, rasanya Yasfi ingin menyuruhnya pulang.
"Mana ada! Selama gue tinggal di sini, aman, kok."
"Tapi, tuh-tuh," Kahfi menjulurkan jari telunjuknya ke depan bibir, menyuruh Yasfi diam dan menajamkan telinga untuk mendengar apa yang ia dengar.
Yasfi berdecak, memilih mengikuti Kahfi dengan diam dan mendengarkan apa yang barusan Kahfi dengar.
Mereka kedua saling tatap, seolah menunggu suara yang dimaksud Kahfi tadi. Tapi, tak ada suara apapun.
Dia melihat Kahfi mengusap tengkuknya, "serius deh, tadi gue denger. Gue abis dari kamar mandi di belakang deket dapur, terus denger sesuatu."
Yasfi mengusap wajah kasar, melihat jam sudah hampir subuh, dia bangun dari duduknya dan berjalan hendak ke luar kamar.
"Mau ke mana lo, Fi?"
"Keluar, memastikan suara hantu tadi," ujarnya tanpa membalik diri.
Yasfi tidak habis pikir, Kahfi bisa beranggapan demikian. Sahabatnya ini memandang selalu merepotkan kapanpun dan di manapun.
Sampai di dapur, Yasfi mengintip di balik dinding dengan Kahfi mengikuti di sampingnya.
Tapi, bukan suara hantu yang dia dengar, bukan sosok misterius yang dia lihat. Melainkan Razita yang sedang memasak, bersama Syafa yang duduk di kursi bayi di dekat meja makan, lalu suara itu ternyata suara Razita yang sedang menyenandungkan shalawat.
"Sholatullah, shallamullah.. a'la thoha, rosulilllah," ujar Razita di sana.
Matanya sesekali membagi antara masakan dan Syafa yang dengan girang mendengarnya, tangannya memukul-mukul meja kursi bayi, dan suaranya yang seperti mengikuti senandung Razita.
Hati Yasfi menghangat, bibirnya berkedut menahan senyum. Razita di sana terlihat sekali aura keibuannya, lembutnya sikap Razita bahkan ia bisa rasakan, bagaimana sikapnya pada Syafa, pantas anak itu nyaman di dekat Razita.
"Masyaallah, ini sih bukan hantu tapi bidadari, Fi," ujar Kahfi dengan mata yang lurus memandang Razita.
Yasfi memudarkan senyum, menatap Kahfi spontan di sampingnya yang terpana juga melihat Razitanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Rasa [SELESAI]
Spiritual⚠️BEBERAPA PART DIHAPUS⚠️ "Cintailah orang yang kau cintai sekadarnya saja; siapa tahu-pada suatu hari kelak ia akan berbalik menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah orang yang kau benci sekadarnya saja; siapa tahu pada suatu hari kelak ia ak...