17 | Kehilangan

118K 7.4K 305
                                    

YASFI :

  Rasa bersalah masih menghinggapi Yasfi. Ucapan Razita tadi, begitu benar menusuk hatinya.

  Apakah sikap Razita ini berubah karena perjanjian pernikahan itu? Apakah memang sekeras itu hati Yasfi tidak menerima sosok hadirnya.

"Lo udah punya Razita sekarang. So, mau apa lagi?" ucapan Kahfi terngiyang di kepalanya.

"Jangan cuek-cuek, Fi, nanti kalau Razita sama yang lain gimana? Suami itu harusnya mengayomi istrinya, Zita udah baik banget sama kamu. Masa kamu cuek gitu." Juga, ucapan Bunda tadi.

Dia mengusap wajah kasar, hati kecilnya membenarkan bahwa ia selama ini telah salah. Tapi, mengapa pikirannya masih menolak untuk membenarkan.

  Tidak ada yang salah dari Razita, perempuan berkacamata itu menerimanya dengan tulus saat awal perkenalan mereka sampai akhirnya mereka menikah.  Bahkan Yasfi dengan tega menjadi suami paling jahat karena mengajukan perjanjian pernikahan di awal pernikahan.

Lalu, hari-harinya, menjadikannya aktor terbaik dengan berakting bagai suami siaga yang siap mengantar jemput Razita ke kampus, padahal Razita ia turunkan di pinggir jalan tanpa ia tanyakan kembali bagaimana cara Razita agar bisa sampai kampus sana. 

Apa yang ia dapat? Hanya sebuah ketulusan yang Razita beri, bukan penolakan atau bahkan sanggahan setiap usulannya. Semua usulannya.

Hati Yasfi bagai tertohok karena menilai sikap Razita yang selalu menurut tiba-tiba berubah, entah bagaimanapun perhatian yang selalu Razita beri sebenarnya dia terima dengan senang hati.

Tapi, mengapa ia masih sulit menerima Razita dalam hidupnya?

Yasfi menahan tangannya untuk mengetuk pintu kamar walau kamar tersebut terbuka sedikit dan menampilkan Razita dari celah sana.

Rasanya matanya enggan menatap Razita saat ini. Dia seperti maling yang tertangkap basah, namun masih dimaafkan begitu saja.

Ya, dia bahkan tidak pernah menanyakan perihal apapun soal Razita, dia sendiripun tidak pernah menganggap Razita ada hingga tidak perlu terlalu membuka diri. Bahkan untuk berucap Maaf dan terima kasih pun, Yasfi tidak pernah.

"Loh, kamu di depan? Kukira kamu ke salat di masjid, Fi," ujar Razita saat di depan pintu.
Yasfi sedikit terjungkit melihat Razita tiba-tiba membukakan pintu dan melihatnya yang hanya berdiri melamun.

Dia menarik sudut bibirnya sedikit, dan mengusap tengkuknya." Engga. Lo udah salat?"

Yasfi melihat Razita menunjuk penutup kepalanya yang memakai atasan mukena, lalu tersenyum tipis.

Seketika Yasfi benci senyum Razita. Senyum yang diterbitkan perempuan itu, seolah menyayat hatinya. Seperti menuduh Yasfi dan mengatakan bahwa ia adalah laki-laki terjahat selama ini.

"Kamu engga liat?" tawa Razita terdengar, "masuk, gih, aku baru aja mau ganti baju dan nutup pintu, eh ada kamu."

Entah mengapa ada rasa tidak terima karena Razita meninggalkannya salat, karena biasanya Razita selalu memintanya menjadi imam, namun, dia tolak.

Dia melihat Razita melebarkan pintu dan memberinya akses jalan," maaf, pakai kamar kamu. Tapi, aku engga berbuat macem-macem," jawab Razita dengan melebarkan senyum.

Cukup. Yasfi benar-benar benci senyuman Razita saat ini.

Yasfi melihatnya membalik diri dengan mengambil kerudung instan di atas ranjangnya lantas Razita memakainya tanpa membuka atasan mukena. Sudah dia bilang kan, bahwa Razita tidak pernah menampilkan mahkotanya bahkan walau mereka hanya di kamar.

Senandung Rasa [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang