Bismillah, selamat membaca.Tekan bintang dan beri komentar, ya❤️
_______Pernak-pernik serta hiasan yang menempel di dinding sudah tersusun rapi, kue kering serta sajikan makanan sudah siap di tengah rumah, para tamu Undangan sudah berdatangan dengan duduk lesehan dengan memandang sang Empunya acara. Syafa sudah duduk di antara kedua orang tuanya, ia tampil cantik dengan balutan ala princess Jasmine, bedanya gadis kecil itu memakai khimar anak-anak, bukan rambut panjang yang tergerai.
Sebenarnya, acara ini lebih tepatnya adalah acara syukuran sederhana, tamu undanganpun hanya keluarga serta kerabat dekat.
Razita tersenyum tipis, memerhatikan Syafa yang bahagia ditemani kedua orang tuanya, serta keluarga Kahfi yang ikut menyambut haru acara ini.
Anak berumur empat tahun itu tidak bisa berhenti menjadi sorotan semua tamu. Dengan tangan kecilnya, ia sedang menyodorkan berbagai kado yang ada, membujuk Bundanya untuk membuka salah satunya padahal acara baru saja dimulai. Seperti anak kecil lainnya, Syafa tidak bisa berhenti aktif padahal berkali-kali orang tuanya menyuruhnya diam.
Semua duduk di karpet yang telah disediakan, makanan serta minuman tersaji di tengah, acara tasyakuran ini turut mengundang Ustaz setempat sebagai pengisi acara sekaligus ditutup dengan melantunkan doa.
Tidak ada kue serta lilin yang menyala, hanya sebuah tumpeng dengan berbagai lauk tersaji sebagai tanda merayakan bertambah umurnya Syafa.
Syafa terlalu lucu untuk diabaikan. Razita mengambil ponselnya, memotret keaktifan saat gadis kecil itu dan orang tuanya memotong bagian atas tumpeng, meletakannya di piring kecil. Lantas dengan susah payah menyuapi satu-satu Ibu dan Ayahnya.
Moment yang manis, pikir Razita.
Ia membayangkan, jika nanti ia dikaruniai seorang anak, mungkin ia dan Yasfi yang akan berada di posisi orang tua Syafa, mengendong anak mereka, menyuapi, merayakan setiap moment manis yang terjadi.
Gadis itu mengigit bibir bawahnya, menundukan pandangan seketika, pikirannya akhir-akhir ini menjadi sensitif jika menyangkut soal anak.
"Zit," raut wajah suaminya terlihat cemas menatapnya, Yasfi mengambil sebelah tangannya untuk ia usap pelan, "kamu kenapa?"
Razita menarik sudut bibirnya, lantas menggeleng pelan. "Engga, itu..., Syafa lucu, gemesin," kilah Razita.
Gadis itu kini sudah memerhatikan Syafa kembali yang kini sedang difoto oleh keluarganya.
"Kayak kamu, kan?"
Spontan saja Razita itu memukul tangan Yasfi yang masih setia di atas punggung tangannya, senyum simpulnya kini terbit sudah, suaminya itu memang paling bisa mengubah suasana hatinya.
Kekehan suara Yasfi terdengar, ia sempat mengusap puncak kepala istrinya sebelum seruan dari Tante Khadijah--Bunda Kahfi--mengajaknya makan malam sebelum pulang.
***
"Ini kado dari Kakak Zita dan Om Yasfi untuk Syafa," ujar Yasfi kala membawa Syafa untuk duduk didekatnya dan Razita.
Dengan sigap mengambil alih gadis kecil itu dari orang tuanya. Ia sengaja memberi kado di akhir acara, agar ia bisa dengan leluasa mengambil Syafa untuk ia gendong, dan berceloteh ria, juga agar mengingatkan kembali pada Syafa akan dirinya dan Razita.
Mereka duduk bertiga di deretan keluarga Kahfi, kebanyakan dari mereka sedang menikmati makan malam, sedangkan dua pasangan ini memilih mengobrol dengan Syafa sekaligus memberikannya kado.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Rasa [SELESAI]
Spiritüel⚠️BEBERAPA PART DIHAPUS⚠️ "Cintailah orang yang kau cintai sekadarnya saja; siapa tahu-pada suatu hari kelak ia akan berbalik menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah orang yang kau benci sekadarnya saja; siapa tahu pada suatu hari kelak ia ak...